Misteri SBY gebrak meja
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dikabarkan menggebrak meja saat ditemui Muhammad Nazaruddin yang saat itu masih menjabat Bendahara Umum Partai Demokrat.
SBY menggebrak meja saat Nazaruddin mengeluarkan ancaman kepadanya. Nazar mengatakan Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Ani Yudhoyono menerima uang hasil korupsi. Mendapat pernyataan dari Nazar itu, SBY marah bukan kepalang.
"Pertemuannya dengan Nazarudin bendahara Demokrat pada 23 Mei 2011 di Cikeas. Kabarnya gebrakan meja SBY kedua membuat meja terpental," kata Pemerhati hukum dan politik dari The Indonesian Reform Martimus Amin dalam rilis yang diterima Sindonews, Rabu (27/8/2013).
"Misteri pertama gebrakan meja SBY sudah terkuak terang benderang tentang pernyataan Nazaruddin menginfokan bahwa Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas juga menerima uang," tambahnya.
Aksi gebrak meja dan keterlibatan Ibas dalam kasus korupsi, dibenarkan oleh mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
"Berarti dari kesaksian Nazarudin dan Anas tersebut, serta data dan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang kini menjadi bahan pegangan KPK, maka sudah sepatutnya lembaga KPK melakukan penetapan status Ibas sebagai tersangka dan diadili untuk dihukum seberat-beratnya," tandasnya.
Menurutnya, lembaga antikorupsi itu bersyukur dengan terkuaknya misteri tersebut. Sehingga bisa membantu KPK untuk mengusut oknum-oknum yang ada di lingkungan Istana.
"KPK sudah terbantu dengan terkuaknya misteri gebrakan meja pertama. Maka akan terkuak pula misteri gerakan meja kedua, yakni dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Cikeas dan kroni lainnya," tuturnya.
Maka itu, katanya, berdasarkan keterangan Nazaruddin, Ibu Negara Ani Yudhoyono juga menerima uang darinya yang berasal dari Pertamina.
"Seusai keterangan Nazaruddin yang menyatakan istri Presiden SBY, Ani Yudhoyono telah menerima uang darinya sebesar USD5 juta pemberian dari Pertamina," katanya lagi.
Dia mengatakan, jika KPK sudah mulai mendalami permasalahan itu, dapat dipastikan kasus-kasus besar akan terbongkar semuanya.
"Dengan memulai pengusutan ini, maka akan terkuak misteri-misteri selanjutnya, dari mega korupsi Centuri, IT KPU, skandal pajak, narkoba, gratifikasi yang terkait Istana," tandasnya.
SBY menggebrak meja saat Nazaruddin mengeluarkan ancaman kepadanya. Nazar mengatakan Edhi Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Ani Yudhoyono menerima uang hasil korupsi. Mendapat pernyataan dari Nazar itu, SBY marah bukan kepalang.
"Pertemuannya dengan Nazarudin bendahara Demokrat pada 23 Mei 2011 di Cikeas. Kabarnya gebrakan meja SBY kedua membuat meja terpental," kata Pemerhati hukum dan politik dari The Indonesian Reform Martimus Amin dalam rilis yang diterima Sindonews, Rabu (27/8/2013).
"Misteri pertama gebrakan meja SBY sudah terkuak terang benderang tentang pernyataan Nazaruddin menginfokan bahwa Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas juga menerima uang," tambahnya.
Aksi gebrak meja dan keterlibatan Ibas dalam kasus korupsi, dibenarkan oleh mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
"Berarti dari kesaksian Nazarudin dan Anas tersebut, serta data dan fakta-fakta yang terungkap di persidangan yang kini menjadi bahan pegangan KPK, maka sudah sepatutnya lembaga KPK melakukan penetapan status Ibas sebagai tersangka dan diadili untuk dihukum seberat-beratnya," tandasnya.
Menurutnya, lembaga antikorupsi itu bersyukur dengan terkuaknya misteri tersebut. Sehingga bisa membantu KPK untuk mengusut oknum-oknum yang ada di lingkungan Istana.
"KPK sudah terbantu dengan terkuaknya misteri gebrakan meja pertama. Maka akan terkuak pula misteri gerakan meja kedua, yakni dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Cikeas dan kroni lainnya," tuturnya.
Maka itu, katanya, berdasarkan keterangan Nazaruddin, Ibu Negara Ani Yudhoyono juga menerima uang darinya yang berasal dari Pertamina.
"Seusai keterangan Nazaruddin yang menyatakan istri Presiden SBY, Ani Yudhoyono telah menerima uang darinya sebesar USD5 juta pemberian dari Pertamina," katanya lagi.
Dia mengatakan, jika KPK sudah mulai mendalami permasalahan itu, dapat dipastikan kasus-kasus besar akan terbongkar semuanya.
"Dengan memulai pengusutan ini, maka akan terkuak misteri-misteri selanjutnya, dari mega korupsi Centuri, IT KPU, skandal pajak, narkoba, gratifikasi yang terkait Istana," tandasnya.
(mhd)