Tantangan profesi pelindung masyarakat

Minggu, 06 Januari 2013 - 15:16 WIB
Tantangan profesi pelindung masyarakat
Tantangan profesi pelindung masyarakat
A A A
Polisi bertugas di tengah dan bersama masyarakat.Banyak tugas yang dibebankan, bahkan polisi tidak mengenal waktu jam kerja. Ketika dibutuhkan, mereka harus siap kapan pun.Tuntutan tugas yang besar sering menjadikan profesi polisi sebagai pekerjaan yang rawan stres.

Hal ini setidaknya terlihat pada penelitian CareerCast.com yangdalambeberapatahunterakhirmenilai polisi sebagai profesi rawan stres.

Dalam ulasan bertajuk ”Most Stressful Job 2013” diprediksikan pada 2013 tingkat stres polisi berada di urutan ke- 10. Penelitian yang sama tahun lalu menilai tingkat stres polisi di angka sembilan. Menurut situs yang memfokuskan pada analisis pekerjaan ini, polisi mempunyai pekerjaan yang berbahaya.

Selain bertugas mengamankan masyarakat, mereka juga harus menjaga diri sendiri dari tindak kriminal. Profesi juga dituntut untuk menjunjung tinggi standar dan kode etik yang profesi mereka. Semua ini tantangan yang harus dilakukan polisi dalam waktu yang bersamaan.

Pengamat kriminologi Universitas Indonesia, Yogo Tri Hendiarto, mengatakan bahwa polisi mempunyai peranan vital dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Semua masalah kriminal menjadi kewenangan polisi untuk menanganinya.

Selain itu, mereka juga dituntut untuk berlaku adil kepada semua pihak. Tugas dan tuntutan yang besar ini tidak heran jika mereka sering menjadi sorotan. ”Polisi tidak boleh memberikan perlakukan khusus kepada pihak tertentu misalnya orang yang mempunyai uang banyak,” kata Yogo.

Menurut Yogo, secara garis besar selama ini tugas polisi terbagi dua.Pertama polisi yang ada di kantor dan kedua adalah polisi yang bertugas di lapangan. Secara umum, petugas yang ada di lapangan mempunyai risiko yang jauh lebih besar dibanding yang di kantor.Terutama mereka yang menjaga daerah-daerah rawan konflik atau rawan kriminalitas.

”Polisi yang berada di daerah rawan, taruhan mereka adalah nyawa. Tantangan yang dihadapi jauh lebih besar,” tambahYogo.

Menurut data Indonesia Police Watch (IPW) sepanjang 2012 terdapat 28 polisi gugur dan 12 orang terluka saat menjalankan tugasnya. Menurut Ketua Presidium IPW Neta S Pane, sebagian besar polisi yang tewas merupakan korban pembunuhan pelaku kriminal.

”Sebanyak 23 polisi yang tewas adalah polisi jajaran bawah yang dibunuh pelaku kriminal.Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2011 yang jumlah polisi tewas saat bertugas hanya 20 orang,” ungkap Neta (Okezone 22 Desember 2012).

Berdasarkan data IPW, Papua merupakan daerah paling rawan bagi kepolisian. Tercatat ada delapan peristiwa konflik orang tak dikenal dengan polisi di Papua yang menewaskan 10 polisi. Posisi daerah rawan kedua adalah Sulawesi Tengah.

Ada lima peristiwa konflik polisi dengan orang tak dikenal yang menyebabkan polisi tewas. ”Disusul daerah Solo,Jawa Tengah yang tercatat ada empat konflik polisi dengan orang tak dikenal yang menewaskan dua polisi dan empat luka,”sambungnya.

Profesi lain yang berisiko keselamatan diri adalah pemadam kebakaran.Pekerjaan memadamkan api yang berkobartidakjarangmembuatpetugasmengalami kecelakaan dan bahkan menjadi korban. Di sejumlah negara sudah banyak pemadam kebakaran yang menjadi korban karena pekerjaan mereka. Beban pekerjaan yang keras menjadikan pemadam kebakaran sebagai profesi rawan stres.

Menurut penelitian CareerCast, secara global pemadam kebakaran menempati peringkat ketiga dalam pekerjaan yang paling rawan stres. Di Amerika Serikat pada 2011 dilaporkan ada 81 orang yang meninggal saat bertugas.

Sedangkan pada 2012 ada 77 orang meninggal saat menjalankan tugas pemadaman kebakaran. Secara global biasanya jam shift pemadam kebakaran hingga 48 jam. Jumlah jam kerja yang panjang ini memberikan kontribusi pada kelelahan fisik dan dapat menjadi beban psikis pada kehidupan keluarga dan kesejahteraan emosional.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6498 seconds (0.1#10.140)