Tujuh ucapan Yesus di Kayu Salib
A
A
A
Yesus Kristus mengucapkan tujuh ucapan pendek namun penting di kayu salib, yang secara keseluruhan menyibak tabir salib.
1. Doa untuk para algojo
Lukas 23:24 Yesus berkata:
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Walaupun menderita secara fisik dan emosional, dan dikutuk oleh orang yang disalib di sebelahNya, Yesus tidak membenci mereka. Ini sesuai dengan ajaranNya dalam Khotbah di Bukit yang tertulis di Lukas 6:27-28
“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu
2. Penyelamatan seorang penjahat
Luk 23:43
Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Awalnya kedua penyamun ikut mencela Yesus (Mat 27:44). Namun kemudian penjahat kedua menegurnya (40-41) dan dia bertobat (42). Penjahat itu melihat martabat Yesus yang rajani dan tenang. Ia telah mendengar doa pengampunan Yesus untuk para algojo-Nya. Pengampunan adalah yang ia butuhkan karena ia mengakui bahwa ia layak dihukum.
Ia diampuni (43). Ia tidak dicela karena baru bertobat di detik-detik terakhir. Selama berjam-jam selanjutnya, yang penuh penderitaan dan terasa panjang, penjahat yang diampuni itu menetapkan hati dan pikiranya pada janji Yesus yang pasti dan menyelamatkan.
3. Penyerahan Ibu-Nya
Yoh 19:26-27
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Yesus memikirkan penderitaan Maria. ia ingin menghibur Maria dari kesedihannya. ia meletakkan Maria ke dalam tanggung jawab dan pemeliharaan Yohanes dan demikian pula sebaliknya. Ini sesuai dengan ajaran Yesus mengenai hidup dalam kasih yang tertulis di Efesus 5:2
Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
4. Seruan kesendirian-Nya
Mat 27:45-46
Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Eli, Eli lema sabakhtani? Penonton mengira Ia memanggil Elia (47) dan mereka pasti mengolok-olokNya. Tidak ada orang Yahudi yang tahu bahasa Aram. Yesus mengutip Mazmur 22 (Allahku, mengapa Kautinggalkan aku?). Kesendirian ini terjadi karena dosa kita dan mengandung pengalaman pedih ditinggalkan Allah. Yesus menggenapinya dengan sempurna.
5. Rasa haus yang menyiksa
Yoh 19:28
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia–supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci–:”Aku haus!”
Ini adalah satu-satunya dari tujuh ucapan yang menyatakan penderitan fisik. Ucapan ini melambangkan kesengsaraan dan keterpisahan dari Allah. Sangat ironis karena sebelumnya Yesus berkata seperti tertulis di Yohanes 7:37
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
Yesus kehausan di atas salib terjadi supaya kita tida menderita dahaga lagi (Wahyu 7:16)
6. Teriakan kemenangan-Nya
Yoh 19:20
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Tetelastai (dalam bahasa Yunani) artinya: kerjaNya sudah selesai dan berdampak.
Terjadilah Ibrani 10:12
Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah
Kristus sudah menyelesaikan pekerjaan menanggung dosa, tidak ada lagi yang harus kita lakukan, ataupun tambahkan.
Sebagai pamungkas adalah terbukanya tabir suci yaitu lambang ketidakterjangkauan Allah oleh orang berdosa, terkoyak dan dibuang karena tidak perlu lagi.
Mat 27:51
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah.
7. Penyerahan Diri-Nya yang terakhir
Luk 23:46
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Mark 15:37
Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.
Mat 27:50
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yoh 19:30
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Kata paradidomi yang digunakan untuk Yesus disini sama dengan yang digunakan Barabas, para imam kepala, Pilatus, dan tentara Roma yang “menyerahkan” Yesus. Sebenarnya Yesus dapat saja turun dari salib, tapi Ia tidak melakukannya. Dua ucapan terakhir “sudah selesai” dan “Kuserahkan nyawa-Ku” memproklamasikan Yesus sebagai Penakluk Dosa dan Maut.
