Peta industri automotif ASEAN
A
A
A
Berdasarkan analisa lembaga riset dan analisis automotif Fourin Inc, Thailand dan Indonesia terus bersaing untuk menjadi yang pertama dalam industri automotif.
Perusahaan riset dan publikasi yang mengkhususkan pada bidang automotif ini menyebutkan, pemerintah kedua negara bersaing ketat untuk meningkatkan industri automotif mereka.
Hal ini tercermin dari kebijakan yang dilakukan pemerintah kedua negara untuk memajukan industri automotif. Menurut Fourin Inc, di ASEAN peningkatan investasi sedang gencar dilakukan terutama ke Thailand dan Indonesia.
“Thailand ingin mengukuhkan diri sebagai ‘Detroit Asia’ dengan membangun posisinya sebagai basis utama di negara-negara Asia Tenggara. Karena itu, Thailand terus menciptakan segala komponen industri secara solid,” tulis Fourin Inc dalam laporan berjudul “Asia Automotive Industry 2012 Yearbook”
Sementara, Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan produksi perakitan automotif. Juga, mendorong penjualan kendaraan murah dengan tujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan industri manufaktur kendaraan.
Persaingan kedua negara terlihat pada jumlah produksi dan pasar yang saling mengejar. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produksi kendaraan (roda empat atau lebih) di Indonesia terus meningkat.
Pada 2009 jumlah kendaraan yang diproduksi sebanyak 464.816 unit. Angka ini kemudian naik menjadi 702.508 unit pada 2010 dan menjadi 837.948 unit pada 2011.Sementara, pada periode Januari–November 2012 produksi Indonesia meningkat menjadi 988.157 unit.
Hingga saat ini di kawasan ASEAN produksi kendaraan Indonesia masih kalah dibanding Thailand. Pada 2009 Thailand memproduksi kendaraan sebanyak999.378 unit. Sedangkan, pada 2010 produksi Negeri Gajah Putih mencapai 1.645.304 unit dan turun menjadi 1.457.795 unit pada 2011. Pada periode Januari–November 2012 produksi Thailand meningkat pesat menjadi 2.232.364 unit.
Selisih antara produksi kendaraan di Thailand dan Indonesia pada 2010 sebesar 942.769 unit. Sedangkan pada 2011 selisih tersebut turun menjadi 619.847 unit. Namun, pada periode Januari–November 2012 selisih produksi Thailand dan Indonesia kembali meningkat menjadi 1.232.986 unit.
Sementara, Malaysia yang berada di peringkat tiga pada 2011 memproduksi 533.515 unit. Malaysia walaupun jumlah produksinya lebih kecil dibanding Indonesia, negara tersebut mempunyai produk asli yaitu Proton yang juga diekspor ke Indonesia.
Bukan hanya dari segi produksi, Thailand dan Indonesia juga bersaing dalam hal besaran pasar automotif. Pada 2009 jumlah kendaraan yang diserap pasar Thailand sebanyak 548.871 unit, kemudian menjadi 800.357 unit pada 2010 dan turun lagi menjadi 794.081 unit pada 2011.
Penjualan kendaraan di Indonesia pada 2009 sebanyak 483.548 unit dan menjadi 764.710 unit kendaraan pada 2010. Pada 2011 Indonesia menyalip Thailand dengan penjualan sebanyak 894.164 unit. Akumulasi penjualan Indonesia dan Thailand pada 2011 menguasai 65,45% pasar ASEAN.
Sementara, negara-negara lain seperti Malaysia,Filipina dan Vietnam sedang menyusun strategi pertumbuhan agar dapat mempertahankan kelangsungan industri mereka. Korea Selatan dan Taiwan pun mulai melirik perluasan ke pasar luar negeri.Hal itu mereka lakukan sembari mengubah pandangan dalam menangkap kemunculan kendaraan ramah lingkungan, seperti mobil elektrik dan hybrid.
Menurut data Fourin Inc, industri automotif Asia makin tumbuh sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar domestik dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan ASEAN menyebabkan kenaikan investasi untuk perluasan produksi kendaraan. Di saat yang bersamaan, muncul persaingan antarproduk kendaraan irit bahan bakar.
Hal ini menjadikan pabrikan dan pemasok komponen kendaraan bersaing dengan biaya yang besar, sehingga mereka berfokus pada teknologi berbiaya murah yang sesuai.
Peningkatan kualitas dengan biaya rendah tersebut menaikkan posisi Asia di pentas global. Asia yang sebelumnya dianggap sebagai cadangan kini mulai diperhitungkan dalam rantai pasokan global.
Beragamnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan pilar kompetisi di Asia mengakibatkan adanya spektrum skenario pertumbuhan dan risiko. India diperkirakan akan memproduksi kendaraan hingga 10 juta unit per tahun sebagai program jangka menengah dan panjang.
