Dipo berharap publik tak tertipu hasil survei LSI
A
A
A
Sindonews.com - Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyarankan kepada masyarakat agar tidak tertipu dengan hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih sibuk urus Partai Demokrat ketimbang tugas negara.
"Saya berharap masyarakat tidak perlu tertipu daya bahwa seolah-olah Presiden fokusnya hanya pada Partai Demokrat," ujar Dipo kepada wartawan di kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/2/2013).
Ia menegaskan, tidak ada pengurangan kegiatan Presiden SBY dalam memimpin negara. Sebab, Presiden SBY mengurus Partai Demokrat hanya setiap akhir pekan saja.
Dipo pun menyinggung sejumlah Presiden sebelum era kepemimpinan SBY. Ia menuturkan, kala itu sebagai Presiden mereka tetap memberi perhatian pada partainya.
"Toh dulu beberapa Presiden juga melakukan perhatian kepada partainya. Jadi, (SBY urus Demokrat) hal-hal yang biasa saja menurut saya. Cuma terlalu berlebihan kalau dikatakan, hari ini sebagai contoh di surat kabar Presiden agar fokus di masalah negara. Kemudian dikaitkan dengan mengurus masalah internal Partai Demokrat,"ungkapnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis bahwa 68,42 persen publik khawatir atas kinerja SBY, 24,29 persen tidak khawatir dan 7,29 persen tidak tahu.
Lebih lanjut, survei itu mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, lebih khawatir terhadap kinerja SBY setelah kembali aktif urus partai. Diketahui, 68,58 persen masyarakat pedesaan khawatir, sementara 24,34 persen tidak khawatir.
"Sedangkan masyarakat kota yang khawatir sebanyak 63,79 persen khawatir dan 24,14 persen tidak khawatir kinerja SBY akan merosot," jelas Peneliti LSI, Barkah Patimahu.
Sementara, untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah 78,97 persen khawatir, dan 12,12 persen tidak khawatir. Untuk ekonomi menengah 73,68 persen khawatir terhadap kinerja SBY dan 10,53 tidak khawatir dan menengah ke atas 62,67 persen dan 30,67 persen tidak khawatir.
Survei ini dilakukan pada 11-14 Februari 2013 dengan metode multistage random sampling, dengan jumlah responden awal 1200 responden. Pengumpulan data dengan wawancara handset (quick poll) dengan margin of error dua Persen.
Menurutnya, survei dilengkapi dengan riset kualitatif, Fokus Group Discusion (FGD) di tujuh Ibu Kota Provinsi terbesar di Indonesia, dengan menggunakan teknik in depth interview dan analis media nasional.
"Saya berharap masyarakat tidak perlu tertipu daya bahwa seolah-olah Presiden fokusnya hanya pada Partai Demokrat," ujar Dipo kepada wartawan di kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/2/2013).
Ia menegaskan, tidak ada pengurangan kegiatan Presiden SBY dalam memimpin negara. Sebab, Presiden SBY mengurus Partai Demokrat hanya setiap akhir pekan saja.
Dipo pun menyinggung sejumlah Presiden sebelum era kepemimpinan SBY. Ia menuturkan, kala itu sebagai Presiden mereka tetap memberi perhatian pada partainya.
"Toh dulu beberapa Presiden juga melakukan perhatian kepada partainya. Jadi, (SBY urus Demokrat) hal-hal yang biasa saja menurut saya. Cuma terlalu berlebihan kalau dikatakan, hari ini sebagai contoh di surat kabar Presiden agar fokus di masalah negara. Kemudian dikaitkan dengan mengurus masalah internal Partai Demokrat,"ungkapnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis bahwa 68,42 persen publik khawatir atas kinerja SBY, 24,29 persen tidak khawatir dan 7,29 persen tidak tahu.
Lebih lanjut, survei itu mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, lebih khawatir terhadap kinerja SBY setelah kembali aktif urus partai. Diketahui, 68,58 persen masyarakat pedesaan khawatir, sementara 24,34 persen tidak khawatir.
"Sedangkan masyarakat kota yang khawatir sebanyak 63,79 persen khawatir dan 24,14 persen tidak khawatir kinerja SBY akan merosot," jelas Peneliti LSI, Barkah Patimahu.
Sementara, untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah 78,97 persen khawatir, dan 12,12 persen tidak khawatir. Untuk ekonomi menengah 73,68 persen khawatir terhadap kinerja SBY dan 10,53 tidak khawatir dan menengah ke atas 62,67 persen dan 30,67 persen tidak khawatir.
Survei ini dilakukan pada 11-14 Februari 2013 dengan metode multistage random sampling, dengan jumlah responden awal 1200 responden. Pengumpulan data dengan wawancara handset (quick poll) dengan margin of error dua Persen.
Menurutnya, survei dilengkapi dengan riset kualitatif, Fokus Group Discusion (FGD) di tujuh Ibu Kota Provinsi terbesar di Indonesia, dengan menggunakan teknik in depth interview dan analis media nasional.
(kri)