Bekali mereka dengan pendidikan berkarakter

Senin, 11 Februari 2013 - 03:44 WIB
Bekali mereka dengan...
Bekali mereka dengan pendidikan berkarakter
A A A
DUNIA industri kian melirik lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Meski masih berpendidikan setingkat lanjutan atas, mereka dianggap memiliki keterampilan nyata yang sesuai dengan keinginan dunia industri.

Beberapa tahun ke belakang sekolah model kejuruan banyak diminati para siswa. Mereka tertarik karena model pendidikannya menjanjikan peluang pekerjaan setelah lulus. Berbagai konsentrasi dibuka, seperti desain grafis, teknik permesinan, teknologi pembangunan, teknik sipil, bahkan sekolah tata boga. Menurut Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Anang Tjahjono, sejak masih di sekolah, para siswa SMK sudah didekatkan dengan dunia industri.

Mereka dilatih dan diajarkan praktikum berbagai hal di sekolah sehingga ketika lulus siap masuk dunia industri. ”Kelas XI siswa SMK sudah ikut ujian nasional. Sementara, di kelas XII, mereka tengah didekatkan dan disiapkan ke industri,” kata Anang kepada Seputar Indonesia (SINDO) di sela-sela acara penandatanganan kerja sama (MoU) dengan Autodesk di Jakarta, Kamis 7 Februari 2013.

Para siswa SMK melakukan praktik magang di industri-industri tertentu dalam waktu tertentu, sehingga mereka bisa berlatih di dunia kerja secara langsung.

Tidak sedikit dari siswa SMK yang praktik magang tersebut ditawari menjadi pekerja tetap karena dinilai kinerjanya bagus. Lulusan SMK memang sengaja dipersiapkan agar dunia industri menyerap keterampilan mereka. Ketika di bangku SMK, mereka dibekali berbagai keterampilan, seperti bisnis manajemen, teknologi informasi, teknologi rekayasa, pariwisata, perhotelan. ”Sehingga ketika lulus, mereka sudah memiliki berbagai keterampilan guna bersaing di pasar kerja,” ujar Anang.

Upaya tersebut menjadi salah satu strategi guna mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Pasalnya, menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2012, total jumlah pengangguran berpendidikan terbuka mencapai lebih dari 7 juta jiwa. Sementara, pengangguran terbuka yang berasal dari lulusan SLTA kejuruan masih tinggi, yaitu 1.041.265 jiwa, lebih rendah dibanding lulusan SLTA umum yang mencapai 1.832.109.

Pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, masih tingginya angka pengangguran yang berasal dari lulusan SMK memang harus diakui bahwa proyek pendidikan ini belum sempurna. ”Karena itu, pembinaan terhadap siswa-siswa SMK harus disempurnakan terus,” ujar Arief. Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Poros Pendidikan M Basri BK mengatakan, sekolah kejuruan pada konsep dasarnya sangat bagus untuk menyiapkan anak-anak muda siap kerja di dunia industri.

Tetapi, realitas itu tidak diiringi dengan kebijakan pemerintah yang berkelanjutan. ”Akibatnya, jumlah pengangguran dari lulusan SMK masih tetap tinggi,” kata Basri. Tidak bisa dipungkiri, model pendidikan seperti SMK memberi harapan besar bagi terciptanya sumber daya manusia yang siap kerja. Keberadaan para lulusan SMK berdampak signifikan bagi pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia yang terampil di lingkungan dunia industri.

Pasalnya, lulusan SMK dapat memilih apakah melanjutkan ke dunia industri secara langsung atau meneruskan jenjang ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun, kerangka itu sering tidak sejalan dengan realitas yang terjadi. ”Tetap saja dunia industri lebih mengutamakan para lulusan perguruan tinggi daripada SMK. Mereka dianggap lebih punya pengalaman dan keterampilan lain dibanding siswa SMK. Hal ini yang mengakibatkan banyak siswa SMK menganggur,” ungkap Basri.

Mestinya pemerintah dapat mendorong siswa-siswa SMK menjadi motor penggerak yang berkontribusi meningkatkan ekonomi negara melalui bidang industri. Mereka memiliki keterampilan dan karya yang bagus, hanya belum dikembangkan langsung ke industri secara maksimal.

”Hal ini disebabkan pemerintah tidak memiliki konstruksi filosofis pendidikan yang utuh hingga 15 tahun ke depan. Akhirnya, pemerintah kedodoran ketika mengorelasikan nilai pendidikan dengan substansi pembangunan,” ujar Basri kepada SINDO.

Pendidikan di semua tingkat, tidak hanya SMK, mestinya menjadi panglima yang mendapat perhatian besar dari pemerintah. Sebab, kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya bersumber utama dari sektor ini.

Karena itu, kiranya pemerintah mulai berpikir ulang supaya kerangka pendidikan lebih disempurnakan. Pendidikan tidak bisa hanya diorientasikan untuk mencetak pekerja-pekerja. ”Kebutuhan pada dunia industri penting, tapi kiranya anak didik juga dibekali pendidikan karakter,” ucap Basri.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8858 seconds (0.1#10.140)