Aturan yang masih tersimpan
A
A
A
Persaingan industri mobil ramah lingkungan bakal ramai pada masa depan. Sejumlah negara sudah mempersiapkan langkah lebih awal untuk menghadapi perang ini berpeluang menjadi pemain utama dalam persaingan tersebut.
Thailand misalnya sejak pertengahan 2007 Badan Investasi (Board of Investment/BoI) telah mengumumkan skema insentif untuk manufaktur eco car (mobil ramah lingkungan).
BoI berjanji memberikan insentif pembebasan pajak penghasilan badan usaha yang berinvestasi minimal USD144 juta selama delapan tahun. Mereka juga dibebaskan dari bea impor. Untuk mendapatkan insentif menggiurkan di atas, BoI juga memberikan sejumlah syarat.
Pertama, kapasitas produksi tidak boleh lebih rendah dari 100.000 unit per tahun setelah proyek berjalan lima tahun. Di samping itu, mobil juga harus irit bahan bakar, tidak boleh mengonsumsi lebih dari 5 liter per 100 kilometer dan harus memiliki standar polusi minimal Euro4. Mobil juga tidak boleh mengeluarkan karbon dioksida lebih dari 120 gram per kilometer.
”Mobil juga harus memenuhi standar keselamatan penumpang untuk sisi depan dan samping seperti yang ditentukan UNECE,” tulis BoI dalam jurnal resmi mereka (2007).
Selain itu, Kementerian Keuangan Thailand juga menawarkan tarif cukai eco car sebesar 17% dengan syarat memiliki mesin lebih kecil dari 1.300 cc untuk mesin bensin dan 1.400 cc untuk mesin disel.Tawaran menarik ini langsung disambut baik industri.
Insentif ini membuat produsen berlomba untuk bermain di segmen baru manufaktur automotif tersebut. Thailand yakin bahwa keberhasilan industri automotif akan dipengaruhi evolusi yang sudah dijalankan dalam beberapa dekade.Thailand mengklaim berhasil menyubstitusi kebijakan impor hingga masuk 10 besar produsen automotif di dunia.
”Penambahan manufaktur eco car merupakan respons terhadap tuntutan konsumen yang telah ditandai kenaikan sukses Thailand dalam hierarki automotif dan akan mengamankan tempatnya pada pasar di abad ke-21,” tulis BoI.
Kebijakan Thailand yang telah dirintis beberapa tahun lalu tersebut kini mulai terlihat hasilnya. Sejumlah mobil ramah lingkungan menghiasi jalanan Negeri Gajah Putih itu. Tahun ini Thailand akan kedatangan Mitsubishi Mirage.
Mobil ini produk yang fokus pada model global untuk pasar negara berkembang dan mulai menawarkan mobil listrik. Presiden Mitsubishi Motor Osamu Masuko mengatakan, Thailand terpilih sebagai pasar pertama untuk Mirage karena negara ini memiliki program eco car yang kuat.
”Mirage adalah mobil baru yang difokuskan pada efisiensi bahan bakar premium dan emisi CO2 yang rendah, tepat saat permintaan efisiensi bahan bakar dan eco friendly meningkat di seluruh dunia,” kata Masuko seperti dilansir Autocar.co.uk.
Principal Consultant Automotive & Transportation Practice Asia-Pacific Frost & Sullivan Dushyant Sinha mengatakan, program eco car yang dijalankan Thailand mirip dan sejenis dengan program low cost green cars (LCGC).
Program tersebut membuat pemerintah Thailand menyediakan fasilitas berinvestasi dan bea yang rendah untuk segmen mobil kecil. Program eco carThailand ini turut berkontribusi pada kemajuan industri automotif negara tersebut.
Sejumlah investor semakin menjadikan Thailand sebagai favorit investasi. Menurut Dushyant, pada dasarnya semua negara ASEAN mempunyai potensi untuk mengembangkan LCGC. ”Program eco car dari Thailand, yang sejenis dengan LCGC dan didukung insentif pemerintah telah membantu pasar Thailand tumbuh secara drastis pada 2012.
Selain Malaysia, Singapura, dan Brunei, seluruh pasar ASEAN juga dicirikan dengan rendahnya tingkat motorisasi dan pendapatan masyarakat (namun telah mulai meningkat) di negara-negara tersebut,” kata Dushyant kepada SINDO melalui surat elektronik.
Jika Thailand sudah lama memberikan insentif terhadap mobil ramah lingkungan, tidak demikian dengan Indonesia.
Sampai saat ini pemerintah masih menyimpan kebijakan itu. Lantas, kapan Indonesia bisa bersaing dengan Thailand di sektor automotif? Tunggu saja keputusan pemerintah yang dikabarkan akan mengeluarkan kebijakan tersebut dalam waktu dekat.
