Sepak bola terganjal politisasi
A
A
A
Pembinaan usia muda merupakan aspek penting dalam semua olahraga, termasuk sepak bola. Di tengah karut-marutnya kompetisi profesional, turnamen usia muda diharapkan bisa memunculkan bintang masa depan.
Saat ini dunia sepak bola Indonesia sedang dilanda masa suram. Perselisihan antara Pengurus Besar Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan kubu Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) tidak kunjung berakhir. Hal ini membuat kondisi persepakbolaan Indonesia terpuruk bahkan terancam sanksi berat dari organisasi sepak bola dunia,FIFA.
Dampak terbesar dari perselisihan kedua kubu tersebut adalah munculnya dua kompetisi profesional, yaitu Liga Super Indonesia di bawah KPSI dan Liga Primer Indonesia di bawah PSSI. Beruntung dualisme kompetisi ini tidak sampai pada turnamen-turnamen usia muda. Karena itu, tidak ada tarik-menarik kepentingan antara dua organisasi sepak bola tersebut.
Namun, karut-marut kompetisi profesional bisa dirasakan imbasnya ketika para atlet muda mulai memasuki karier profesional mereka di Indonesia. Pembinaan pesepak bola usia muda saat ini praktis mengandalkan turnamen- turnamen usia muda yang saat ini sedang dilaksanakan. Turnamen-turnamen tersebut dilaksanakan berdasarkan usia,mulai usia 13 (U-13) hingga 16 tahun.
Menurut Ketua Bidang Pembinaan Usia Muda PSSI Bob Hippy, kategori pembinaan usia muda adalah mereka yang berusia mulai sembilan tahun hingga 21 tahun. Dalam pembinaan usia dini, PSSI bekerja sama dengan pihak swasta menggelar sejumlah turnamen berdasarkan usia. PSSI lebih memfokuskan pada kepelatihan.
”Ada turnamen berdasarkan kategori usia, seperti U-13 Yamaha dan U-16 Pertamina. Kerja sama turnamen tersebut dilakukan dengan pihak swasta,” kata Bob kepada SINDO.
Turnamen tingkat golongan usia tersebut diikuti oleh sejumlah sekolah sepak bola (SSB) yang ada di Tanah Air. Tim terbaik sering diikutkan kejuaraan internasional. Diharapkan dari turnamen yang dilakukan secara berjenjang tersebut bisa lahir talenta-talenta muda berbakat yang bisa mengharumkan Indonesia di masa mendatang.
”Ada bibit-bibit muda yang berpotensi muncul dalam turnamen-turnamen usia muda yang sedang berlangsung. Potensi-potensi tersebut terus kami pantau,” tambah Bob.
Sementara itu menurut Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Djoko Pekik Irianto, pihaknya mengapresiasi langkah Pertamina Foundation dalam menggalakkan program pembinaan sepak bola usia muda, termasuk menggulirkan Liga Pertamina U-16.
Menurutnya, langkah Pertamina perlu dilakukan BUMN lain untuk meningkatkan prestasi dan perkembangan olahraga Indonesia. ”Saya yakin pembinaan sepak bola Indonesia akan terus berkembang atas dukungan semua pihak,” ujar Djoko ketika menjadi salah satu pembicara dalam dialog Interaktif Arah Pembinaan Sepak Bola Indonesia di Pertamina Learning Centre 12 Januari 2013.
Sementara menurut Direktur Pertamina Soccer School Hadi Rahmaddan, pendidikan sepak bola sejak dini melalui SSB sangat penting untuk menghasilkan kualitas pemain di masa mendatang Selama ini, bibit-bibit muda Indonesia yang mengikuti turnamen internasional tidak jarang mendapatkan prestasi cukup membanggakan.
Pada 2011, tim kiper tim U-12 dari SSB Hasanuddin, yang mewakili Indonesia dalam kompetisi Danone Nations Cup di Madrid, Spanyol, didaulat sebagai kiper terbaik kedua.Pada saat itu,SSB Hasanuddin hanya menempati peringkat ke-33 di antara 40 negara.
Sebelumnya U-12 SSB Banteng Muda yang mewakili Indonesia di ajang yang sama pada 2010, menembus 16 besar sebelum ditaklukkan Meksiko yang akhirnya jadi juara.
Sementara itu pada tahun lalu, tim junior yang berusia 13–16 tahun mampu menjuarai Milan Junior Camp 2012 yang dilangsungkan pada Oktober– November 2012.Tim ini tergabung dalam Pertamina Indonesian All Star Team (IAST) 2012.Yang lebih membanggakan, ini merupakan gelar ketiga yang diraih secara berturut-turut.
Sejumlah upaya juga dilakukan untuk memberikan semangat kepada talenta muda Indonesia agar berprestasi di masa mendatang. Namun,upaya yang dilakukan di tingkat usia dini sering termentahkan ketika mereka masuk ke liga profesional.Faktor politis dalam sepak bola sering menjadi alasan utama terjadinya tarik-menarik kepentingan tersebut.
