Kronologi pengepungan KPK
A
A
A
Sindonews.com - Seperti malam sebelumnya, rutinitas yang terjadi di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, terlihat normal.
Pukul 18.30 WIB Jumat 5 Oktober 2012 malam, para pegawai lembaga antikorupsi itu sebagian besar telah pulang ke rumah masing-masing.
Sementara ratusan awak media yang tadinya meliput pemeriksaan Irjen Djoko Susilo yang menjadi tersangka kasus dugaan korupsi proyek simulator (SIM), dari pagi sudah beranjak ke kantor redaksi masing-masing/rumah. Yang tersisa hanya belasan orang, sekira 15 sampai 17 orang.
Sekira pukul 19.35 WIB, para awak media yang tersisa itu sedikit melihat keanehan. Pasalnya, sekira 20 orang berpakaian safari dan batik yang beberapa di antaranya berbadan tegak dan berambut cepak mendatangi Gedung KPK.
Tak berapa lama, sekira 30 lainnya berpakaian preman hilir mudik di depan Gedung KPK. Setelah lima menit kemudian, atau pukul 19.45 WIB, beberapa polisi berpakaian lengkap dan provost mendatangi gedung KPK.
Dalam kondisi tersebut, beberapa polisi terlihat berjaga-jaga. Sekira 20 orang berjaga di bagian depan sebelah kanan. Kemudian yang berjaga di dekat anak tangga sekira dua, tiga orang lainnya tampak berjaga-jaga di bagian samping gedung itu.
Kedatangan para anggota kepolisian yang akhirnya diketahui dari Mapolda Bengkulu dan Mapolda Metro Jaya itu membuat awak media semakin memperkuat perkiraan, bahwa kedatangan mereka untuk menjemput paksa lima penyidik Polri yang menolak untuk kembali ke Mabes Polri.
Selain itu dari informasi yang didapat wartawan sekira pukul 19.15 WIB, kedatangan mereka hanya menjemput tiga orang penyidik.
Terlihat, dua mobil turut terpakir tepat di gedung lembaga antikorupsi itu. Sementara hampir dua kompi anggota kepolisian terlihat berjaga-jaga di jalan raya bagian depan, bagian samping pagar, bagian belakang pagar Gedung KPK.
Sekira pukul 20.00 WIB, para perwira kepolisian berpakaian safari, menuju ruang tamu.
Tampak perwira itu berdikusi panjang dan alot dengan satuan pengamanan (satpam) KPK. Salah seorang perwira polisi sempat mengatakan, ingin bertemu dengan pimpinan KPK, dan kalau tidak ada maka mereka ingin bertemu Juru Bicara KPK.
"Kita bawa surat perintah penangkapan dari (Polda) Bengkulu," terdengar satu orang anggota polisi menyampaikan dengan suara tinggi.
Dari rombongan kepolisian itu, tampak di antaranya ada pejabat Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan, Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Helmi santika, Kasubdit Jatantras Ditkrimum Polda Metro Jaya, dan Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Toni Harmanto.
Saat ditanyai wartawan terkait tujuan kedatangan di KPK apakah untuk menangkap lima penyidik KPK yang belum balik ke Mabes Polri atau menangkap satu penyidik yang bertugas di penyidikan kasus simulator, Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Toni Harmanto hanya tersenyum.
Pukul 20.49 WIB, wartawan mendapat pesan singkat dari salah seorang Direktur KPK yang bunyinya.
"Kantor (KPK) lagi gawat. Ada polisi banyak di kantor bawa surat perintah penangkapan, dari Bengkulu. Kelihatannya mau nangkap penyidik Korlantas. Tolong kabari anak (wartawan) TV."
Meski membawa surat penangkapan dan surat geledah, dua petugas KPK yang berada di penerimaan tamu, salah satunya berinisal MG belum memperbolehkannya. Pasalnya kata dia, pimpinan KPK termasuk juru bicara tidak berada di tempat.
Sempat terjadi diskusi panjang, satu satpam sempat terlihat menelpon ke bagian lantai atas KPK untuk mengabari kedatangan dan tujuan perwira kepolisian itu. Saat itu puluhan awak media mulai berduyun-duyun mendatangi KPK.
Diskusi panjang antara perwira polisi dan petugas KPK itu terjadi sampai pukul 21.39 WIB. Beberapa di antara perwira polisi berpakaian batik/preman sempat mengitari ruang penerimaan tamu.
