Kreativitas Indonesia masih unggul dari Korsel
A
A
A
Sindonews.com - Harus diakui jika sistem pendidikan Indonesia masih kurang baik jika dibandingkan dengan negara maju seperti Korea Selatan (Korsel).
Namun dari sisi kreativitas para siswanya, pendidikan Indonesia terbilang bagus, bahkan mampu bersaing dengan negara maju manapun.
Kepala SMP Negeri 2 Yogyakarta Emed Heryana mengatakan, pada kunjungan sekolahnya tahun 2012 lalu ke sebuah sekolah di Korea Selatan, menemukan cukup banyak perbedaan pada pendidikan kedua negara.
"Namun demikian, bukan berarti bangsa ini tidak memiliki kelebihan. Keunggulan kita ada di kreativitas dan kemampuan berbahasa asing. Hal ini bisa kita lihat dari pertunjukan pentas budaya yang dilakukan siswa dari Yogyakarta dan Korea Selatan. Digelar dimanapun, kita tetap unggul," ujarnya, usai menyambut kunjungan rombongan siswa dari Korea Selatan, di Yogyakarta, Jumat (25/1/2013).
Emed menjelaskan, saat bertandang ke Korea Selatan, para penari atau pemain musik yang disuguhkan bukan dilakukan oleh siswa mereka sendiri, melainkan pihak profesional. Sedangkan setiap pertunjukan dari Indonesia selalu dilakukan siswa.
Di sisi lain, penguasaan bahasa asing siswa Yogyakarta lebih baik daripada siswa Korea Selatan. Menurutnya, hal tersebut tidak lepas dari keluwesan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi.
"Baru terlihat sistem pendidikan kita masih kalah. Masalah bahasa di Korea Selatan yang ada berusaha diatasi dengan cara pihak sekolah maupun pemerintah mereka tidak segan mengirim guru untuk mengambil kuliah singkat bahasa Inggris di Amerika Serikat. Pemerintah Korsel juga memprioritaskan pendidikan dengan memberikan jam sekolah bagi jenjang SD dari pukul 08.00-15.30," paparnya.
Membagi pengalamannya, Emed menuturkan, siswa di Korea Selatan, akan semakin pulang larut seiring semakin tingginya jenjang pendidikan mereka. Siswa SMA di Korea Selatan bisa pulang hingga jam 10 malam. Dari pagi sampai jam 8 malam mereka mendapat materi dan 2 jam berikutnya pembelajaran mandiri. Hal ini membuat siswa SMA tidak akan dijumpai kluyuran tidak jelas.
"Disiplin yang tinggi memang jadi modal keberhasilan mereka. Di samping itu, kepemilikan dan penguasaan teknologi canggih ikut mendorong situasi pembelajaran yang kondusif. Pola teknologi ini yang sudah kami terapkan. Setiap kelas sengaja dilengkapi LCD proyektor untuk memotivasi guru meningkatkan kompetensi dan membantu siswa memahami materi lebih mudah," jelasnya.
Namun dari sisi kreativitas para siswanya, pendidikan Indonesia terbilang bagus, bahkan mampu bersaing dengan negara maju manapun.
Kepala SMP Negeri 2 Yogyakarta Emed Heryana mengatakan, pada kunjungan sekolahnya tahun 2012 lalu ke sebuah sekolah di Korea Selatan, menemukan cukup banyak perbedaan pada pendidikan kedua negara.
"Namun demikian, bukan berarti bangsa ini tidak memiliki kelebihan. Keunggulan kita ada di kreativitas dan kemampuan berbahasa asing. Hal ini bisa kita lihat dari pertunjukan pentas budaya yang dilakukan siswa dari Yogyakarta dan Korea Selatan. Digelar dimanapun, kita tetap unggul," ujarnya, usai menyambut kunjungan rombongan siswa dari Korea Selatan, di Yogyakarta, Jumat (25/1/2013).
Emed menjelaskan, saat bertandang ke Korea Selatan, para penari atau pemain musik yang disuguhkan bukan dilakukan oleh siswa mereka sendiri, melainkan pihak profesional. Sedangkan setiap pertunjukan dari Indonesia selalu dilakukan siswa.
Di sisi lain, penguasaan bahasa asing siswa Yogyakarta lebih baik daripada siswa Korea Selatan. Menurutnya, hal tersebut tidak lepas dari keluwesan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi.
"Baru terlihat sistem pendidikan kita masih kalah. Masalah bahasa di Korea Selatan yang ada berusaha diatasi dengan cara pihak sekolah maupun pemerintah mereka tidak segan mengirim guru untuk mengambil kuliah singkat bahasa Inggris di Amerika Serikat. Pemerintah Korsel juga memprioritaskan pendidikan dengan memberikan jam sekolah bagi jenjang SD dari pukul 08.00-15.30," paparnya.
Membagi pengalamannya, Emed menuturkan, siswa di Korea Selatan, akan semakin pulang larut seiring semakin tingginya jenjang pendidikan mereka. Siswa SMA di Korea Selatan bisa pulang hingga jam 10 malam. Dari pagi sampai jam 8 malam mereka mendapat materi dan 2 jam berikutnya pembelajaran mandiri. Hal ini membuat siswa SMA tidak akan dijumpai kluyuran tidak jelas.
"Disiplin yang tinggi memang jadi modal keberhasilan mereka. Di samping itu, kepemilikan dan penguasaan teknologi canggih ikut mendorong situasi pembelajaran yang kondusif. Pola teknologi ini yang sudah kami terapkan. Setiap kelas sengaja dilengkapi LCD proyektor untuk memotivasi guru meningkatkan kompetensi dan membantu siswa memahami materi lebih mudah," jelasnya.
(maf)