Kisah sang kakek dan victorinox

Jum'at, 18 Januari 2013 - 13:42 WIB
Kisah sang kakek dan...
Kisah sang kakek dan victorinox
A A A
Kanker menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Tidak heran sejumlah ilmuwan terus mencari cara pengobatan paling efektif untuk menyembuhkannya. Bahkan, penelitian kanker selalu menjadi perhatian yang menarik ilmuwan yang bergerak dalam bidang kesehatan.

Karena itu, para ilmuwan kanker kerap mendapat tempat khusus di dunia kesehatan. Malah, tidak jarang sejumlah perguruan tinggi memberikan perhatian khusus pada penyakit tersebut. Karena begitu spesifik dan banyaknya kematian akibat kanker, saat ini tidak sedikit mahasiswa yang berusaha meneliti penyakit tersebut sejak dini. Hal inilah yang dilakukan dua mahasiswa Universitas Harvard.

Mereka adalah Shree Bose dan Angela Zhang. Keduanya mencoba membuat terobosan dalam penelitian kanker dan melakukan penelitian yang dinilai bisa menghadirkan pengobatan yang lebih efektif untuk kanker.

Bose misalnya,mempunyai hasrat besar pada bidang biologi dan kedokteran. Remaja putri berusia 18 tahun ini pada 2011 menjadi pemenang ajang Google Global Science Fairuntuk kategori usia 17-18 tahun.

Bose membuat terobosan penelitian kanker sejak SMA. Karena itu pujian kerap datang kepadanya, termasuk dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Bose mempelajari protein kinase aktif AMP dan reaksinya dengan cisplatin obat kemoterapi. Ketertarikan Bose pada kanker meningkat ketika menyaksikan perjuangan kakeknya melawan kanker hati.

Dalam penelitiannya, Bose berkesimpulan jika berhasil menghambat protein kinase AMP maka cisplatin mulai bisa menghancurkan sel-sel kanker. Saat ini di Harvard, Bose berencana terus mempelajari biologi molekuler. Dalam melakukan penelitian sejak SMA,Bose dibimbing Alakananda Basu, guru besar bidang Biologi Molekuler dan Imunologi dari University of North Texas Health Science Center.

Basu melihat kecerdasan Bose sejak SMA. Karena itu,dia membimbingnya.Sebelum menang dalam ajang Google Global Science Fair, Bose telah melakukan banyak hal di bawah bimbingan Basu. Bose mendapatkan bimbingan Basu sejak 2010. Bose meneliti tentang efektivitas jangka panjang dari obat kemoterapi cisplatin pada kanker ovarium. Obat ini efektif dalam mengobati penyakit,tetapi sel-sel kanker tumbuh resisten dari waktu ke waktu.

Melalui penelitian ini, Bose mengeksplorasi cara untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Basu, dia bersama Bose melakukan studi lebih banyak tentang kanker. “Kita perlu melakukan lebih banyak sampel klinis dan studi hewan untuk melihat apa yang terjadi ketika kita menghambat kinase AMP,” kata Basu sebagaimana dilansir majalah North Texas Healt & Science edisi Maret 2012.

Bose dinilai sebagai siswa yang pantang menyerah. Usaha Bose memberikan kesan tersendiri kepada Basu. “Ini adalah proyek yang lebih rumit, tapi saya pikir dia bisa mengatasinya,” tambah Basu.

Dalam melakukan penelitian, Basu memasangkan Bose dengan mahasiswa pascasarjana Savitha Sridharan. “Saya sangat bangga pada Bose karena dia begitu termotivasi. Namun, aku akan sama bangganya kepada dia walaupun dia tidak memenangkan penghargaan Google,” tambah Basu.

Karena penghargaan dari Google tersebut, Bose mendapatkan beasiswa USD50.000 dan melakukan tur 10 hari bersama National Geographic ke Kepulauan Galapagos serta mengunjungi sejumlah tempat pilihan, termasuk perjalanan ke laboratorium akselerator partikel di Jenewa, Swiss.

Dalam waktu dua bulan setelah penghargaan, Bose melakukan penelitian di laboratorium. Dia sangat menikmati dan terpesona melakukan pekerjaan di tempat itu.“Ini untuk melihat dunia nyata implikasi dari apa yang kami temukan,” kata Bose.

Penelitian tentang efektivitas pengobatan kanker juga dilakukan Zhang. Namun, Zhang tidak mengambil subjek kinase AMP. Sama seperti Bose, Zhang juga melakukan penelitian sejak SMA. Dia melakukan penelitian tentang nano partikel yang memungkinkan dipergunakan untuk mengobati kanker.

Karena penelitiannya tersebut, pada 2011 Zhang memenangkan uang sebesar USD100.000 dari ajang 2011 Siemens Competition pada kategori bidang Matematika, Sains,dan Teknologi.

Proyek ini berpotensi mengarah pada pengobatan kanker yang dinilai jauh lebih efektif. “Saya membuat sebuah nano partikel ibarat Victorinox, pisau serbaguna tentara Swiss. Nano partikel bisa untuk pengobatan kanker karena dapat mendeteksi dan membasmi sel-sel kanker, dan kemudian memantau respons pengobatan. Jadi, tujuan utama dari proyek ini adalah untuk personalisasi pengobatan kanker,” ujar Zhang sebagaimana dilansir Huffington Post. Zhang menguji sistem nano partikelnya pada tikus.

Dia senang karena melihat tumor kanker hampir sepenuhnya hilang.Menurut Zhang, temuannya merupakan buah dari kerja keras. Dia mengakui bahwa proyeknya perlu selalu diperbaiki untuk sebuah kemajuan.

“Saya menghargai kegagalan sebanyak keberhasilan yang saya temui dalam proyek saya,karena kesempatan belajar yang besar berasal dari kegagalan,” kata putri imigran China tersebut, sebagaimana dilansir Business Insider.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0909 seconds (0.1#10.140)