Bahkan hilir mudik memperhatikan gerak wartawan. Tak berapa lama, 15 orang dari rombongan itu akhirnya masuk ke ruang tunggu tamu.
Di ruang tunggu itu, rombongan sempat berdiskusi panjang dan masih menunggu. Empat di antaranya sempat ingin menerobos dan memaksa petugas KPK untuk membuka pintu masuk bagian dalam gedung. Namun petugas KPK tetap tidak bergeming.
Sekitar pukul 21.50 WIB, seorang petugas KPK kembali menghubungi pegawai KPK yang masih ada di lantai atas. Tepat pukul 22.00 WIB, sekira enam orang perwira polisi terlihat menuju ruang dalam KPK.
Wartawan kemudian menanyakan kepada petugas KPK berinisial MG, apa alasan kedatangan mereka (polisi) dan kenapa bisa diizinkan masuk padahal pimpinan tidak sedang berada di tempat, dia menolak menjawabnya.
Dari raut wajahnya terlihat ketegangan yang luar biasa.
Suasana kian mencekam saat enam orang itu memasuki ruang bagian dalam Gedung KPK. Petugas KPK yang berjaga tampak tegang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Ditambah lagi, lampu pelataran gedung KPK sempat dimatikan petugas, sehingga Gedung KPK sunyi, dan gelap gulita. Kurangnya pencahayaan itu membuat gerak-gerik petugas kepolisian yang berpakaian preman sulit diawasi. Para awak media pun sulit mengabadikan gambar.
Saat diskusi panjang antara petugas KPK dan perwira kepolisian, beberapa aktivis antikorupsi seperti Donal Fariz, Illian Deta Arta Sari, Usman Hamid, dan Tama S Langkun tiba dan sempat memperhatikan gerak gerik para perwira kepolisian.
Sekira pukul 21.45 WIB sampai pukul 22.05 WIB Fadjroel Rahman, Yunarto Wijaya, Effendi Gazali, Ganjar Laksmana, Muhammad Isnur, Ali Nur Sahid, beberapa elemen Masyarakat Peduli Pemberantasan Korupsi dan Komite Penyelamat KPK mendatangi KPK.
Mereka berorasi memekikkan dukungan terhadap KPK dan menolak penangkapan penyidik. Dengan lantang, mereka terus meneriakan 'Save KPK', 'lawan kepolisian', dan 'polisi jangan menghalangi penyidikan KPK dengan menangkap penyidiknya'.
Sementara Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana tiba pukul 22.24 WIB. Denny terlihat mengenakan baju kaos lengan panjang. Raut mukanya tampak tegang.
Saat ditanya wartawan kenapa datang, Denny menjawab. "Bela KPK."
Setelah kedatangan Denny, disusul Wakil Ketua Komisi III Tjatur Sapto Edy dan Anggota Komisi III Martin Hutabarat menyambangi Gedung KPK sekira pukul 23.00 WIB.
Tak berselang berapa lama, Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan mendatangi gedung KPK dan menyatakan dengan tegas membela KPK.
Selain itu, beberapa tokoh yang hadir adalah Adhie M Massardi, Yunus Husein, Glenn Fredly, Anita Wahid, sejumlah tokoh lainnya.
Sementara, puluhan polisi yang datang pada pukul 22.15 yang berpakain dinas terlihat mengawasi aksi mereka. Tak ketinggalan, tampak intel berpakaian preman terlihat terus berlalu-lalang di antara kerumunan wartawan dan aktivis yang menyampaikan aksi.
Gelombang massa yang mendukung KPK semakin banyak mendatangi gedung itu. Kian larut malam, gelombang massa terus mendatangi KPK seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor dan Ciputat, Ikatan Keluarga Mahasiswa Makassar Indonesia (Ikammi), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI).
Massa bahkan memasukkan sebuah minibus hingga ke pelataran gedung KPK yang digunakan sebagai panggung aksi.
Sedangkan pukul 23.30 WIB, tiga intel polisi mengalihkan perhatian beberapa aktivis dan wartawan yang mengejarnya. Dengan berpura-pura lari seolah membawa penyidik yang ditangkap paksa, mereka terus berlari ke arah samping kanan bagian luar dari Gedung KPK.
Satu orang di antara intel itu sempat terjadi aksi dorong dengan sejumlah wartawan. Bahkan dia dan satu wartawan TV terjatuh saat menabrak plang parkir keluar.
