Anak Emas yang kian diminati
A
A
A
SEKOLAH menengah kejuruan (SMK) dinilai sebagai lembaga pendidikan yang lebih menekankan pada persiapan siswa untuk memasuki dunia kerja. Maklum, sistem pembelajaran di SMK lebih didominasi materi praktik ketimbang teori.
Dalam rencana strategis pendidikan 2010–2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menargetkan 70 persen lulusan SMK diharapkan bisa langsung mendapatkan kerja di tahun kelulusannya. Wajar jika saat ini SMK menjadi salah satu ”anak emas” untuk penyediaan tenaga berkualitas bagi industri. Apalagi, saat ini para siswa SMK dipersiapkan untuk bisa langsung ke industri.
Mereka dibekali berbagai keterampilan seperti bisnis manajemen, teknologi informasi, teknologi rekayasa, dan kemampuan peranti lunak. Ketika lulus mereka memiliki berbagai keterampilan guna bersaing di pasar kerja. Karena ketatnya persaingan dunia kerja, dalam beberapa tahun terakhir semua SMK di Indonesia membuat program unggulan bagi siswa.
Salah satunya memanfaatkan peranti lunak (software) untuk meningkatkan kemampuan (skill), para peserta didik, khususnya mereka yang menggeluti bidang desain dan animasi komputer. Selama ini siswa SMK, khususnya jurusan informatika dan komputer, sudah banyak mengenal aplikasi dari Autodesk, perusahaan peranti lunak untuk desain 3D, teknik dan hiburan asal Amerika Serikat (AS).
Sejumlah aplikasi seperti AutoCAD sudah banyak diajarkan di SMK. AutoCAD merupakan peranti lunak CAD (computer aided design) untuk menggambar dua dimensi dan tiga dimensi. Aplikasi ini biasanya dipergunakan untuk denah bangunan. AutoCAD hanyalah salah satu dari software yang dikembangkan Autodesk. Untuk menambah kemampuan siswa SMK dalam menguasai berbagai aplikasi yang dikembangkan Autodesk, Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud melakukan kerja sama langsung dengan Autodesk.
Dalam kerja sama ini Autodesk memberikan pelatihan kepada 33 guru SMK terbaik dari 33 provinsi di Indonesia. Pelatihan yang dilakukan di Jakarta ini berlangsung pada 4-7 Februari lalu. Autodesk menyediakan instruktur yang langsung memberikan pengetahuan tentang seluk beluk penggunaan aplikasi yang mereka produksi. Para guru yang mengikuti pelatihan ini mendapatkan sertifikat internasional dari Autodesk.
Selain memberikan pelatihan, Autodesk juga menghibahkan sejumlah aplikasi untuk lebih dari 10.000 SMK di Indonesia. Disebut-sebut, nilai software tersebut mencapai USD5.000 per unit. Kerja sama kedua belah pihak ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Direktur Pembinaan SMK Anang Tjahyono dan Head of Education, Worldwide Emerging Markets, Autodesk, George Abraham.
Menurut Abraham, selain Indonesia, kerja sama ini juga dilakukan untuk Kazakstan, Rusia, Taiwan, Turki, dan Ukraina. Sayangnya, Abraham enggan merinci berapa nilai bantuan yang diberikan kepada SMK di Indonesia. ”Ada sekitar 10.000 SMK yang masing-masing mendapatkan 35 software asli Autodesk,” kata Abraham beberapa saat setelah penandatanganan MoU dengan Direktur Pembinaan SMK.
Abraham menjelaskan, berbagai software yang diberikan tersebut sudah disesuaikan dengan kebutuhan industri. Artinya, lulusan SMK yang sudah menggunakan software ini sangat mungkin diterima bekerja di dunia industri. ”Berbagai software yang kita berikan itu memang sudah dirancang untuk aplikasi dunia kerja,” ujar Abraham kepada Seputar Indonesia (SINDO). Karena itu, Abraham berharap para siswa SMK di Indonesia bisa mendapat kesempatan belajar dan mendapat pelatihan dalam menggunakan peranti lunak Autodesk.
