Pulau Mansinam, titik peradaban masyarakat Papua
A
A
A
PULAU Mansinam, Kota Manokwari, Papua, merupakan titik awal peradaban kehidupan. Di pulau ini, Kesultanan Tidore (seorang Muslim) mengantar dua pendeta Kristen, Ottow dan Geisher, pada 5 Februari 1855 untuk menyebarkan kepercayaan mereka.
Residen Belanda sempat menjelaskan kepada Sultan Tidore, bahwa Ottow dan Geissler merupakan peneliti alam. Namun Sultan sudah tahu identitas kedua orang itu. Bahkan, Sultan sempat berkata dalam hati, "Mereka kan missionaris pekabaran Injil. Jangan merubah status mereka. Biarkan mereka menyebarkan ke-Kristenan mereka".
Maka Sultan memberikan surat ijin bagi dua orang hamba Tuhan, dan memerintahkan kepada para kepala suku untuk melindungi dan menolong mereka, jika mereka kekurangan makanan. Ini merupakan simbol harmoni sosial dalam sejarah peradaban orang Papua.
Sejak kedua orang itu masuk ke Pulau Mansinam, masyarakat Papua yang saat itu hidup dalam kegelapan, mulai mengenal agama, pendidikan, dan kehidupan moderen masyarakat yang bermartabat.
Pulau Musinam memiliki keindahan alam yang mempesona, air laut yang jernih, dan pasir putih yang eksotis. Pulau ini juga memiliki sumber air tawar yang lokasinya berada di belakang gereja dekat Situs Perkabaran Injil. Air ini dipercayai sebagai air suci, bagi umat Kristiani di tanah Papua.
Kesan menyeramkan dari tanah Papua ternyata menyimpan sosok religius dan penuh kasih, dan kedamaian. Masyarakat Papua yang ramah terhadap para wisatawan yang ingin menikmati wisata rohani, maupun alam yang penuh keindahan akan menjadi daya jual kepulauan ini.
Residen Belanda sempat menjelaskan kepada Sultan Tidore, bahwa Ottow dan Geissler merupakan peneliti alam. Namun Sultan sudah tahu identitas kedua orang itu. Bahkan, Sultan sempat berkata dalam hati, "Mereka kan missionaris pekabaran Injil. Jangan merubah status mereka. Biarkan mereka menyebarkan ke-Kristenan mereka".
Maka Sultan memberikan surat ijin bagi dua orang hamba Tuhan, dan memerintahkan kepada para kepala suku untuk melindungi dan menolong mereka, jika mereka kekurangan makanan. Ini merupakan simbol harmoni sosial dalam sejarah peradaban orang Papua.
Sejak kedua orang itu masuk ke Pulau Mansinam, masyarakat Papua yang saat itu hidup dalam kegelapan, mulai mengenal agama, pendidikan, dan kehidupan moderen masyarakat yang bermartabat.
Pulau Musinam memiliki keindahan alam yang mempesona, air laut yang jernih, dan pasir putih yang eksotis. Pulau ini juga memiliki sumber air tawar yang lokasinya berada di belakang gereja dekat Situs Perkabaran Injil. Air ini dipercayai sebagai air suci, bagi umat Kristiani di tanah Papua.
Kesan menyeramkan dari tanah Papua ternyata menyimpan sosok religius dan penuh kasih, dan kedamaian. Masyarakat Papua yang ramah terhadap para wisatawan yang ingin menikmati wisata rohani, maupun alam yang penuh keindahan akan menjadi daya jual kepulauan ini.
(san)