Pasar mobil makin ngebut
A
A
A
Pasar automotif di Indonesia semakin menggiurkan. Hal ini disampaikan lembaga konsultan internasional Frost & Sullivan yang menyebutkan bahwa tahun lalu Indonesia berhasil menjual 1 juta unit.
Pencapaian ini sekaligus mengukuhkan Indonesia sebagai pesaing terberat Thailand dalam pasar automotif di kawasan Asia Tenggara pada 2012. Tumbuhnya sektor automotif tahun lalu merupakan dampak positif dari kondisi ekonomi domestik yang stabil.
Di samping itu, penundaan pembatasan penggunaan dan kenaikan harga bahan bakar berminyak (BBM) bersubsidi juga memberi kontribusi pada tumbuhnya pasar automotif.
Faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam pertumbuhan pasar automotif disebabkan peningkatan daya beli masyarakat kelas menengah, termasuk aksi Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) meluncurkan model-model mobil terbaru. Hal ini sangat mendorong animo kelas menengah untuk membeli.
“Pertumbuhan angka penjualan mobil pada 2012 dialami semua segmen mobil penumpang, dengan pertumbuhan tertinggi berasal dari segmen 4X2,” kata Wakil Presiden Praktisi Automotif dan Transportasi Asia Pasifik Frost & Sullivan Vivek Vaidya dalam jumpa pers yang diadakan di Senayan, Jakarta, 17 Januari 2013.
Vaidya menambahkan, tingginya pertumbuhan pada segmen 4X2 dan 4X4 disebabkan maraknya peluncuran model terbaru oleh produsen sejak 2011. Berbagai produk seperti Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, Honda CRV Facelift, termasuk Suzuki Ertiga, Nissan Evalia, Mitsubishi Outlander, Chevrolet Spin, serta Honda Brio makin memancing minat masyarakat kelas menengah untuk membelinya.
Karena itu, sektor automotif Indonesia diproyeksikan tetap cerah tahun ini meski sedikit terbatas dengan peraturan yang akan diterapkan pemerintah. Vaidya menjelaskan, pencabutan subsidi BBM, kenaikan upah minimum provinsi (UMP), dan pemberlakuan aturan uang muka (down payment) minimum 25 % pada pembiayaan automotif akan memberikan dampak negatif pada penjualan mobil baru tahun ini.
Kendati begitu, sektor automotif diprediksi bakal tumbuh 7,5% dengan penjualan diperkirakan mencapai 1,2 juta unit tahun ini. Untuk permintaan segmen mobil penumpang di Indonesia diprediksi naik hingga 7,6% secara tahunan (year on year/y-o-y) dari 780.500 unit menjadi 840.000.
Sedangkan segmen mobil komersial, pertumbuhannya diprediksi mencapai 360.000 unit.Angka tersebut naik 7,3% y-o-y seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tingginya permintaan kegiatan ekonomi domestik seperti sektor ritel dan manufaktur akan mendorong pasar truk/pick up. Sementara, pertumbuhan di sektor konstruksi dan pembangunan infrastruktur akan berdampak pada tingginya penjualan truk berat”, jelas Vaidya.
Di samping itu,kata Vaidya,pertumbuhan juga akan didukung penjualan dari berbagai segmen mobil seperti multipurpose vehicle (MPV), sport utility vehicle (SUV), dan kompak. Selain itu, pasar automotif akan semakin berwarna dengan hadirnya berbagai model mobil berkonsep murah dan ramah lingkungan (low cost and green).
Varian model terbaru tersebut akan diperkenalkan ke pasar nasional setelah adanya pengumuman resmi mengenai regulasi low cost green car (LGCC). Model-model mobil pun tidak terbatas hanya pada mobil kecil, melainkan mobil hybrid dan mobil berbahan bakar gas (BBG).
Proyeksi pertumbuhan ini sangat bergantung pada penerapan program Low Emission Carbon (LEC) LCGC. “Pemberlakuan program LEC LGCG akan menciptakan peluang bagi Indonesia untuk melampaui Thailand dan mengubah posisi Indonesia di peta pasar automotif global,” ujar Vaidya.
Karena program ini akan menjembatani pasar motor dan mobil murah, sehingga memungkinkan Indonesia untuk mengekspor mobil-mobil LCGC ke berbagai negara berkembang lain. Pendapat serupa dituturkan Ketua 1 Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengenai peluang yang dimiliki Indonesia jika program LEC LGCG diberlakukan.
“Mobil murah ramah lingkungan ini dapat menjadi alternatif mobil yang diminati masyarakat lantaran berada di kisaran harga Rp80 juta ke bawah,” ungkap Jongkie yang juga Presiden Direktur Hyundai Motor Indonesia dalam jumpa pers tersebut.
Menurut Jongkie, jika program ini tidak diberlakukan maka penjualan mobil tahun ini diprediksikan stabil yakni 1,1 juta unit. Hal itu disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat, seiring dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan UMP dan tarif tenaga listrik (TDL).
“Kenaikan biaya produksi akan membuat produsen berpikir untuk menaikkan harga jual.Jika hal itu terjadi, maka daya beli masyarakat akan turun,” tutur Jongkie.
Dia memprediksi, segmen mobil 4X2 dengan kisaran harga di bawah Rp200 juta tetap menjadi primadona tahun ini. Setelah di tahun 2012, segmen 4X2 terjual sebanyak 739.168 unit dari total penjualan yang mencapai 1.116.000 unit.
