Belanja cerdas dari depan layar
A
A
A
Bisnis online kini menjadi fenomena yang terus berkembang di Indonesia. Para pelaku bisnis ini tidak saja menjual barangbarang sederhana dan murah tetapi ada juga yang berkelas seperti rumah, mobil, sampai promosi apartemen. Semua dilakukan melalui dunia maya.
Saat ini pengguna internet (internet population) di Indonesia mencapai 20% dari jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia yang berkisar 256 juta jiwa.
Sementara yang aktif memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook berjumlah 42 juta jiwa, tertinggi ke-4 setelah Amerika Serikat (AS), India dan Brasil.
“Artinya, melihat hitung-hitungan tersebut, prospek bisnis online di Indonesia melalui media sosial maupun website tetap menjanjikan untuk beberapa tahun ke depan,” kata Head of Marketing PlasaMSN Ricky Kurniawan kepada Seputar Indonesia(SINDO), Sabtu 13 Oktober 2012.
Karena itu, bisnis online diperkirakan akan terus diminati masyarakat, terutama di perkotaan, karena semakin tahun jumlah pengguna internet khususnya media sosial semakin meningkat.
Sejak 2010, dimulai dari jasa layanan jual-beli online, situs Kaskus yang melayani transaksi bisnis lewat internet ramai dibicarakan masyarakat di Tanah Air.
Sampai-sampai muncul sebutan populer saat itu untuk menyebut penawaran yang terlalu rendah atau sadis, yaitu “jangan afghan”. Sejak itu bisnis online di Indonesia semakin dibicarakan dan mulai banyak bermunculan.
Kemudahan dalam menyediakan layanan dan efektivitas pemilihan barang yang akan dibeli menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.
Selain itu, bisnis online memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dibanding berjualan di pasar,toko atau di mal. Segmentasinya pun tidak terbatas, tapi memang kebanyakan dari kalangan remaja karena mereka yang lebih sadar internet.
Meski begitu, bisnis melalui ecommerce ini tidak bisa terhindar dari persoalan penipuan. Untuk menjembatani hal ini, para pelaku bisnis ini mulai menggalakkan model pembayaran jalan tengah untuk meminimalisasi kasus-kasus penipuan.
Ada yang memakai strategi rekening bersama (rekber) dan ada juga yang proses pembayarannya melalui penyedia portal. “Nah, ini salah di antara cara untuk menghindari penipuan.
Jadi, orang tidak bayar langsung ke penjual, tapi ke penengah ini yaitu penyedia portal. Ini dibangun supaya saling tercipta rasa aman”urai Ricky. Selama ini barang yang paling laku dijual melalui online adalah fashionatau pakaian.
Biasanya konsumen cenderung kalangan perempuan, sementara kalangan pria lebih banyak yang melakukan transaksi untuk membeli perangkat-perangkat elektronik sederhana seperti flashdisk, aksesori komputer atau laptop, dan aksesori kendaraan, baik roda dua maupun roda empat.
Sementara, Marketing Communication Manager Rumah123.com Alexander Louiciano mengatakan, sejauh ini prospek bisnis online masih terbuka untuk tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
Sebab, penetrasi pengguna internet masih kecil dibanding dengan jumlah penduduk di Indonesia yang besar. “Masih besarnya jumlah penduduk yang belum memanfaatkan internet menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis online untuk menyediakan konten yang dibutuhkan masyarakat,” ungkap Alexander.
Pemasaran pada bisnis online di bidang properti memang tidak mudah karena jangkauan segmentasinya merupakan kalangan atas.
“Namun, seperti yang kami lakukan untuk terus menyajikan konten berkualitas berupa listing properti baik rumah, apartemen, tanah atau properti lain yang bisa diakses masyarakat dengan mudah dan pelayanan yang memadai,” jelas Alexander.
