Caleg sering terlambat turun ke lapangan
A
A
A
Sindonews.com - Kampanye dadakan yang dilakukan hanya satu atau dua bulan menjelang pencoblosan tak akan efektif menggaet suara. Namun, kebanyakan calon legislatif (caleg) turun ke lapangan setelah mendekati hari H.
Pakar Politik alumni Universitas Indonesia dan Dosen UIN Bandung Fauzan Rasyid Ali mengatakan, kelemahan utama parpol selama ini adalah kurangnya kemampuan mengkoordinir para caleg dan mesin partai agar selalu hidup dan beraktivitas di tengah-tengah masyarakat.
"Parpol sangat lemah dan kurang mampu menggerakan mesin parpol secara total dan konsisten. Para Caleg juga baru turun ke lapangan hanya satu atau dua bulan menjelang pencoblosan. Ini jelas kurang efektif," ujarnya di Jakarta, Rabu (23/1/2013).
Fauzan juga menegaskan, sistem pemilihan langsung dengan suara terbanyak memang mengandung risiko bagi caleg pemalas. Di sisi lain juga risiko bagi caleg yang tak punya modal dana kuat jika dikaitkan dengan prilaku pemilih yang hanya berorientasi money politic.
Dengan alasan ini, maka menurut Fauzan langkah terbaik bagi parpol adalah menggerakkan semua komponen, baik para caleg maupun kader-kader partai untuk langsung terjun ke akar rumput sejak gong politik ditabuh.
"Kampanye atau sosialisasi secara besar-besaran harus segera dilakukan, tentunya dengan desain yang sistematis. Mulai dari isu atau pesan yang mau disampaikan sehingga menarik perhatian," ungkapnya.
Kampanye dan sosialisasi ini, imbuh dia, juga menyangkut langkah-langkah teknisnya, baik melalui media massa, media sosial atau atribut lainnya dengan mengusung isu-isu strategis. Lebih dari itu semua, Fauzan mengingatkan bahwa yang lebih efektif adalah bergeraknya mesin partai sampai tingkat terendah, yakni rayon atau desa-desa dengan melakukan sosialisasi langsung pada masyarakat.
"Semua ini akan manjur bila para caleg mulai dari caleg DPR sampai DPRD kompak bergerak langsung dan dengan kegiatan nyata di tengah masyarakat, atau door to door," pungkasnya.
Pakar Politik alumni Universitas Indonesia dan Dosen UIN Bandung Fauzan Rasyid Ali mengatakan, kelemahan utama parpol selama ini adalah kurangnya kemampuan mengkoordinir para caleg dan mesin partai agar selalu hidup dan beraktivitas di tengah-tengah masyarakat.
"Parpol sangat lemah dan kurang mampu menggerakan mesin parpol secara total dan konsisten. Para Caleg juga baru turun ke lapangan hanya satu atau dua bulan menjelang pencoblosan. Ini jelas kurang efektif," ujarnya di Jakarta, Rabu (23/1/2013).
Fauzan juga menegaskan, sistem pemilihan langsung dengan suara terbanyak memang mengandung risiko bagi caleg pemalas. Di sisi lain juga risiko bagi caleg yang tak punya modal dana kuat jika dikaitkan dengan prilaku pemilih yang hanya berorientasi money politic.
Dengan alasan ini, maka menurut Fauzan langkah terbaik bagi parpol adalah menggerakkan semua komponen, baik para caleg maupun kader-kader partai untuk langsung terjun ke akar rumput sejak gong politik ditabuh.
"Kampanye atau sosialisasi secara besar-besaran harus segera dilakukan, tentunya dengan desain yang sistematis. Mulai dari isu atau pesan yang mau disampaikan sehingga menarik perhatian," ungkapnya.
Kampanye dan sosialisasi ini, imbuh dia, juga menyangkut langkah-langkah teknisnya, baik melalui media massa, media sosial atau atribut lainnya dengan mengusung isu-isu strategis. Lebih dari itu semua, Fauzan mengingatkan bahwa yang lebih efektif adalah bergeraknya mesin partai sampai tingkat terendah, yakni rayon atau desa-desa dengan melakukan sosialisasi langsung pada masyarakat.
"Semua ini akan manjur bila para caleg mulai dari caleg DPR sampai DPRD kompak bergerak langsung dan dengan kegiatan nyata di tengah masyarakat, atau door to door," pungkasnya.
(lns)