Pencapaian ini sekaligus mengukuhkan Indonesia sebagai pesaing terberat Thailand dalam pasar automotif di kawasan Asia Tenggara pada 2012. Tumbuhnya sektor automotif tahun lalu merupakan dampak positif dari kondisi ekonomi domestik yang stabil.
Di samping itu, penundaan pembatasan penggunaan dan kenaikan harga bahan bakar berminyak (BBM) bersubsidi juga memberi kontribusi pada tumbuhnya pasar automotif.
Faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam pertumbuhan pasar automotif disebabkan peningkatan daya beli masyarakat kelas menengah, termasuk aksi Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) meluncurkan model-model mobil terbaru. Hal ini sangat mendorong animo kelas menengah untuk membeli.
“Pertumbuhan angka penjualan mobil pada 2012 dialami semua segmen mobil penumpang, dengan pertumbuhan tertinggi berasal dari segmen 4X2,” kata Wakil Presiden Praktisi Automotif dan Transportasi Asia Pasifik Frost & Sullivan Vivek Vaidya dalam jumpa pers yang diadakan di Senayan, Jakarta, 17 Januari 2013.
Vaidya menambahkan, tingginya pertumbuhan pada segmen 4X2 dan 4X4 disebabkan maraknya peluncuran model terbaru oleh produsen sejak 2011. Berbagai produk seperti Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, Honda CRV Facelift, termasuk Suzuki Ertiga, Nissan Evalia, Mitsubishi Outlander, Chevrolet Spin, serta Honda Brio makin memancing minat masyarakat kelas menengah untuk membelinya.
Karena itu, sektor automotif Indonesia diproyeksikan tetap cerah tahun ini meski sedikit terbatas dengan peraturan yang akan diterapkan pemerintah. Vaidya menjelaskan, pencabutan subsidi BBM, kenaikan upah minimum provinsi (UMP), dan pemberlakuan aturan uang muka (down payment) minimum 25 % pada pembiayaan automotif akan memberikan dampak negatif pada penjualan mobil baru tahun ini.
Kendati begitu, sektor automotif diprediksi bakal tumbuh 7,5% dengan penjualan diperkirakan mencapai 1,2 juta unit tahun ini. Untuk permintaan segmen mobil penumpang di Indonesia diprediksi naik hingga 7,6% secara tahunan (year on year/y-o-y) dari 780.500 unit menjadi 840.000.
Sedangkan segmen mobil komersial, pertumbuhannya diprediksi mencapai 360.000 unit.Angka tersebut naik 7,3% y-o-y seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tingginya permintaan kegiatan ekonomi domestik seperti sektor ritel dan manufaktur akan mendorong pasar truk/pick up. Sementara, pertumbuhan di sektor konstruksi dan pembangunan infrastruktur akan berdampak pada tingginya penjualan truk berat”, jelas Vaidya.
Di samping itu,kata Vaidya,pertumbuhan juga akan didukung penjualan dari berbagai segmen mobil seperti multipurpose vehicle (MPV), sport utility vehicle (SUV), dan kompak. Selain itu, pasar automotif akan semakin berwarna dengan hadirnya berbagai model mobil berkonsep murah dan ramah lingkungan (low cost and green).
Varian model terbaru tersebut akan diperkenalkan ke pasar nasional setelah adanya pengumuman resmi mengenai regulasi low cost green car (LGCC). Model-model mobil pun tidak terbatas hanya pada mobil kecil, melainkan mobil hybrid dan mobil berbahan bakar gas (BBG).
Proyeksi pertumbuhan ini sangat bergantung pada penerapan program Low Emission Carbon (LEC) LCGC. “Pemberlakuan program LEC LGCG akan menciptakan peluang bagi Indonesia untuk melampaui Thailand dan mengubah posisi Indonesia di peta pasar automotif global,” ujar Vaidya.
Karena program ini akan menjembatani pasar motor dan mobil murah, sehingga memungkinkan Indonesia untuk mengekspor mobil-mobil LCGC ke berbagai negara berkembang lain. Pendapat serupa dituturkan Ketua 1 Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengenai peluang yang dimiliki Indonesia jika program LEC LGCG diberlakukan.
“Mobil murah ramah lingkungan ini dapat menjadi alternatif mobil yang diminati masyarakat lantaran berada di kisaran harga Rp80 juta ke bawah,” ungkap Jongkie yang juga Presiden Direktur Hyundai Motor Indonesia dalam jumpa pers tersebut.
Menurut Jongkie, jika program ini tidak diberlakukan maka penjualan mobil tahun ini diprediksikan stabil yakni 1,1 juta unit. Hal itu disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat, seiring dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan UMP dan tarif tenaga listrik (TDL).
“Kenaikan biaya produksi akan membuat produsen berpikir untuk menaikkan harga jual.Jika hal itu terjadi, maka daya beli masyarakat akan turun,” tutur Jongkie.
Dia memprediksi, segmen mobil 4X2 dengan kisaran harga di bawah Rp200 juta tetap menjadi primadona tahun ini. Setelah di tahun 2012, segmen 4X2 terjual sebanyak 739.168 unit dari total penjualan yang mencapai 1.116.000 unit.
(kur)