Sedangkan, Founder Dewibola.com Romeo BS Reijman mengatakan, semakin tahun respons konsumen yang melakukan jual-beli melalui bisnis online terus mengalami peningkatan. Secara perlahan bisnis ini terus berkembang sesuai dengan minat masyarakat yang mulai sadar dengan keberadaan internet.
Sayangnya, persoalan muncul karena sebagian kecil ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan penipuan lewat bisnis ini. Menurutnya, tantangan terjun dalam bisnis online ini adalah sejauh mana pelaku bisnis bisa berinteraksi secara konsisten dengan konsumen.
Sebab, target jual beli melalui internet ini tidak sebatas membeli atau menjual produk saja, tetapi secara berlanjut bisa menciptakan komunitas yang menguntungkan.
“Jika produk yang kita jual didengar satu orang dan mereka puas, biasanya mereka akan menginformasikan kepada teman-teman atau keluarga. Jadi, ini bisa menjadi sebuah promosi gratis dan efektif,” kata Romeo.
Hal serupa disampaikan CEO dan Founder of Urbanesia.com Selina Limman. Menurut dia, meski tantangan utama bisnis online adalah persoalan penipuan, namun hal itu bisa dihindari jika reputasi bisnis yang digeluti bagus dan bisa dipercaya.
“Kalau produknya bagus dan experience online-nya mudah, pasti akan direkomendasikan pengguna yang sudah menggunakan ke teman-teman mereka. Hal ini juga yang akan membangun bisnis online yang tepercaya dan menghancurkan bisnis online yang menipu,” tegas Selina.
Menurutnya, bisnis online tidak selalu bisa menjadi profesi sampingan. Jika produk yang ditawarkan seperti yang ditekuni Urbanesia.com, yang menyediakan layanan direktori lifestyle dan event,maka tidak bisa dilakukan setengah-setengah.
Bisnis seperti ini hendaknya dilakukan secara total karena ini bertujuan membangun basis kepercayaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan.
“Berbeda dengan bisnis onlineyang bergerak di bidang ritel seperti jual baju online, itu bisa dijalankan secara sampingan selama volume pesanan masih kecil. Yang penting, kiriman jangan sampai lebih telat dari waktu yang dijanjikan,” tutur Selina.
Saat ini pengguna internet (internet population) di Indonesia mencapai 20% dari jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia yang berkisar 256 juta jiwa.
Sementara yang aktif memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook berjumlah 42 juta jiwa, tertinggi ke-4 setelah Amerika Serikat (AS), India dan Brasil.
“Artinya, melihat hitung-hitungan tersebut, prospek bisnis online di Indonesia melalui media sosial maupun website tetap menjanjikan untuk beberapa tahun ke depan,” kata Head of Marketing PlasaMSN Ricky Kurniawan kepada Seputar Indonesia(SINDO), Sabtu 13 Oktober 2012.
Karena itu, bisnis online diperkirakan akan terus diminati masyarakat, terutama di perkotaan, karena semakin tahun jumlah pengguna internet khususnya media sosial semakin meningkat.
Sejak 2010, dimulai dari jasa layanan jual-beli online, situs Kaskus yang melayani transaksi bisnis lewat internet ramai dibicarakan masyarakat di Tanah Air.
Sampai-sampai muncul sebutan populer saat itu untuk menyebut penawaran yang terlalu rendah atau sadis, yaitu “jangan afghan”. Sejak itu bisnis online di Indonesia semakin dibicarakan dan mulai banyak bermunculan.
Kemudahan dalam menyediakan layanan dan efektivitas pemilihan barang yang akan dibeli menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.
Selain itu, bisnis online memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dibanding berjualan di pasar,toko atau di mal. Segmentasinya pun tidak terbatas, tapi memang kebanyakan dari kalangan remaja karena mereka yang lebih sadar internet.
Meski begitu, bisnis melalui ecommerce ini tidak bisa terhindar dari persoalan penipuan. Untuk menjembatani hal ini, para pelaku bisnis ini mulai menggalakkan model pembayaran jalan tengah untuk meminimalisasi kasus-kasus penipuan.
