Prestasi yang lahir dari brak

Sabtu, 26 Januari 2013 - 09:14 WIB
Prestasi yang lahir dari brak
Prestasi yang lahir dari brak
A A A
Sederet legenda bulu tangkis Indonesia lahir dari tempat ini. Lewat keseriusan pembinaan, mereka mampu mengukir prestasi di kancah internasional dan mengharumkan nama bangsa.

Brak (tempat karyawan melinting rokok) di Jalan Bitingan Lama (sekarang Jalan Lukmonohadi) No 35, Kudus pada 1969 setiap sore digunakan sebagai tempat berlatih bulu tangkis yang sering digunakan komunitas Kudus.

Dari tempat inilah, lahir legenda bulu tangkis Indonesia Liem Swie King. King meraih prestasi nasional pertama saat menjadi juara tunggal putra junior di Piala Munadi pada 1972. Berbagai prestasi pun diraih King.

Hal ini menumbuhkan keinginan Budi Hartono, pemilik PT Djarum, untuk serius mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum pada 1974.

Namun, siapa sangka jika organisasi ini di kemudian hari bisa melahirkan sejumlah atlet bulu tangkis yang mampu mengharumkan nama bangsa di kancah dunia, seperti King, Eddy Hartono, Ardi B Wiranta, Hastomo Arbi, Alan Budi Kusuma, Sigit Budiarto, Lius Pongoh. PB Djarum sejak lama dikenal sebagai lembaga yang memberikan ruang pada pembinaan atlet bulu tangkis berbakat.

President Director Djarum Foundation Victor R Hartono menegaskan, Djarum Foundation melalui PB Djarum akan terus berupaya maksimal melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya cabang bulu tangkis.

”Selama mampu dan bisa, termasuk soal dana pasti komitmen itu akan terus kita lakukan,” tandas Victor. Menariknya, pola pembinaan yang diterapkan di PB Djarum dilakukan tanpa berharap dari bantuan, khususnya dalam hal dana dari pemerintah.

Menurut Victor, Indonesia bisa mengadopsi pola pembinaan yang dilakukan Amerika Serikat (AS ) yang olahraganya maju tanpa bantuan dana dari pemerintah. Sementara pola pembinaan prestasi atlet yang dilakukan, menurut Pelatih Ganda PB Djarum Sigit Budiarto di seluruh Indonesia sejatinya saat ini sudah lebih baik pada beberapa tahun terakhir.

Apalagi, beberapa mantan pemain mendirikan klub, sehingga hal itu juga membuat masyarakat berminat dan bergairah lagi untuk bermain bulu tangkis.

”PB Djarum sendiri yang sudah cukup banyak memberikan kontribusi di Indonesia terhadap bidang bulu tangkis. PB Djarum bisa dijadikan satu contoh atau acuan bagi klub lain untuk menerapkan pelatihan dan pembinaan yang baik,” tandas Sigit kepada SINDO di GOR Jati Kudus, Jawa Tengah, pekan lalu.

Menurut Sigit, metode pelatihan dan pembinaan di PB Djarum saat ini sudah tepat.Para atlet dipersiapkan sedini mungkin dan sebanyak-banyaknya sehingga pembinaan dan regenerasi tidak terputus.

”Sebab selama 10 tahun regenerasi itu terputus, tetapi dua-tiga tahun ini sudah mulai terbentuk,” tandasnya.

Pola pembinaan dan pelatihan sudah di jalur yang tepat. Misalnya, PB Djarum untuk tahun lalu mampu mencetak juara di Kejuaraan Asia Junior, termasuk di Kejuaraan Dunia.

Ini membuktikan bahwa pola yang dilakukan PB Djarum sudah on the track. ”Karena itu, saya berharap pola pembinaan jangan terputus, ketika seorang atlet sudah di masa junior harus tetap digembleng untuk mereka masuk ke tingkat senior dan seterusnya,” katanya.

November tahun lalu, pasangan ganda campuran Edi Subaktiar dan Melati Daeva Oktavianti berhasil menempati peringkat satu dunia junior seusai menjuarai Ke j u a ra a n Dunia Junior di Chiba, Jepang.

