Kejuruan bukan lagi sekolah kelas dua

Minggu, 10 Februari 2013 - 21:23 WIB
Kejuruan bukan lagi...
Kejuruan bukan lagi sekolah kelas dua
A A A
SMK BISA!! Jargon tersebut ditujukan untuk mengusung sekolah menengah kejuruan (SMK) menjadi setara dengan sekolah menengah atas (SMA). Saat ini masih banyak anggapan mengenai SMK sebagai sekolah ”kelas kedua”. Sekolah yang kualitasnya berada di bawah SMA.

Sejatinya SMK memiliki beragam potensial keahlian, termasuk bidang teknologi informasi dan komunikasi, pertanian, kerajinan, bisnis manajemen, kecantikan, teknik mesin, dan industri pariwisata. Hingga ketika mereka lulus mereka sudah memiliki keahlian khusus dalam bidangnya. Kini SMK menemukan jalan untuk menyetarakan kualitas.

Anggapan SMK sebagai sekolah kedua ditepis beberapa SMK. Sebut saja SMK Muhammadiyah Kudus yang memiliki sertifikasi internasional dalam ilmu teknik komputer jaringan. Sekolah ini mengadopsi kurikulum Cisco Networking Academy Program (CNAP). Dengan begitu, para siswa mendapat sertifikasi dari Cisco Certified Network Associate (CCNA) yang diakui secara global.

Meski terkendala bahasa, para siswa menyambut antusias kerja sama sekolah dengan Djarum Foundation dan PT Cisco System Indonesia (perusahaan dunia bidang jaringan dan telekomunikasi) tersebut. ”Kami akan mengevaluasi hal itu dengan mengadakan pelatihan bahasa Inggris secara intensif,” ungkap Kepala sekolah SMK Muhammadiyah Purwanta Agung di acara peresmian kurikulum Cisco Academy di SMK Muhammadiyah Kudus, Kamis, awal Desember lalu.

Tujuan dari program ini guna membina bibit unggulan yang siap kerja, khususnya dalam bidang komputer jaringan. Sekolah ini pun mengembangkan jurusan seperti teknik kendaraan ringan, audio video, komputer jaringan, sepeda motor, dan multimedia. Para siswa diajarkan semua yang berhubungan dengan jaringan komputer seperti local area network (LAN), wide area network (WAN), instalasi, hingga perakitan.

Dengan kerja sama ini, kemampuan para siswa SMK ini diharapkan setara dengan tenaga kerja asing di bidang teknik komputer jaringan. Dengan begitu, lulusan CNAP dapat bekerja di berbagai perusahaan multinasional serta memiliki kesempatan untuk bekerja di perusahaan asing karena besertifikasi internasional. Purwanta menilai, siswa terbaik dari SMK ini akan disponsori untuk mengikuti ujian lanjutan guna mendapatkan sertifikat Cisco Certified Network Associate.

Dengan begitu, mereka memiliki kesempatan yang lebih luas di dunia pekerjaan. Selain SMK Muhammadiyah Kudus, salah satu SMK di Bandung pun mendapat perhatian. Kreativitas dan prestasi siswa SMKN 4 Bandung dalam bidang industri animasi dan elektronik diakui Jepang. Negara Matahari Terbit itu turut berkontribusi dalam membangkitkan industri SMK tersebut. Kepala Sekolah SMKN 4 Endang Rukman mengatakan, Jepang akan mendonasikan 20 laptop dan 30 komputer dalam mendukung proyek animasi.

Apresiasi terhadap kreasi SMK Bandung ini tidak hanya datang dari Jepang. Sekolah Menengah Sains dari Kuala Lumpur, Malaysia mengundang SMK ini untuk melakukan pertukaran pengajar dan pelajar mengenai bidang industri perakitan elektronik. ”Pada Mei mendatang, kami akan mengirimkan perwakilan SMKN 4 yang akan berbagi ilmu kepada para pendidik dan pelajar di Malaysia. Mereka ingin belajar banyak dari kita,” ungkap Endang sebagaimana dilansir okezone.com.

Prestasi membanggakan tersebut disambut positif Direktur Pembinaan SMK Anang Tjahjono. ”Kami dari direktorat mengapresiasi sekali para siswa SMK yang berprestasi. Kami hanya melakukan pembinaan dan bertugas untuk mendorong, membantu, dan memfasilitasi saja,” kata Anang kepada harian Seputar Indonesia (SINDO), Sabtu 9 Februari kemarin. Dia menambahkan, ada dua faktor yang harus diperhatikan guna meningkatkan kualitas SMK di Indonesia yaitu guru dan lingkungan.

Kedua hal tersebut harus bersinergi. Guru sebagai wadah yang membina, mengarahkan, dan memfasilitasi, sedangkan lingkungan sebagai penunjang untuk menciptakan suasana belajar yang kerasan. ”Guru sebagai tenaga pengajar harus mengembangkan inovasi pengajaran dan terbuka. Terbuka akan teknologi yang ada sekarang. Lingkungan juga perlu dibuat menarik agar pelajar merasa senang untuk terus belajar,” papar Anang.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7821 seconds (0.1#10.140)