Dalam jangka waktu tersebut akan dilibatkan perusahaan lokal dan asing untuk meningkatkan kegiatan investasi. Selain itu, pertumbuhan ini diantisipasi sebagai dasar ekspor komponen ke negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
Perusahaan riset dan publikasi yang mengkhususkan pada bidang automotif ini menyebutkan, pemerintah kedua negara bersaing ketat untuk meningkatkan industri automotif mereka.
Hal ini tercermin dari kebijakan yang dilakukan pemerintah kedua negara untuk memajukan industri automotif. Menurut Fourin Inc, di ASEAN peningkatan investasi sedang gencar dilakukan terutama ke Thailand dan Indonesia.
“Thailand ingin mengukuhkan diri sebagai ‘Detroit Asia’ dengan membangun posisinya sebagai basis utama di negara-negara Asia Tenggara. Karena itu, Thailand terus menciptakan segala komponen industri secara solid,” tulis Fourin Inc dalam laporan berjudul “Asia Automotive Industry 2012 Yearbook”
Sementara, Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan produksi perakitan automotif. Juga, mendorong penjualan kendaraan murah dengan tujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan industri manufaktur kendaraan.
Persaingan kedua negara terlihat pada jumlah produksi dan pasar yang saling mengejar. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produksi kendaraan (roda empat atau lebih) di Indonesia terus meningkat.
Pada 2009 jumlah kendaraan yang diproduksi sebanyak 464.816 unit. Angka ini kemudian naik menjadi 702.508 unit pada 2010 dan menjadi 837.948 unit pada 2011.Sementara, pada periode Januari–November 2012 produksi Indonesia meningkat menjadi 988.157 unit.
Hingga saat ini di kawasan ASEAN produksi kendaraan Indonesia masih kalah dibanding Thailand. Pada 2009 Thailand memproduksi kendaraan sebanyak999.378 unit. Sedangkan, pada 2010 produksi Negeri Gajah Putih mencapai 1.645.304 unit dan turun menjadi 1.457.795 unit pada 2011. Pada periode Januari–November 2012 produksi Thailand meningkat pesat menjadi 2.232.364 unit.
Selisih antara produksi kendaraan di Thailand dan Indonesia pada 2010 sebesar 942.769 unit. Sedangkan pada 2011 selisih tersebut turun menjadi 619.847 unit. Namun, pada periode Januari–November 2012 selisih produksi Thailand dan Indonesia kembali meningkat menjadi 1.232.986 unit.
Sementara, Malaysia yang berada di peringkat tiga pada 2011 memproduksi 533.515 unit. Malaysia walaupun jumlah produksinya lebih kecil dibanding Indonesia, negara tersebut mempunyai produk asli yaitu Proton yang juga diekspor ke Indonesia.
Bukan hanya dari segi produksi, Thailand dan Indonesia juga bersaing dalam hal besaran pasar automotif. Pada 2009 jumlah kendaraan yang diserap pasar Thailand sebanyak 548.871 unit, kemudian menjadi 800.357 unit pada 2010 dan turun lagi menjadi 794.081 unit pada 2011.
Penjualan kendaraan di Indonesia pada 2009 sebanyak 483.548 unit dan menjadi 764.710 unit kendaraan pada 2010. Pada 2011 Indonesia menyalip Thailand dengan penjualan sebanyak 894.164 unit. Akumulasi penjualan Indonesia dan Thailand pada 2011 menguasai 65,45% pasar ASEAN.
Sementara, negara-negara lain seperti Malaysia,Filipina dan Vietnam sedang menyusun strategi pertumbuhan agar dapat mempertahankan kelangsungan industri mereka. Korea Selatan dan Taiwan pun mulai melirik perluasan ke pasar luar negeri.Hal itu mereka lakukan sembari mengubah pandangan dalam menangkap kemunculan kendaraan ramah lingkungan, seperti mobil elektrik dan hybrid.
Menurut data Fourin Inc, industri automotif Asia makin tumbuh sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar domestik dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan ASEAN menyebabkan kenaikan investasi untuk perluasan produksi kendaraan. Di saat yang bersamaan, muncul persaingan antarproduk kendaraan irit bahan bakar.
Hal ini menjadikan pabrikan dan pemasok komponen kendaraan bersaing dengan biaya yang besar, sehingga mereka berfokus pada teknologi berbiaya murah yang sesuai.
Peningkatan kualitas dengan biaya rendah tersebut menaikkan posisi Asia di pentas global. Asia yang sebelumnya dianggap sebagai cadangan kini mulai diperhitungkan dalam rantai pasokan global.
Beragamnya tingkat pertumbuhan ekonomi dan pilar kompetisi di Asia mengakibatkan adanya spektrum skenario pertumbuhan dan risiko. India diperkirakan akan memproduksi kendaraan hingga 10 juta unit per tahun sebagai program jangka menengah dan panjang.
Dalam jangka waktu tersebut akan dilibatkan perusahaan lokal dan asing untuk meningkatkan kegiatan investasi. Selain itu, pertumbuhan ini diantisipasi sebagai dasar ekspor komponen ke negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
(kur)