Sendang Sono di kaki bukit Menoreh Yogyakarta

Kamis, 29 November 2012 - 17:43 WIB
Sendang Sono di kaki...
Sendang Sono di kaki bukit Menoreh Yogyakarta
A A A
DARI pusat Yogyakarta, melewati Jalan Godean hingga Sentolo. Kemudian belok ke kanan, atau melewati Jalan Magelang hingga pertigaan Pasar Muntilan, lalu belok ke kiri. Jalan berliku menuju kaki Bukit Menoreh itu, adalah arah ke lokasi wisata rohani umat Katolik Sendang Sono.

Jika menggunakan sepeda motor, perjalanan dari Yogyakarta menuju Sendang Sono, berkisar antara 45 kilometer, atau satu jam perjalanan. Perjalanan melelahkan itu, akan terbalas setelah sampai.

Sebuah pintu dengan dinding samping terbuat dari batu, akan mengantar masuk ke kompleks ziarah yang luas. Terbagi atas kapel-kapel kecil, lokasi Jalan Salib, Gua Maria, pendopo, sungai, dan tempat penjualan perlengkapan ibadah.

Keringat yang membasahi kulit setelah perjalanan jauh, akan mengering terkena udara sejuk saat memasuki kompleks ziarah yang banyak ditumbuhi pepohonan.

Berdasarkan informasi yang terhimpun, Sendang berarti mata air. Sedangkan Sono, berarti Pohon Sono. Dari perpaduan dua kata itu lah, asal mula nama Sendang Sono. Sebelum ditutup dengan kotak kaca, jika ke arah kanan dari pintu masuk kompleks, kita akan dapat menemui Sendang.

Pada 1904, Sendang lebih dikenal dengan nama Sendang Semagung, berfungsi sebagai persinggahan para bhikku yang ingin menuju daerah Boro, wilayah sebelah selatan Sendang Sono. Semua berubah setelah kedatangan Pastur Van Lith pada 20 Mei 1904 yang membaptis 173 warga Kalibawang menggunakan air sendang.

Sejak saat itu, tempat ini mulai berubah fungsi sebagai tempat ziarah umat Katolik.

Memasuki kapel utama di dalam kompleks, kita bisa mengenang peristiwa pembaptisan yang terjadi ratusan tahun lalu melalui sebuah relief yang menggambarkan prosesi pembaptisan. Saat melangkah menuju Kapel Bunda Maria, dan Kapel Para Rasul, kita akan diingatkan dengan perjuangan Bunda Maria dan 12 rasul pertama Kristus.

Dekat Kapel Bunda Maria, kita akan menemukan pemakaman warga yang pertama kali menggerakkan komunitas Katolik Sendang Sono. Makam itu milik Barnabas Sarikromo, sahabat baik Pastur Van Lith yang juga salah satu warga yang dibaptis pada tahun 1904, dan ditetapkan sebagai katekis pertama di daerah tersebut.

Sarikromo dilahirkan pada 1874. Dia merupakan seorang yang menerima rahmat, karena senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan. Ketika muda, dia menderita sakit kaki yang sulit disembuhkan. Dalam doa, dan janjinya untuk mengabdikan diri pada Tuhan, keajaiban datang, dan kakinya disembuhkan.

Kemudian dia bertemu dengan Pastur Van Lith yang membantu pengobatannya ke seorang tabib hingga sembuh.

Beberapa langkah kemudian, kita akan menemukan Jalan Salib Pendek. Tempat cocok untuk ibadah mengenang kesengsaraan Kristus saat memanggul kayu salib.

Di setiap pemberhentian Jalan Salib itu, kita bisa menyalakan lilin sekaligus berdoa dan mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan Kristus menuju Bukit Golgota. Seperti saat Kristus jatuh dua kali saat memanggul kayu salib, saat Veronica mengusap wajah Kristus dengan sapu tangannya hingga saat akhir menjelang kematian Kristus.

Sedangkan di depan Gua Maria yang terletak di belakang Pohon Sono, kita bisa mencari ketenangan batin di sana. Banyak orang memanjatkan doa dengan bersimpuh dan menyalakan lilin di depan gua ini. Anda juga bisa menuliskan permohonan atau curahan hati anda dalam secarik kertas, lalu memasukkannya dalam pot tempat pembakaran surat agar Tuhan menerimanya.

Patung Bunda Maria di kompleks ini, didatangkan khusus dari Spanyol. Setelah berdoa, jika ingin menenangkan diri, anda bisa bersantai menikmati keindahan arsitektur kompleks yang dirancang oleh YB Mangunwijaya Pr dan meraih Aga Khan Awards ini.

Anda bisa duduk santai di pendopo sambil menikmati bangunan sekeliling yang didominasi bahan batu, atau berdiri di jembatan kecil sambil menikmati indahnya sungai yang mengalir di bawahnya. Saat hendak pulang, jangan lupa mengambil Air Sendang dengan cara menuju keran-keran air yang terdapat di sisi kanan sungai.

Membawa pulang Air Sendang dan meminumnya, dipercaya dapat mendatangkan berkah. Dengan membawa Air Sendang itu, tentu perenungan dan permohonan yang disampaikan selama ibadah akan lebih komplet.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7334 seconds (0.1#10.140)