Sahabat yang membuat Yesus menangis

Senin, 24 Desember 2012 - 09:53 WIB
Sahabat yang membuat...
Sahabat yang membuat Yesus menangis
A A A
Ketulusan merupakan modal yang paling utama agar bisa dikasihi Tuhan Yesus. Seperti kisah seorang anak kecil yang sangat polos dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai sahabatnya, tempat curhat, dan mencurahkan isi hati.

Di Milaor Camarine Sur, Filipina, ada seorang bocah kelas 4 SD yang tidak pernah meninggalkan sehari pun tanpa menemui sahabatnya. Sepulang sekolah bocah, selalu menyempatkan diri ke gereja walau hanya untuk berkeluh kesah.

Setiap pulang sekolah, bocah ini selalu mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya. Karena dia harus menghadapi kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya.
Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut. “Bagaimana kabarmu, Andy? Apakah kamu akan ke Sekolah?”

“Ya, Bapa Pendeta!” balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, “Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat.”

Andi hanya bisa mengucapkan terima kasih pada bapak pendeta. Selanjutnya, Andy berjanji akan mengunjungi gereja setelah pulang sekolah. “Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan. Sahabatku,” kata Andy.

Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara pada sahabatnya. Tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

“Engkau tahu Tuhan Yesus, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini. Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya. Lucunya, aku jadi tidak begitu lapar,"katanya.

Ia melanjutkan pembicaraannya, "Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong Bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi. Tolong Tuhan Yesus," harapnya tulus.

Oh, ya..Engkau tahu, Tuhan….. kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu. Tuhan Yesus, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini.aku rasa Engkau tahu yang ini kan…??? Tolong jangan marahi ibuku, ya…..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku. Itulah mengapa dia memukul aku.

Oh, Tuhan yesus....aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini……. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkan-Mu. Engkau adalah sahabatku. Oh ya……ulang tahun-Mu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untuk-Mu. Tapi ini kejutan bagi-Mu. Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang.” Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta .

“Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!”

Kegiatan tersebut berlangsung setiaphari, Andy tidak pernah absen sekalipun. Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.

Suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif. Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada empat wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat.

Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka. Ketika mereka sedang berdoa, Andypun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa “Halo Tuhan..Aku..”

“Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!! Keluar, kamu!!!!!”

Andy begitu terkejut,”Dimana Bapa Pendeta Agaton..?? Seharusnya dia membantuku menyeberangi jalan raya. dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, karena hari ini hari ulang tahun-Nya, akupun punya hadiah untuk-Nya.”

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja. “Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya!!!”

Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja.

……Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang, disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar. Dan Andypun tewas seketika……….

Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi. Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh airmata datang dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya,”Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya?” Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata, ”Dia adalah sahabatku.” Hanya itulah yang dikatakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub.

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan. Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.
“Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?” “Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari.” Ucap ibu Andy terisak.

“Apa katanya?” Ayah Andy berkata,”Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu.

“Apa yang dikatakan?” tanya Pendeta Agaton.

“Dia berkata kepada Andy. Terima kasih buat kadonya. Aku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku.”

Dan sang ayah melanjutkan, “Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah. Aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu, aku menangis karena bahagia. Aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku."

"Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. Aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong Bapa Pendeta. Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik, ”Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa… kecuali dengan Tuhan.”
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6103 seconds (0.1#10.140)