Survei LSI soal kinerja SBY harus menjadi catatan
A
A
A
Sindonews.com - Hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang merilis 68,42 persen publik khawatir kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan menurun karena terlalu mengurusi partai harus menjadi perhatian.
Pengamat Politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang mengatakan, hasil survei itu wajar karena belakangan SBY lebih sibuk mengurusi partainya ketimbang negara.
"Ya bisa dipahami hasil survei seperti itu, melihat sibuknya Presiden SBY mengurusi Partai Demokrat ketimbang negara, jadi kalau publik menilai seperti itu, harus menjadi catatan SBY," ujar Sebastian Salang saat dihubungi Sindonews, Senin (18/2/2013).
Dia melanjutkan, dengan hasil itu maka memperlihatkan masyarakat selama ini memperhatikan kinerja SBY sebagai kepala negara. Menurut Sebastian, seharusnya presiden bersyukur karena rakyatnya bisa mengingatkan terkait kinerjanya melalui hasil survei.
"Ini melihatkan bahwa publik telah menaruh perhatian yang besar kepada SBY sebagai presiden, dan mereka menilai bahwa SBY sibuk ke partai, ini kan masukan yang baik untuk Pak SBY," cetusnya.
Dia pun menyarankan agar Presiden SBY bisa fokus kepada pemerintahannya, itu dilakukan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat akan menurunnya kinerja yang bersangkutan.
"Ke depan fokus ke pemerintahan, dan yakinkan bahwa seluruhnya untuk mengurusi bangsa ini," tandasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, LSI merilis bahwa 68,42 persen publik khawatir atas kinerja SBY, 24,29 persen tidak khawatir dan 7,29 persen tidak tahu.
Lebih lanjut survei itu mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, lebih khawatir terhadap kinerja SBY setelah kembali aktif urus partai. Diketahui, 68,58 persen masyarakat pedesaan khawatir, sementara 24,34 persen tidak khawatir.
"Sedangkan masyarakat kota yang khawatir sebanyak 63,79 persen khawatir dan 24,14 persen tidak khawatir kinerja SBY akan merosot," jelas Peneliti LSI, Barkah Patimahu.
Sementara, untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah 78,97 persen khawatir, dan 12,12 persen tidak khawatir.
Untuk ekonomi menengah 73,68 persen khawatir terhadap kinerja SBY dan 10,53 tidak khawatir dan menengah keatas 62,67 persen dan 30,67 persen tidak khawatir.
Survei ini dilakukan pada 11-14 Februari 2013 dengan metode multistage random sampling, dengan jumlah responden awal 1200 responden. Pengumpulan data dengan wawancara handset (quick poll) dengan margin of eror dua Persen.
Menurutnya, survei dilengkapi dengan riset kualitatif, Fokus Gruop Discusion (FGD) di tujuh Ibu Kota Provinsi terbesar di Indonesia, dengan menggunakan teknik in depth interview dan analis media nasional.
Pengamat Politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang mengatakan, hasil survei itu wajar karena belakangan SBY lebih sibuk mengurusi partainya ketimbang negara.
"Ya bisa dipahami hasil survei seperti itu, melihat sibuknya Presiden SBY mengurusi Partai Demokrat ketimbang negara, jadi kalau publik menilai seperti itu, harus menjadi catatan SBY," ujar Sebastian Salang saat dihubungi Sindonews, Senin (18/2/2013).
Dia melanjutkan, dengan hasil itu maka memperlihatkan masyarakat selama ini memperhatikan kinerja SBY sebagai kepala negara. Menurut Sebastian, seharusnya presiden bersyukur karena rakyatnya bisa mengingatkan terkait kinerjanya melalui hasil survei.
"Ini melihatkan bahwa publik telah menaruh perhatian yang besar kepada SBY sebagai presiden, dan mereka menilai bahwa SBY sibuk ke partai, ini kan masukan yang baik untuk Pak SBY," cetusnya.
Dia pun menyarankan agar Presiden SBY bisa fokus kepada pemerintahannya, itu dilakukan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat akan menurunnya kinerja yang bersangkutan.
"Ke depan fokus ke pemerintahan, dan yakinkan bahwa seluruhnya untuk mengurusi bangsa ini," tandasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, LSI merilis bahwa 68,42 persen publik khawatir atas kinerja SBY, 24,29 persen tidak khawatir dan 7,29 persen tidak tahu.
Lebih lanjut survei itu mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, lebih khawatir terhadap kinerja SBY setelah kembali aktif urus partai. Diketahui, 68,58 persen masyarakat pedesaan khawatir, sementara 24,34 persen tidak khawatir.
"Sedangkan masyarakat kota yang khawatir sebanyak 63,79 persen khawatir dan 24,14 persen tidak khawatir kinerja SBY akan merosot," jelas Peneliti LSI, Barkah Patimahu.
Sementara, untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah 78,97 persen khawatir, dan 12,12 persen tidak khawatir.
Untuk ekonomi menengah 73,68 persen khawatir terhadap kinerja SBY dan 10,53 tidak khawatir dan menengah keatas 62,67 persen dan 30,67 persen tidak khawatir.
Survei ini dilakukan pada 11-14 Februari 2013 dengan metode multistage random sampling, dengan jumlah responden awal 1200 responden. Pengumpulan data dengan wawancara handset (quick poll) dengan margin of eror dua Persen.
Menurutnya, survei dilengkapi dengan riset kualitatif, Fokus Gruop Discusion (FGD) di tujuh Ibu Kota Provinsi terbesar di Indonesia, dengan menggunakan teknik in depth interview dan analis media nasional.
(lns)