Mereka menilai kurikulum Direktorat Pembinaan SMK cukup inovatif dan merupakan jalur pembelajaran fleksibel yang dapat digunakan sebagai langkah untuk mendidik sumber daya pada masa mendatang. Melalui program hibah peranti lunak kepada SMK ini, Autodesk menyatakan komitmennya untuk terus mendukung para arsitek, insinyur, desainer,dan seniman digital generasi muda yang akan datang di Indonesia.
Sementara itu, Anang meyakini kerja sama dengan Autodesk akan meningkatkan kemampuan guru dan siswa SMK. Sekitar 33 guru yang ikut pelatihan tersebut akan menjadi master teacher yang akan memberikan pelatihan kepada guru lain di daerah mereka. ”Saya yakin guru yang hadir di sini merupakan guru pilihan dari daerah mereka masing-masing,” kata Anang saat melakukan penandatanganan MoU dengan Autodesk di Jakarta, Kamis 7 Februari 2013.
Anang menambahkan, pihaknya akan memfasilitasi karya anak SMK, khususnya desain yang mereka hasilkan dari aplikasi produk Autodesk untuk ditampilkan di website kementerian. Karya mereka bisa diketahui dan masyarakat pun bisa memesan produk desain yang dihasilkan siswa SMK. Kerja sama dengan Autodesk menurut Anang juga akan membuat semua sekolah dan siswa SMK memakai software asli, bukan bajakan.
Pieter Noya, salah seorang guru SMK 3 Ambon yang mengikuti program ini, mengatakan, program ini memberikan tambahan penguasaan softwareAutodesk kepada para guru. Dia mengakui tidak semua materi bisa dengan mudah dikuasai. Ketika selesai dari pelatihan, mereka juga dituntut untuk belajar sendiri dengan modul-modul yang telah diberikan.
”Saya menguasai sekitar 50 persen. Namun, dasar-dasar program sudah kami ketahui dan kami yakin tidak kesulitan untuk belajar sendiri di rumah,” kata Pieter kepada SINDO. Pieter optimistis bisa menjadi master teacher dan memberikan pelatihan kepada guru-guru SMK lain di Ambon. Tugas ini menurutnya tidak terlalu berat karena sudah banyak guru yang mengetahui dan mengaplikasikan software dari Autodesk walaupun belum sempurna.
Dalam rencana strategis pendidikan 2010–2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menargetkan 70 persen lulusan SMK diharapkan bisa langsung mendapatkan kerja di tahun kelulusannya. Wajar jika saat ini SMK menjadi salah satu ”anak emas” untuk penyediaan tenaga berkualitas bagi industri. Apalagi, saat ini para siswa SMK dipersiapkan untuk bisa langsung ke industri.
Mereka dibekali berbagai keterampilan seperti bisnis manajemen, teknologi informasi, teknologi rekayasa, dan kemampuan peranti lunak. Ketika lulus mereka memiliki berbagai keterampilan guna bersaing di pasar kerja. Karena ketatnya persaingan dunia kerja, dalam beberapa tahun terakhir semua SMK di Indonesia membuat program unggulan bagi siswa.
Salah satunya memanfaatkan peranti lunak (software) untuk meningkatkan kemampuan (skill), para peserta didik, khususnya mereka yang menggeluti bidang desain dan animasi komputer. Selama ini siswa SMK, khususnya jurusan informatika dan komputer, sudah banyak mengenal aplikasi dari Autodesk, perusahaan peranti lunak untuk desain 3D, teknik dan hiburan asal Amerika Serikat (AS).
Sejumlah aplikasi seperti AutoCAD sudah banyak diajarkan di SMK. AutoCAD merupakan peranti lunak CAD (computer aided design) untuk menggambar dua dimensi dan tiga dimensi. Aplikasi ini biasanya dipergunakan untuk denah bangunan. AutoCAD hanyalah salah satu dari software yang dikembangkan Autodesk. Untuk menambah kemampuan siswa SMK dalam menguasai berbagai aplikasi yang dikembangkan Autodesk, Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud melakukan kerja sama langsung dengan Autodesk.
