Saatnya wanita melek investasi
A
A
A
Saat ini perempuan masih banyak yang kurang menyadari pentingnya investasi. Kebanyakan mereka bersikap konservatif dengan keuangan mereka. Padahal, berinvestasi mutlak diperlukan sebagai persiapan di hari tua.
Selama ini ada anggapan bahwa perempuan mengandalkan harta warisan suaminya. Sebab, sebagaimana data proyeksi penduduk dunia PBB menunjukkan, pada 2010 harapan hidup perempuan di Indonesia lebih lama daripada laki-laki (72,7 tahun berbanding 68,7 tahun).
Ada jenjang empat tahun bagi perempuan hidup lebih lama dari pasangannya. Kondisi ini menuntut perempuan lebih cermat dalam mempersiapkan keperluan masa tuanya.
Sebab, pada usia lanjut persoalan mendasar yang mutlak dipersiapkan adalah masalah kesehatan dan biaya pendidikan anak. Kedua hal ini memerlukan biaya yang tidak sedikit karena jika tidak diantisipasi sejak dini masa pensiun mereka akan dihadapkan pada kesulitan finansial.
“Apa yang akan diandalkan jika di masa tua tidak memiliki simpanan investasi. Apakah harta warisan suami? Kalau mencukupi, tetapi jika tidak,lalu bagaimana?” tanya Harsya Prasetyo, Senior Vice President Retail Investment& Consumer Treasury Head, Citi Indonesia, Kamis 4 Oktober 2012, dalam acara edukasi finansial bertajuk ”Smart Investment in Ladies Way. Informed, Discipline and Patience” di Jakarta.
Sayangnya, Survei Fin-Q (financial quotien: kecerdasan finansial) Citibank pada Desember 2011 menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan.
Sebanyak 74% perempuan di Indonesia menyatakan dirinya belum memiliki rencana yang matang dalam mempersiapkan masa pensiunnya, sementara hanya 43% responden mengatakan mereka “tahu persis”yang harus dilakukan terkait investasi.
“Untuk target sampai berapa persennya perempuan berinvestasi, itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah edukasinya. Sebenarnya untuk berinvestasi tidak harus kita menunggu kaya dulu,tapi itu bisa dilakukan sejak dini,” ungkap Harsya kepada Seputar Indonesia (SINDO).
Keuntungan berinvestasi memang tidak dinikmati saat ini tetapi akan dirasakan pada 10 sampai 20 tahun berikutnya. “Jika kita menaruh uang Rp5 juta dan asumsinya akan mendapatkan bunga 5%,berarti dalam jangka 10 tahun kita akan mengumpulkan uang senilai Rp8 juta. Bayangkanjikakitabisaberinvestasi lebih dari itu,” tutur Harsya.
Tidak bisa dimungkiri, kebutuhan hari tua dan masa pensiun menjadi dua hal yang patut diperhatikan bagi kalangan perempuan. Antisipasi tersebut bisa dilakukan mulai dini, misalnya sejak usia 25 tahun,dengan memak-simalkan modal sosial perempuan seperti disiplin dan hemat mengelola keuangan pribadi.
Artinya, berinvestasi sejak dini bisa membuat lebih ringan. “Tidak kemudian dihabiskan untuk belanja saja, tapi bisa dilakukan dengan mendepositokan uang sebagai cara investasi yangpalingaman,”lanjut Harsya.
Bagi sebagian perempuan, berinvestasi menjadi sesuatu yang dianggap problematis dan rumit. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena terdapat berbagai jenis instrumen investasi yang dapat dipilih.
”Sebagai awal, wanita bisa mulai berinvestasi dengan mencari strategi yang mudah,praktis, dan fleksibel. Menginvestasikan uang dengan teratur secara bulanan sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko,” ujarnya.
Sementara,President Director First State Investments Indonesia (FSII) Hario Soeprobo mengatakan, perempuan memiliki peluang yang besar dalam mengelola keuangannya lewat investasi. Sebab, perempuanbiasanya yang memegang keuangan dalam keluarga.
Untuk berinvestasi, kalangan kaum Hawa bisa menyisakan 10% dari pendapatan keluarga setiap bulan. “Yang diperlukan hanyalah seberapa jauh kalangan perempuan ini bisa menahan konsumsi keluarga,”jelas Hario.
Menurutnya, dari tahun ke tahun harus diakui bahwa kalangan perempuan semakin banyak yang sadar menyimpan uangnya melalui investasi.
Percepatan investasi ini ditunjang juga pola pikir mereka yang memprioritaskan masa depan anak-anaknya dan kehidupannya sendiri di masa tua nanti.
Semakin dini kalangan perempuan berinvestasi, akan semakin bagus. Apalagi, saat ini ada kecenderungan masyarakat dunia lebih memilih untuk menabung. Fakta ini yang diperlihatkan survei Nielsen bertajuk Global Consumer Confidence Survey, Juli lalu.
Selain menabung, investasi juga menjadi incaran. Karena itu, Nielsen melakukan penelitian tentang perilaku investasi masyarakat. Penelitian yang dilakukan secara online di 56 negara di seluruh dunia ini menemukan fakta bahwa setengah dari responden di seluruh dunia menempatkan cadangan uang tunai dalam tabungan.
Fakta ini meningkat 11% sejak Mei 2011 dan hampir seperempat (23%) mengindikasikan mereka berinvestasi dalam saham dan reksa dana.
Para responden akan berinvestasi pada kelas aset yang berbeda. Kawasan Asia Pasifik adalah yang paling dikembangkan dengan hampir setengah (48%) dari konsumen menggunakan layanan investasi dibandingkan dengan Amerika Utara (27%),Timur Tengah (21%), Eropa (16%), dan Amerika Latin (13%).