(sumber: Sepanjang Tahun Menyusuri Alkitab” karya John Stott)
1. Doa untuk para algojo
Lukas 23:24 Yesus berkata:
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Walaupun menderita secara fisik dan emosional, dan dikutuk oleh orang yang disalib di sebelahNya, Yesus tidak membenci mereka. Ini sesuai dengan ajaranNya dalam Khotbah di Bukit yang tertulis di Lukas 6:27-28
“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu
2. Penyelamatan seorang penjahat
Luk 23:43
Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Awalnya kedua penyamun ikut mencela Yesus (Mat 27:44). Namun kemudian penjahat kedua menegurnya (40-41) dan dia bertobat (42). Penjahat itu melihat martabat Yesus yang rajani dan tenang. Ia telah mendengar doa pengampunan Yesus untuk para algojo-Nya. Pengampunan adalah yang ia butuhkan karena ia mengakui bahwa ia layak dihukum.
Ia diampuni (43). Ia tidak dicela karena baru bertobat di detik-detik terakhir. Selama berjam-jam selanjutnya, yang penuh penderitaan dan terasa panjang, penjahat yang diampuni itu menetapkan hati dan pikiranya pada janji Yesus yang pasti dan menyelamatkan.
3. Penyerahan Ibu-Nya
Yoh 19:26-27
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Yesus memikirkan penderitaan Maria. ia ingin menghibur Maria dari kesedihannya. ia meletakkan Maria ke dalam tanggung jawab dan pemeliharaan Yohanes dan demikian pula sebaliknya. Ini sesuai dengan ajaran Yesus mengenai hidup dalam kasih yang tertulis di Efesus 5:2
Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
4. Seruan kesendirian-Nya
Mat 27:45-46
Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Eli, Eli lema sabakhtani? Penonton mengira Ia memanggil Elia (47) dan mereka pasti mengolok-olokNya. Tidak ada orang Yahudi yang tahu bahasa Aram. Yesus mengutip Mazmur 22 (Allahku, mengapa Kautinggalkan aku?). Kesendirian ini terjadi karena dosa kita dan mengandung pengalaman pedih ditinggalkan Allah. Yesus menggenapinya dengan sempurna.
5. Rasa haus yang menyiksa
Yoh 19:28
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia–supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci–:”Aku haus!”
Ini adalah satu-satunya dari tujuh ucapan yang menyatakan penderitan fisik. Ucapan ini melambangkan kesengsaraan dan keterpisahan dari Allah. Sangat ironis karena sebelumnya Yesus berkata seperti tertulis di Yohanes 7:37
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
Yesus kehausan di atas salib terjadi supaya kita tida menderita dahaga lagi (Wahyu 7:16)
6. Teriakan kemenangan-Nya
Yoh 19:20
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Tetelastai (dalam bahasa Yunani) artinya: kerjaNya sudah selesai dan berdampak.
Terjadilah Ibrani 10:12
Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah
Kristus sudah menyelesaikan pekerjaan menanggung dosa, tidak ada lagi yang harus kita lakukan, ataupun tambahkan.
Sebagai pamungkas adalah terbukanya tabir suci yaitu lambang ketidakterjangkauan Allah oleh orang berdosa, terkoyak dan dibuang karena tidak perlu lagi.
Mat 27:51
Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah.
7. Penyerahan Diri-Nya yang terakhir
Luk 23:46
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Mark 15:37
Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.
Mat 27:50
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yoh 19:30
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Kata paradidomi yang digunakan untuk Yesus disini sama dengan yang digunakan Barabas, para imam kepala, Pilatus, dan tentara Roma yang “menyerahkan” Yesus. Sebenarnya Yesus dapat saja turun dari salib, tapi Ia tidak melakukannya. Dua ucapan terakhir “sudah selesai” dan “Kuserahkan nyawa-Ku” memproklamasikan Yesus sebagai Penakluk Dosa dan Maut.
(sumber: Sepanjang Tahun Menyusuri Alkitab” karya John Stott)
(ysw)