Survei membuktikan, SBY bukan negarawan
A
A
A
Sindonews.com - Hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuktikan pemimpin negeri ini tengah dilanda 'galau' yang sangat hebat.
Pasalnya, keputusan SBY untuk mengambilalih Partai Demokrat telah membuat masyarakat kecewa dan khawatir dengan sisa waktu kepemimpinan SBY yang dinilai tak akan berjalan lancar.
Menurut Pengamat Politik dari Univeristas Indonesia Nugroho Pratomo, hal tersebut lantaran pemahaman politik yang tak dikuasai SBY secara utuh. Tak pelak, rasa ketar-ketir yang sebenarnya dianggap wajar dalam dunia politik, berubah menjadi rasa ketakutan amat dahsyat yang dialami SBY
"Itulah yang menunjukkan SBY bukan negarawan sejati, jika benar-benar negarawan, dia tak akan meninggalkan urusan negara dan rakyatnya," jelas Nugroho kepada Sindonews, Senin (18/2/2013).
Nugroho juga menyebut, SBY dilanda kebimbangan hebat. Satu hal berkaitan dengan negara, satu hal lain berkenaan dengan partai. Namun, ternyata, lanjutnya, kepentingan partai ternyata memenangkan pertentangan batin yang dialami sosok presiden yang dinilai banyak masyarakat mementingkan pencitraan itu.
"Maka itulah, agak aneh, ternyata demokratisasi di negara kita masih jauh dari harapan ideal. Presiden sebagai orang nomor satu di republik ini justru malah tak menunjukkan sebagai orang nomor satu. Lagi-lagi terlihat jelas, demokratisasi di Indonesia masih dalam tahap pematangan," jelasnya.
Sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) memaparkan, 66.55 persen dari 1.200 responden ragu, dan menilai kondisi bangsa tidak akan berubah menjadi lebih baik. 20.34 persennya, bahkan percaya bahwa kondisi Indonesia akan lebih buruk.
"Hanya 13.10 persen publik yang yakin bahwa kondisi Indonesia akan menjadi lebih baik," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Barkah Pattimahu saat memaparkan hasil survei, di kantornya, Rawamangun, Jakarta, Minggu 17 Februari 2013, kemarin.
Survei LSI ini dilakukan pada 11-14 Februari terhadap 1200 responden dengan margin of error +/- 2,9 persen. Survei itu sendiri, menggunakan metode multistage random sampling. Dari hasil survei ini menyatakan tidak yakin akan adaya perubahan menuju Indonesia yang lebih baik.
"Selain kepercayaan publik terhadap pemerintah yang melemah, harapan terhadap perbaikan bangsa dan pemerintahan mencapai titik yang kritis," tegasnya.
Pasalnya, keputusan SBY untuk mengambilalih Partai Demokrat telah membuat masyarakat kecewa dan khawatir dengan sisa waktu kepemimpinan SBY yang dinilai tak akan berjalan lancar.
Menurut Pengamat Politik dari Univeristas Indonesia Nugroho Pratomo, hal tersebut lantaran pemahaman politik yang tak dikuasai SBY secara utuh. Tak pelak, rasa ketar-ketir yang sebenarnya dianggap wajar dalam dunia politik, berubah menjadi rasa ketakutan amat dahsyat yang dialami SBY
"Itulah yang menunjukkan SBY bukan negarawan sejati, jika benar-benar negarawan, dia tak akan meninggalkan urusan negara dan rakyatnya," jelas Nugroho kepada Sindonews, Senin (18/2/2013).
Nugroho juga menyebut, SBY dilanda kebimbangan hebat. Satu hal berkaitan dengan negara, satu hal lain berkenaan dengan partai. Namun, ternyata, lanjutnya, kepentingan partai ternyata memenangkan pertentangan batin yang dialami sosok presiden yang dinilai banyak masyarakat mementingkan pencitraan itu.
"Maka itulah, agak aneh, ternyata demokratisasi di negara kita masih jauh dari harapan ideal. Presiden sebagai orang nomor satu di republik ini justru malah tak menunjukkan sebagai orang nomor satu. Lagi-lagi terlihat jelas, demokratisasi di Indonesia masih dalam tahap pematangan," jelasnya.
Sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) memaparkan, 66.55 persen dari 1.200 responden ragu, dan menilai kondisi bangsa tidak akan berubah menjadi lebih baik. 20.34 persennya, bahkan percaya bahwa kondisi Indonesia akan lebih buruk.
"Hanya 13.10 persen publik yang yakin bahwa kondisi Indonesia akan menjadi lebih baik," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Barkah Pattimahu saat memaparkan hasil survei, di kantornya, Rawamangun, Jakarta, Minggu 17 Februari 2013, kemarin.
Survei LSI ini dilakukan pada 11-14 Februari terhadap 1200 responden dengan margin of error +/- 2,9 persen. Survei itu sendiri, menggunakan metode multistage random sampling. Dari hasil survei ini menyatakan tidak yakin akan adaya perubahan menuju Indonesia yang lebih baik.
"Selain kepercayaan publik terhadap pemerintah yang melemah, harapan terhadap perbaikan bangsa dan pemerintahan mencapai titik yang kritis," tegasnya.
(rsa)