Dalam kerja sama ini Autodesk memberikan pelatihan kepada 33 guru SMK terbaik dari 33 provinsi di Indonesia. Pelatihan yang dilakukan di Jakarta ini berlangsung pada 4-7 Februari lalu. Autodesk menyediakan instruktur yang langsung memberikan pengetahuan tentang seluk beluk penggunaan aplikasi yang mereka produksi. Para guru yang mengikuti pelatihan ini mendapatkan sertifikat internasional dari Autodesk.
Selain memberikan pelatihan, Autodesk juga menghibahkan sejumlah aplikasi untuk lebih dari 10.000 SMK di Indonesia. Disebut-sebut, nilai software tersebut mencapai USD5.000 per unit. Kerja sama kedua belah pihak ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Direktur Pembinaan SMK Anang Tjahyono dan Head of Education, Worldwide Emerging Markets, Autodesk, George Abraham.
Menurut Abraham, selain Indonesia, kerja sama ini juga dilakukan untuk Kazakstan, Rusia, Taiwan, Turki, dan Ukraina. Sayangnya, Abraham enggan merinci berapa nilai bantuan yang diberikan kepada SMK di Indonesia. ”Ada sekitar 10.000 SMK yang masing-masing mendapatkan 35 software asli Autodesk,” kata Abraham beberapa saat setelah penandatanganan MoU dengan Direktur Pembinaan SMK.
Abraham menjelaskan, berbagai software yang diberikan tersebut sudah disesuaikan dengan kebutuhan industri. Artinya, lulusan SMK yang sudah menggunakan software ini sangat mungkin diterima bekerja di dunia industri. ”Berbagai software yang kita berikan itu memang sudah dirancang untuk aplikasi dunia kerja,” ujar Abraham kepada Seputar Indonesia (SINDO). Karena itu, Abraham berharap para siswa SMK di Indonesia bisa mendapat kesempatan belajar dan mendapat pelatihan dalam menggunakan peranti lunak Autodesk.
Mereka menilai kurikulum Direktorat Pembinaan SMK cukup inovatif dan merupakan jalur pembelajaran fleksibel yang dapat digunakan sebagai langkah untuk mendidik sumber daya pada masa mendatang. Melalui program hibah peranti lunak kepada SMK ini, Autodesk menyatakan komitmennya untuk terus mendukung para arsitek, insinyur, desainer,dan seniman digital generasi muda yang akan datang di Indonesia.
Sementara itu, Anang meyakini kerja sama dengan Autodesk akan meningkatkan kemampuan guru dan siswa SMK. Sekitar 33 guru yang ikut pelatihan tersebut akan menjadi master teacher yang akan memberikan pelatihan kepada guru lain di daerah mereka. ”Saya yakin guru yang hadir di sini merupakan guru pilihan dari daerah mereka masing-masing,” kata Anang saat melakukan penandatanganan MoU dengan Autodesk di Jakarta, Kamis 7 Februari 2013.
Anang menambahkan, pihaknya akan memfasilitasi karya anak SMK, khususnya desain yang mereka hasilkan dari aplikasi produk Autodesk untuk ditampilkan di website kementerian. Karya mereka bisa diketahui dan masyarakat pun bisa memesan produk desain yang dihasilkan siswa SMK. Kerja sama dengan Autodesk menurut Anang juga akan membuat semua sekolah dan siswa SMK memakai software asli, bukan bajakan.
Pieter Noya, salah seorang guru SMK 3 Ambon yang mengikuti program ini, mengatakan, program ini memberikan tambahan penguasaan softwareAutodesk kepada para guru. Dia mengakui tidak semua materi bisa dengan mudah dikuasai. Ketika selesai dari pelatihan, mereka juga dituntut untuk belajar sendiri dengan modul-modul yang telah diberikan.
”Saya menguasai sekitar 50 persen. Namun, dasar-dasar program sudah kami ketahui dan kami yakin tidak kesulitan untuk belajar sendiri di rumah,” kata Pieter kepada SINDO. Pieter optimistis bisa menjadi master teacher dan memberikan pelatihan kepada guru-guru SMK lain di Ambon. Tugas ini menurutnya tidak terlalu berat karena sudah banyak guru yang mengetahui dan mengaplikasikan software dari Autodesk walaupun belum sempurna.
(hyk)