Ada yang memakai strategi rekening bersama (rekber) dan ada juga yang proses pembayarannya melalui penyedia portal. “Nah, ini salah di antara cara untuk menghindari penipuan.
Jadi, orang tidak bayar langsung ke penjual, tapi ke penengah ini yaitu penyedia portal. Ini dibangun supaya saling tercipta rasa aman”urai Ricky. Selama ini barang yang paling laku dijual melalui online adalah fashionatau pakaian.
Biasanya konsumen cenderung kalangan perempuan, sementara kalangan pria lebih banyak yang melakukan transaksi untuk membeli perangkat-perangkat elektronik sederhana seperti flashdisk, aksesori komputer atau laptop, dan aksesori kendaraan, baik roda dua maupun roda empat.
Sementara, Marketing Communication Manager Rumah123.com Alexander Louiciano mengatakan, sejauh ini prospek bisnis online masih terbuka untuk tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
Sebab, penetrasi pengguna internet masih kecil dibanding dengan jumlah penduduk di Indonesia yang besar. “Masih besarnya jumlah penduduk yang belum memanfaatkan internet menjadi peluang dan tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis online untuk menyediakan konten yang dibutuhkan masyarakat,” ungkap Alexander.
Pemasaran pada bisnis online di bidang properti memang tidak mudah karena jangkauan segmentasinya merupakan kalangan atas.
“Namun, seperti yang kami lakukan untuk terus menyajikan konten berkualitas berupa listing properti baik rumah, apartemen, tanah atau properti lain yang bisa diakses masyarakat dengan mudah dan pelayanan yang memadai,” jelas Alexander.
Sedangkan, Founder Dewibola.com Romeo BS Reijman mengatakan, semakin tahun respons konsumen yang melakukan jual-beli melalui bisnis online terus mengalami peningkatan. Secara perlahan bisnis ini terus berkembang sesuai dengan minat masyarakat yang mulai sadar dengan keberadaan internet.
Sayangnya, persoalan muncul karena sebagian kecil ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan penipuan lewat bisnis ini. Menurutnya, tantangan terjun dalam bisnis online ini adalah sejauh mana pelaku bisnis bisa berinteraksi secara konsisten dengan konsumen.
Sebab, target jual beli melalui internet ini tidak sebatas membeli atau menjual produk saja, tetapi secara berlanjut bisa menciptakan komunitas yang menguntungkan.
“Jika produk yang kita jual didengar satu orang dan mereka puas, biasanya mereka akan menginformasikan kepada teman-teman atau keluarga. Jadi, ini bisa menjadi sebuah promosi gratis dan efektif,” kata Romeo.
Hal serupa disampaikan CEO dan Founder of Urbanesia.com Selina Limman. Menurut dia, meski tantangan utama bisnis online adalah persoalan penipuan, namun hal itu bisa dihindari jika reputasi bisnis yang digeluti bagus dan bisa dipercaya.
“Kalau produknya bagus dan experience online-nya mudah, pasti akan direkomendasikan pengguna yang sudah menggunakan ke teman-teman mereka. Hal ini juga yang akan membangun bisnis online yang tepercaya dan menghancurkan bisnis online yang menipu,” tegas Selina.
Menurutnya, bisnis online tidak selalu bisa menjadi profesi sampingan. Jika produk yang ditawarkan seperti yang ditekuni Urbanesia.com, yang menyediakan layanan direktori lifestyle dan event,maka tidak bisa dilakukan setengah-setengah.
Bisnis seperti ini hendaknya dilakukan secara total karena ini bertujuan membangun basis kepercayaan pelanggan terhadap produk yang ditawarkan.
“Berbeda dengan bisnis onlineyang bergerak di bidang ritel seperti jual baju online, itu bisa dijalankan secara sampingan selama volume pesanan masih kecil. Yang penting, kiriman jangan sampai lebih telat dari waktu yang dijanjikan,” tutur Selina.
(kur)