Secara umum, investor perempuan lebih mengandalkan diri sendiri ketika mengambil keputusan berinvestasi ketimbang mencari sumber informasi lain.
Selama ini ada anggapan bahwa perempuan mengandalkan harta warisan suaminya. Sebab, sebagaimana data proyeksi penduduk dunia PBB menunjukkan, pada 2010 harapan hidup perempuan di Indonesia lebih lama daripada laki-laki (72,7 tahun berbanding 68,7 tahun).
Ada jenjang empat tahun bagi perempuan hidup lebih lama dari pasangannya. Kondisi ini menuntut perempuan lebih cermat dalam mempersiapkan keperluan masa tuanya.
Sebab, pada usia lanjut persoalan mendasar yang mutlak dipersiapkan adalah masalah kesehatan dan biaya pendidikan anak. Kedua hal ini memerlukan biaya yang tidak sedikit karena jika tidak diantisipasi sejak dini masa pensiun mereka akan dihadapkan pada kesulitan finansial.
“Apa yang akan diandalkan jika di masa tua tidak memiliki simpanan investasi. Apakah harta warisan suami? Kalau mencukupi, tetapi jika tidak,lalu bagaimana?” tanya Harsya Prasetyo, Senior Vice President Retail Investment& Consumer Treasury Head, Citi Indonesia, Kamis 4 Oktober 2012, dalam acara edukasi finansial bertajuk ”Smart Investment in Ladies Way. Informed, Discipline and Patience” di Jakarta.
Sayangnya, Survei Fin-Q (financial quotien: kecerdasan finansial) Citibank pada Desember 2011 menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan.
Sebanyak 74% perempuan di Indonesia menyatakan dirinya belum memiliki rencana yang matang dalam mempersiapkan masa pensiunnya, sementara hanya 43% responden mengatakan mereka “tahu persis”yang harus dilakukan terkait investasi.
“Untuk target sampai berapa persennya perempuan berinvestasi, itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah edukasinya. Sebenarnya untuk berinvestasi tidak harus kita menunggu kaya dulu,tapi itu bisa dilakukan sejak dini,” ungkap Harsya kepada Seputar Indonesia (SINDO).
Keuntungan berinvestasi memang tidak dinikmati saat ini tetapi akan dirasakan pada 10 sampai 20 tahun berikutnya. “Jika kita menaruh uang Rp5 juta dan asumsinya akan mendapatkan bunga 5%,berarti dalam jangka 10 tahun kita akan mengumpulkan uang senilai Rp8 juta. Bayangkanjikakitabisaberinvestasi lebih dari itu,” tutur Harsya.
Tidak bisa dimungkiri, kebutuhan hari tua dan masa pensiun menjadi dua hal yang patut diperhatikan bagi kalangan perempuan. Antisipasi tersebut bisa dilakukan mulai dini, misalnya sejak usia 25 tahun,dengan memak-simalkan modal sosial perempuan seperti disiplin dan hemat mengelola keuangan pribadi.
Artinya, berinvestasi sejak dini bisa membuat lebih ringan. “Tidak kemudian dihabiskan untuk belanja saja, tapi bisa dilakukan dengan mendepositokan uang sebagai cara investasi yangpalingaman,”lanjut Harsya.
Bagi sebagian perempuan, berinvestasi menjadi sesuatu yang dianggap problematis dan rumit. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena terdapat berbagai jenis instrumen investasi yang dapat dipilih.
”Sebagai awal, wanita bisa mulai berinvestasi dengan mencari strategi yang mudah,praktis, dan fleksibel. Menginvestasikan uang dengan teratur secara bulanan sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko,” ujarnya.
Sementara,President Director First State Investments Indonesia (FSII) Hario Soeprobo mengatakan, perempuan memiliki peluang yang besar dalam mengelola keuangannya lewat investasi. Sebab, perempuanbiasanya yang memegang keuangan dalam keluarga.
Untuk berinvestasi, kalangan kaum Hawa bisa menyisakan 10% dari pendapatan keluarga setiap bulan. “Yang diperlukan hanyalah seberapa jauh kalangan perempuan ini bisa menahan konsumsi keluarga,”jelas Hario.
Menurutnya, dari tahun ke tahun harus diakui bahwa kalangan perempuan semakin banyak yang sadar menyimpan uangnya melalui investasi.
Percepatan investasi ini ditunjang juga pola pikir mereka yang memprioritaskan masa depan anak-anaknya dan kehidupannya sendiri di masa tua nanti.
Semakin dini kalangan perempuan berinvestasi, akan semakin bagus. Apalagi, saat ini ada kecenderungan masyarakat dunia lebih memilih untuk menabung. Fakta ini yang diperlihatkan survei Nielsen bertajuk Global Consumer Confidence Survey, Juli lalu.
Selain menabung, investasi juga menjadi incaran. Karena itu, Nielsen melakukan penelitian tentang perilaku investasi masyarakat. Penelitian yang dilakukan secara online di 56 negara di seluruh dunia ini menemukan fakta bahwa setengah dari responden di seluruh dunia menempatkan cadangan uang tunai dalam tabungan.
Fakta ini meningkat 11% sejak Mei 2011 dan hampir seperempat (23%) mengindikasikan mereka berinvestasi dalam saham dan reksa dana.
Para responden akan berinvestasi pada kelas aset yang berbeda. Kawasan Asia Pasifik adalah yang paling dikembangkan dengan hampir setengah (48%) dari konsumen menggunakan layanan investasi dibandingkan dengan Amerika Utara (27%),Timur Tengah (21%), Eropa (16%), dan Amerika Latin (13%).
Secara umum, investor perempuan lebih mengandalkan diri sendiri ketika mengambil keputusan berinvestasi ketimbang mencari sumber informasi lain.
(kur)