Demokrat jeblok, Anas jadi kambing hitam
A
A
A
Sindonews.com - Desakan sejumlah petinggi Partai Demokrat agar Ketua Dewan Pembinanya turun tangan terkait semakin menurunnya elektabilitas Demokrat seperti dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dinilai kurang tepat.
Direktur Lingkar Mandani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti berpendapat, tidak tepat apabila menyebut penurunan elektabilitas semata karena persoalan ada pada Ketumnya Anas Urbaningrum.
Sesungguhnya, faktor lain yang hampir sama trendnya adalah menurunnya kepuasaan publik terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Jika dibaca secara paralel, penurunan suara Demokrat itu seiring dengann penurunan popularitas SBY. Jadi ada sumbangan besar buruknya kinerja SBY dengan penurunan suara Demokrat," tegas Ray.
Sehingga, merupakan saran yang tak seimbang, jika petinggi Demokrat meminta SBY untuk turun tangan menegur Anas. Justru, atas sikap itu yang berkembang adalah spekulasi lain.
"Saya pikir saran itu, nampaknya tidak dalam rangka menahan turunnya suara Demokrat. Tapi lebih tepat dibaca sebagai bagian perseteruan internal di lingkungan Demokrat," ujar Ray menduga.
Sikap para petinggi Demokrat itu, terkesan tak sedikitpun mengoreksi dan mengkritis kinerja SBY sebagai bagian penting dari turunnya elektabilitas Demokrat, yang ada hanyalah permintaan melanjutkan perseteruan yang sebelumnya.
Ini terlihat seperti bukan solusi. Tapi cara untuk saling memojokkan dengan menjadikan penurunan elektabilitas Demokrat sebagai semata-mata kesalahan Anas Urbaningrum.
Seperti diketahui, survei SMRC menyebut posisi Demokrat saat ini merupakan rekor sepanjang sejarah. Jika Pemilu 2014 dilaksanakan hari ini, dukungan suara Demokrat hanya 8,3 persen, di bawah perolehan pada April-Juli 2008 yang mencapai 8,7 persen.
Demokrat juga berada di bawah partai Golkar yang meraih dukungan 21,3 persen, sedangkan PDIP 18,2 persen.
Atas hasil survei itu, Demokrat merespon cepat dan mengharapkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera turun tangan, menyelamatkan partai.
Direktur Lingkar Mandani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti berpendapat, tidak tepat apabila menyebut penurunan elektabilitas semata karena persoalan ada pada Ketumnya Anas Urbaningrum.
Sesungguhnya, faktor lain yang hampir sama trendnya adalah menurunnya kepuasaan publik terhadap kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Jika dibaca secara paralel, penurunan suara Demokrat itu seiring dengann penurunan popularitas SBY. Jadi ada sumbangan besar buruknya kinerja SBY dengan penurunan suara Demokrat," tegas Ray.
Sehingga, merupakan saran yang tak seimbang, jika petinggi Demokrat meminta SBY untuk turun tangan menegur Anas. Justru, atas sikap itu yang berkembang adalah spekulasi lain.
"Saya pikir saran itu, nampaknya tidak dalam rangka menahan turunnya suara Demokrat. Tapi lebih tepat dibaca sebagai bagian perseteruan internal di lingkungan Demokrat," ujar Ray menduga.
Sikap para petinggi Demokrat itu, terkesan tak sedikitpun mengoreksi dan mengkritis kinerja SBY sebagai bagian penting dari turunnya elektabilitas Demokrat, yang ada hanyalah permintaan melanjutkan perseteruan yang sebelumnya.
Ini terlihat seperti bukan solusi. Tapi cara untuk saling memojokkan dengan menjadikan penurunan elektabilitas Demokrat sebagai semata-mata kesalahan Anas Urbaningrum.
Seperti diketahui, survei SMRC menyebut posisi Demokrat saat ini merupakan rekor sepanjang sejarah. Jika Pemilu 2014 dilaksanakan hari ini, dukungan suara Demokrat hanya 8,3 persen, di bawah perolehan pada April-Juli 2008 yang mencapai 8,7 persen.
Demokrat juga berada di bawah partai Golkar yang meraih dukungan 21,3 persen, sedangkan PDIP 18,2 persen.
Atas hasil survei itu, Demokrat merespon cepat dan mengharapkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera turun tangan, menyelamatkan partai.
(lns)