Saat ini dunia sepak bola Indonesia sedang dilanda masa suram. Perselisihan antara Pengurus Besar Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan kubu Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) tidak kunjung berakhir. Hal ini membuat kondisi persepakbolaan Indonesia terpuruk bahkan terancam sanksi berat dari organisasi sepak bola dunia,FIFA.
Dampak terbesar dari perselisihan kedua kubu tersebut adalah munculnya dua kompetisi profesional, yaitu Liga Super Indonesia di bawah KPSI dan Liga Primer Indonesia di bawah PSSI. Beruntung dualisme kompetisi ini tidak sampai pada turnamen-turnamen usia muda. Karena itu, tidak ada tarik-menarik kepentingan antara dua organisasi sepak bola tersebut.
Namun, karut-marut kompetisi profesional bisa dirasakan imbasnya ketika para atlet muda mulai memasuki karier profesional mereka di Indonesia. Pembinaan pesepak bola usia muda saat ini praktis mengandalkan turnamen- turnamen usia muda yang saat ini sedang dilaksanakan. Turnamen-turnamen tersebut dilaksanakan berdasarkan usia,mulai usia 13 (U-13) hingga 16 tahun.
Menurut Ketua Bidang Pembinaan Usia Muda PSSI Bob Hippy, kategori pembinaan usia muda adalah mereka yang berusia mulai sembilan tahun hingga 21 tahun. Dalam pembinaan usia dini, PSSI bekerja sama dengan pihak swasta menggelar sejumlah turnamen berdasarkan usia. PSSI lebih memfokuskan pada kepelatihan.
”Ada turnamen berdasarkan kategori usia, seperti U-13 Yamaha dan U-16 Pertamina. Kerja sama turnamen tersebut dilakukan dengan pihak swasta,” kata Bob kepada SINDO.
Turnamen tingkat golongan usia tersebut diikuti oleh sejumlah sekolah sepak bola (SSB) yang ada di Tanah Air. Tim terbaik sering diikutkan kejuaraan internasional. Diharapkan dari turnamen yang dilakukan secara berjenjang tersebut bisa lahir talenta-talenta muda berbakat yang bisa mengharumkan Indonesia di masa mendatang.
”Ada bibit-bibit muda yang berpotensi muncul dalam turnamen-turnamen usia muda yang sedang berlangsung. Potensi-potensi tersebut terus kami pantau,” tambah Bob.
Sementara itu menurut Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Djoko Pekik Irianto, pihaknya mengapresiasi langkah Pertamina Foundation dalam menggalakkan program pembinaan sepak bola usia muda, termasuk menggulirkan Liga Pertamina U-16.
Menurutnya, langkah Pertamina perlu dilakukan BUMN lain untuk meningkatkan prestasi dan perkembangan olahraga Indonesia. ”Saya yakin pembinaan sepak bola Indonesia akan terus berkembang atas dukungan semua pihak,” ujar Djoko ketika menjadi salah satu pembicara dalam dialog Interaktif Arah Pembinaan Sepak Bola Indonesia di Pertamina Learning Centre 12 Januari 2013.
Sementara menurut Direktur Pertamina Soccer School Hadi Rahmaddan, pendidikan sepak bola sejak dini melalui SSB sangat penting untuk menghasilkan kualitas pemain di masa mendatang Selama ini, bibit-bibit muda Indonesia yang mengikuti turnamen internasional tidak jarang mendapatkan prestasi cukup membanggakan.
Pada 2011, tim kiper tim U-12 dari SSB Hasanuddin, yang mewakili Indonesia dalam kompetisi Danone Nations Cup di Madrid, Spanyol, didaulat sebagai kiper terbaik kedua.Pada saat itu,SSB Hasanuddin hanya menempati peringkat ke-33 di antara 40 negara.
Sebelumnya U-12 SSB Banteng Muda yang mewakili Indonesia di ajang yang sama pada 2010, menembus 16 besar sebelum ditaklukkan Meksiko yang akhirnya jadi juara.
Sementara itu pada tahun lalu, tim junior yang berusia 13–16 tahun mampu menjuarai Milan Junior Camp 2012 yang dilangsungkan pada Oktober– November 2012.Tim ini tergabung dalam Pertamina Indonesian All Star Team (IAST) 2012.Yang lebih membanggakan, ini merupakan gelar ketiga yang diraih secara berturut-turut.
Sejumlah upaya juga dilakukan untuk memberikan semangat kepada talenta muda Indonesia agar berprestasi di masa mendatang. Namun,upaya yang dilakukan di tingkat usia dini sering termentahkan ketika mereka masuk ke liga profesional.Faktor politis dalam sepak bola sering menjadi alasan utama terjadinya tarik-menarik kepentingan tersebut.
(kur)