Pasangan muda ini menjadi juara seusai mengalahkan sesama ganda Indonesia, Alfian Eko Prasetya dan Shella Devi Aulia dengan skor 21-17 dan 21-13. Keberhasilan Edi dan Melati menjadi juara World Junior Championships (Kejuaraan Dunia Junior) semakin lengkap, karena perolehan poin di kejuaraan tersebut mengantarkan mereka menempati peringkat satu dunia junior.

Sesuai aturan BWF, untuk peringkat junior, nilai peringkat dihitung dari penjumlahan lima poin tertinggi dalam 12 bulan terakhir. Berdasarkan hasil 16 besar Indonesia Open Grand Prix Gold (2.720 poin), juara Tangkas Spec Junior Challenge (7.000), 8 besar Asia Junior Championships (5.040), dan Juara Dutch Open Junior (4.000), membuat Edi dan Melati mengumpulkan poin terbanyak dengan total 30.760 poin.

Bahkan, Melati pemain bulu tangkis putri kelahiran Serang,26 Oktober 1994 ini terus menunjukkan prestasi yang sangat baik. Gelar juara dunia junior ganda campuran semakin memperkukuh dirinya sebagai pemain berbakat asuhan PB Djarum. Melati juga berhasil mencetak hattrick dengan menjadi juara di tiga turnamen berturut-turut.

Dia merebut gelar juara ganda campuran bersama Edi pada Kejuaraan Yonex Dutch Junior 2012 yang berlangsung di Belanda. Perjalanan keliling Eropa berlanjut ke Jerman. Melati bersama pasangannya, Rosyita Eka Putri Sari, menjadi juara ganda putri pada Kejuaraan German Junior 2012.

Melati menutup dengan manis tour keliling Eropa dengan kembali merebut gelar juara.Gelar ketiga yang di rebut justru bukan dari kategori junior, melainkan kelas senior.

Melati meraih gelar juara bersama Edi Subaktiar di ganda campuran pada Kejuaraan Banuinvest International 2012. ”Apa yang kami raih tahun lalu itu tak lepas dari pola pembinaan yang selama ini kami terima di PB Djarum,” ungkap Melati saat diwawancarai SINDO pekan lalu.

Dengan pola latihan delapan jam per hari delapan jam (pagi enam jam dan sore dua jam) selama enam kali seminggu, menurut Melati pada awalnya terasa berat.

Namun, hal itu bisa dilaluinya setelah merasa terbiasa dengan pola latihan yang diterapkan. Untuk materi fisik dan teknik, masing-masing diterapkan dengan persentase yang sama. Hal serupa juga dilontarkan Edi dan Rosyita, yang merasa kedisiplinan yang diterapkan membuat mereka bisa meraih prestasi seperti sekarang.

”Memang terkadang kita merasa ada masa remaja yang hilang, tetapi itu konsekuensi kita memilih karier sebagai atlet,” ujar Rosyita.

Melati, Edi, dan Rosyita hanyalah segelintir atlet binaan PB Djarum yang diharapkan bisa mengembalikan supremasi bulu tangkis Indonesia. Meski saat ini persaingan semakin ketat dan peta kekuatan bulu tangkis pun semakin berubah, para atlet PB Djarum bisa menjadi jawaban untuk pencapaian prestasi bulu tangkis Indonesia ke depan.

Saat ini, menurut Pelatih Kepala PB Djarum Fung Permadi, negara-negara lain sudah mulai memprioritaskan bulutangkis. Saat Indonesia mendominasi dunia, kebanyakan dari mereka belum terlalu memprioritaskan bulu tangkis.Apalagi setelah bulu tangkis masuk cabang olahraga di Olimpiade, hampir semua negara mengembangkan olahraga ini.

”Mereka fokus. Kalau Indonesia mau bersaing harus ada perombakan yang besar, terutama dalam pola pemikiran atlet,” tandasnya.

Karena itu, yang dilakukan PB Djarum adalah mencari potensi agar bisa mendapatkan lebih banyak bibit unggul. ”Dengan pola pembinaan yang dijalankan seperti sekarang, kita berharap bisa meraih lagi dominasi di dunia. Kita berusaha untuk mandiri tidak terlalu berharap kepada pemerintah,” tandasnya
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8759 seconds (0.1#10.140)