Herbal China banyak diminati
A
A
A
Saat ini semakin banyak orang Indonesia yang percaya pada obat herbal. Namun, banyak pengguna obat herbal yang lebih memilih produk asal China dibanding Indonesia. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk kembali ke alam (back to nature) menyebabkan menjamurnya pengobatan herbal.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan industri herbal mencapai 20% tiap tahunnya. Obat herbal diminati karena memiliki potensi besar dari sisi ekonomi, keilmuan, dan pemanfaatan tumbuhan.
”Melihat tren yang meningkat setiap tahun, saya yakin industri herbal akan melampaui industri obat kimia yang selama ini mendominasi obat-obatan di Tanah Air,” tuturnya seperti dilansir sindoradio. com 11 Oktober 2012.
Herbal China merupakan herbal paling digemari di Indonesia. Pengobatan tradisional China menggunakan herbal sebagai bahan baku yang langsung didatangkan dari China. Melihat besarnya kebutuhan dan pangsa pasar, produsen herbal China pun mendirikan pabrik herbalnya di Indonesia.
Praktisi kesehatan dari Universitas Padjadjaran Dedy Susanto menuturkan bahwa penggunaan produk herbal saat ini memang semakin meningkat di tengah makin meningkatnya kesadaran untuk mengurangi konsumsi obat kimiawi.
”Obat kimia ternyata tak cukup menyembuhkan karena hanya meredakan gejala bukan meregenerasi sel. Dengan kata lain, obat kimia justru cenderung merusak. Ini karena dokter biasanya hanya memberi obat sesuai dosis. Sekadar adu obat, adu pabrikan,” katanya.
Maraknya peminat pengobatan tradisional China bukan tidak mungkin akan mengancam pangsa pasar obat herbal Indonesia. Sejatinya, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya herbal kedua terbesar di dunia. Sepatutnya, Indonesia dapat mengembangkan industri herbal lebih baik lagi.
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) Charles Saerang, dibutuhkan kerja sama terintegrasi antara pemerintah dan instansi terkait mengenai izin edar obat herbal luar di dalam negeri.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan industri herbal mencapai 20% tiap tahunnya. Obat herbal diminati karena memiliki potensi besar dari sisi ekonomi, keilmuan, dan pemanfaatan tumbuhan.
”Melihat tren yang meningkat setiap tahun, saya yakin industri herbal akan melampaui industri obat kimia yang selama ini mendominasi obat-obatan di Tanah Air,” tuturnya seperti dilansir sindoradio. com 11 Oktober 2012.
Herbal China merupakan herbal paling digemari di Indonesia. Pengobatan tradisional China menggunakan herbal sebagai bahan baku yang langsung didatangkan dari China. Melihat besarnya kebutuhan dan pangsa pasar, produsen herbal China pun mendirikan pabrik herbalnya di Indonesia.
Praktisi kesehatan dari Universitas Padjadjaran Dedy Susanto menuturkan bahwa penggunaan produk herbal saat ini memang semakin meningkat di tengah makin meningkatnya kesadaran untuk mengurangi konsumsi obat kimiawi.
”Obat kimia ternyata tak cukup menyembuhkan karena hanya meredakan gejala bukan meregenerasi sel. Dengan kata lain, obat kimia justru cenderung merusak. Ini karena dokter biasanya hanya memberi obat sesuai dosis. Sekadar adu obat, adu pabrikan,” katanya.
Maraknya peminat pengobatan tradisional China bukan tidak mungkin akan mengancam pangsa pasar obat herbal Indonesia. Sejatinya, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya herbal kedua terbesar di dunia. Sepatutnya, Indonesia dapat mengembangkan industri herbal lebih baik lagi.
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) Charles Saerang, dibutuhkan kerja sama terintegrasi antara pemerintah dan instansi terkait mengenai izin edar obat herbal luar di dalam negeri.
(kur)