Lebih dekat dengan GIDI di Papua
A
A
A
Ajaran GIDI adalah salah satu ajaran umat kristiani di Indonesia yang berpusat di Papua. Uniknya GIDI membabtis umatnya dengan cara menenggelamkan ke dalam air (dalam bahasa yunani Babtiso yang artinya menyelam).
Karena menurut aliran GIDI sebagai tanda mati bersama Kristus dan bangkit secara Kristus. Tak hanya itu, umat yang akan dibaptis juga harus berumur 10 tahun keatas.
Selain pembaptisan, jika seseorang berencana menikah diwajibkan membuat pengakuan dosa bagi orang yang terlanjur sudah melakukan hubungan badan sebelum menikah.
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) sudah 49 tahun berdiri dan pertama kali dibentuk di Tolikara kabupaten Jayawijaya, namun berpusat di Kota Sentani kabupaten Jayapura. Saat ini, ada 966 jemaat yang beredar di seluruh Indonesia. Selain di Indonesia, ternyata GIDI juga terdapat di Australia, PNG, dan Yerusalem.
Mengenai perjalanan GIDI di Papua sendiri bermula ketika 49 tahun lalu seorang misionaris gereja kema injil (gereja crition mission alliance) membawa firman ALLAH ke Tolikara dan mengenalkan masyarakat disana dengan ajaran GIDI.
Masyarakat Tolikara pun menyambut baik dan memutuskan membuat gereja sendiri. Sebelumnya tiga badan misionaris telah membangun pos-pos keagamaan di pegunungan Papua.
Sehingga berembuklah kepala-kepala suku atau yang disebut ondoafi dan ondofolo untuk membangun gereja pertama Papua bagian pegunungan.
Pendeta Piliyus Biniluk selaku Ketua Sinode GIDI Jilid 2 mengutarakan bahwa Gereja GIDI ini pertama kali di bangun di Tolikara namun dipusatkan di Kota Sentani,
“Gereja GIDI pertama kali lahir di Tolikara dan pusatnya di Tolikara namun cabangnya sangat banyak ada di Grogol, Bali dan lain-lain, bahkan di Australia, PNG, dan Yerusalem juga ada,” ungkapnya kepada SINDO di Papua, Senin (10/12/2012).
Sedangkan untuk Natal tahun ini, tema yang diusung oleh GIDI menyambut Natal tahun ini yaitu “Oh Tuhan, Pulihkanlah Negeri Kami”. Tema tersebut diambil dari kitab 2 Tawarik pasal 7 ayat 14.
Dalam kitab tersebut, yang dimaksud pemulihan adalah setiap pribadi dari pria dan wanita, dan Negeri yang dimaksud yaitu hati setiap manusia karena itulah sumber dari segala-galanya.
Kenapa GIDI mengambil tema tersebut, Pendeta Piliyus mengungkapkan, karena segala yang diperbuat berasal dari hati.
"Sehingga kami berdoa supaya hati kita dipulihkan oleh Tuhan," tegasnya.
Untuk pelaksanaan Natal sendiri, apa yang dilakukan umat GIDI sama seperti umat Kristiani lainnya, yakni melantunkan musik-musik gereja, KKP, membuat pondok natal, dan jemaat membuat natal masing-masing.
Setiap umat juga melakukan tukaran kado, lomba cerdas cermat Alkitab, dan melakukan Malam Kudus. Menariknya, tiap menyambut Natal ada jemaat yang diberangkatkan ke Israel.
"Tahun ini yang berangkat mewakili umat GIDI berjumlah 70 orang," katanya.
Karena menurut aliran GIDI sebagai tanda mati bersama Kristus dan bangkit secara Kristus. Tak hanya itu, umat yang akan dibaptis juga harus berumur 10 tahun keatas.
Selain pembaptisan, jika seseorang berencana menikah diwajibkan membuat pengakuan dosa bagi orang yang terlanjur sudah melakukan hubungan badan sebelum menikah.
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) sudah 49 tahun berdiri dan pertama kali dibentuk di Tolikara kabupaten Jayawijaya, namun berpusat di Kota Sentani kabupaten Jayapura. Saat ini, ada 966 jemaat yang beredar di seluruh Indonesia. Selain di Indonesia, ternyata GIDI juga terdapat di Australia, PNG, dan Yerusalem.
Mengenai perjalanan GIDI di Papua sendiri bermula ketika 49 tahun lalu seorang misionaris gereja kema injil (gereja crition mission alliance) membawa firman ALLAH ke Tolikara dan mengenalkan masyarakat disana dengan ajaran GIDI.
Masyarakat Tolikara pun menyambut baik dan memutuskan membuat gereja sendiri. Sebelumnya tiga badan misionaris telah membangun pos-pos keagamaan di pegunungan Papua.
Sehingga berembuklah kepala-kepala suku atau yang disebut ondoafi dan ondofolo untuk membangun gereja pertama Papua bagian pegunungan.
Pendeta Piliyus Biniluk selaku Ketua Sinode GIDI Jilid 2 mengutarakan bahwa Gereja GIDI ini pertama kali di bangun di Tolikara namun dipusatkan di Kota Sentani,
“Gereja GIDI pertama kali lahir di Tolikara dan pusatnya di Tolikara namun cabangnya sangat banyak ada di Grogol, Bali dan lain-lain, bahkan di Australia, PNG, dan Yerusalem juga ada,” ungkapnya kepada SINDO di Papua, Senin (10/12/2012).
Sedangkan untuk Natal tahun ini, tema yang diusung oleh GIDI menyambut Natal tahun ini yaitu “Oh Tuhan, Pulihkanlah Negeri Kami”. Tema tersebut diambil dari kitab 2 Tawarik pasal 7 ayat 14.
Dalam kitab tersebut, yang dimaksud pemulihan adalah setiap pribadi dari pria dan wanita, dan Negeri yang dimaksud yaitu hati setiap manusia karena itulah sumber dari segala-galanya.
Kenapa GIDI mengambil tema tersebut, Pendeta Piliyus mengungkapkan, karena segala yang diperbuat berasal dari hati.
"Sehingga kami berdoa supaya hati kita dipulihkan oleh Tuhan," tegasnya.
Untuk pelaksanaan Natal sendiri, apa yang dilakukan umat GIDI sama seperti umat Kristiani lainnya, yakni melantunkan musik-musik gereja, KKP, membuat pondok natal, dan jemaat membuat natal masing-masing.
Setiap umat juga melakukan tukaran kado, lomba cerdas cermat Alkitab, dan melakukan Malam Kudus. Menariknya, tiap menyambut Natal ada jemaat yang diberangkatkan ke Israel.
"Tahun ini yang berangkat mewakili umat GIDI berjumlah 70 orang," katanya.
(ysw)