Thailand misalnya sejak pertengahan 2007 Badan Investasi (Board of Investment/BoI) telah mengumumkan skema insentif untuk manufaktur eco car (mobil ramah lingkungan).
BoI berjanji memberikan insentif pembebasan pajak penghasilan badan usaha yang berinvestasi minimal USD144 juta selama delapan tahun. Mereka juga dibebaskan dari bea impor. Untuk mendapatkan insentif menggiurkan di atas, BoI juga memberikan sejumlah syarat.
Pertama, kapasitas produksi tidak boleh lebih rendah dari 100.000 unit per tahun setelah proyek berjalan lima tahun. Di samping itu, mobil juga harus irit bahan bakar, tidak boleh mengonsumsi lebih dari 5 liter per 100 kilometer dan harus memiliki standar polusi minimal Euro4. Mobil juga tidak boleh mengeluarkan karbon dioksida lebih dari 120 gram per kilometer.
”Mobil juga harus memenuhi standar keselamatan penumpang untuk sisi depan dan samping seperti yang ditentukan UNECE,” tulis BoI dalam jurnal resmi mereka (2007).
Selain itu, Kementerian Keuangan Thailand juga menawarkan tarif cukai eco car sebesar 17% dengan syarat memiliki mesin lebih kecil dari 1.300 cc untuk mesin bensin dan 1.400 cc untuk mesin disel.Tawaran menarik ini langsung disambut baik industri.
Insentif ini membuat produsen berlomba untuk bermain di segmen baru manufaktur automotif tersebut. Thailand yakin bahwa keberhasilan industri automotif akan dipengaruhi evolusi yang sudah dijalankan dalam beberapa dekade.Thailand mengklaim berhasil menyubstitusi kebijakan impor hingga masuk 10 besar produsen automotif di dunia.
”Penambahan manufaktur eco car merupakan respons terhadap tuntutan konsumen yang telah ditandai kenaikan sukses Thailand dalam hierarki automotif dan akan mengamankan tempatnya pada pasar di abad ke-21,” tulis BoI.
Kebijakan Thailand yang telah dirintis beberapa tahun lalu tersebut kini mulai terlihat hasilnya. Sejumlah mobil ramah lingkungan menghiasi jalanan Negeri Gajah Putih itu. Tahun ini Thailand akan kedatangan Mitsubishi Mirage.
Mobil ini produk yang fokus pada model global untuk pasar negara berkembang dan mulai menawarkan mobil listrik. Presiden Mitsubishi Motor Osamu Masuko mengatakan, Thailand terpilih sebagai pasar pertama untuk Mirage karena negara ini memiliki program eco car yang kuat.
”Mirage adalah mobil baru yang difokuskan pada efisiensi bahan bakar premium dan emisi CO2 yang rendah, tepat saat permintaan efisiensi bahan bakar dan eco friendly meningkat di seluruh dunia,” kata Masuko seperti dilansir Autocar.co.uk.
Principal Consultant Automotive & Transportation Practice Asia-Pacific Frost & Sullivan Dushyant Sinha mengatakan, program eco car yang dijalankan Thailand mirip dan sejenis dengan program low cost green cars (LCGC).
Program tersebut membuat pemerintah Thailand menyediakan fasilitas berinvestasi dan bea yang rendah untuk segmen mobil kecil. Program eco carThailand ini turut berkontribusi pada kemajuan industri automotif negara tersebut.
Sejumlah investor semakin menjadikan Thailand sebagai favorit investasi. Menurut Dushyant, pada dasarnya semua negara ASEAN mempunyai potensi untuk mengembangkan LCGC. ”Program eco car dari Thailand, yang sejenis dengan LCGC dan didukung insentif pemerintah telah membantu pasar Thailand tumbuh secara drastis pada 2012.
Selain Malaysia, Singapura, dan Brunei, seluruh pasar ASEAN juga dicirikan dengan rendahnya tingkat motorisasi dan pendapatan masyarakat (namun telah mulai meningkat) di negara-negara tersebut,” kata Dushyant kepada SINDO melalui surat elektronik.
Jika Thailand sudah lama memberikan insentif terhadap mobil ramah lingkungan, tidak demikian dengan Indonesia.
Sampai saat ini pemerintah masih menyimpan kebijakan itu. Lantas, kapan Indonesia bisa bersaing dengan Thailand di sektor automotif? Tunggu saja keputusan pemerintah yang dikabarkan akan mengeluarkan kebijakan tersebut dalam waktu dekat.
(kur)