Glenn Fredly yang ditemui wartawan mengatakan, dirinya mendatangi gedung KPK setelah mendapat informasi dari jejaring sosial Twitter.
Kedatangannya merupakan dukungan seorang musisi dan warga negara terhadap upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK.
"Dari twitter informasi pertama saya dapat bahwa KPK sedang genting dan dikepung polisi. Makanya saya langsung datang padahal baru selesai acara," ucap Glenn.
Di tengah aksi dukungan itu, Sabtu 6 Oktober 2012 dini hari, sekira pukul 00.13 WIB, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto keluar gedung mendatangi para demonstran.
"Tetap dijaga dan kontrol aksinya supaya tidak diprovokasi atau memprovokasi. Kami menghargai dukungan saudara-saudara yang sangat peduli dengan KPK," kata Bambang.
Pukul 18.30 WIB Jumat 5 Oktober 2012 malam, para pegawai lembaga antikorupsi itu sebagian besar telah pulang ke rumah masing-masing.
Sementara ratusan awak media yang tadinya meliput pemeriksaan Irjen Djoko Susilo yang menjadi tersangka kasus dugaan korupsi proyek simulator (SIM), dari pagi sudah beranjak ke kantor redaksi masing-masing/rumah. Yang tersisa hanya belasan orang, sekira 15 sampai 17 orang.
Sekira pukul 19.35 WIB, para awak media yang tersisa itu sedikit melihat keanehan. Pasalnya, sekira 20 orang berpakaian safari dan batik yang beberapa di antaranya berbadan tegak dan berambut cepak mendatangi Gedung KPK.
Tak berapa lama, sekira 30 lainnya berpakaian preman hilir mudik di depan Gedung KPK. Setelah lima menit kemudian, atau pukul 19.45 WIB, beberapa polisi berpakaian lengkap dan provost mendatangi gedung KPK.
Dalam kondisi tersebut, beberapa polisi terlihat berjaga-jaga. Sekira 20 orang berjaga di bagian depan sebelah kanan. Kemudian yang berjaga di dekat anak tangga sekira dua, tiga orang lainnya tampak berjaga-jaga di bagian samping gedung itu.
Kedatangan para anggota kepolisian yang akhirnya diketahui dari Mapolda Bengkulu dan Mapolda Metro Jaya itu membuat awak media semakin memperkuat perkiraan, bahwa kedatangan mereka untuk menjemput paksa lima penyidik Polri yang menolak untuk kembali ke Mabes Polri.
Selain itu dari informasi yang didapat wartawan sekira pukul 19.15 WIB, kedatangan mereka hanya menjemput tiga orang penyidik.
Terlihat, dua mobil turut terpakir tepat di gedung lembaga antikorupsi itu. Sementara hampir dua kompi anggota kepolisian terlihat berjaga-jaga di jalan raya bagian depan, bagian samping pagar, bagian belakang pagar Gedung KPK.
Sekira pukul 20.00 WIB, para perwira kepolisian berpakaian safari, menuju ruang tamu.
Tampak perwira itu berdikusi panjang dan alot dengan satuan pengamanan (satpam) KPK. Salah seorang perwira polisi sempat mengatakan, ingin bertemu dengan pimpinan KPK, dan kalau tidak ada maka mereka ingin bertemu Juru Bicara KPK.
"Kita bawa surat perintah penangkapan dari (Polda) Bengkulu," terdengar satu orang anggota polisi menyampaikan dengan suara tinggi.
Dari rombongan kepolisian itu, tampak di antaranya ada pejabat Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan, Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Helmi santika, Kasubdit Jatantras Ditkrimum Polda Metro Jaya, dan Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Toni Harmanto.
Saat ditanyai wartawan terkait tujuan kedatangan di KPK apakah untuk menangkap lima penyidik KPK yang belum balik ke Mabes Polri atau menangkap satu penyidik yang bertugas di penyidikan kasus simulator, Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Toni Harmanto hanya tersenyum.
Pukul 20.49 WIB, wartawan mendapat pesan singkat dari salah seorang Direktur KPK yang bunyinya.
"Kantor (KPK) lagi gawat. Ada polisi banyak di kantor bawa surat perintah penangkapan, dari Bengkulu. Kelihatannya mau nangkap penyidik Korlantas. Tolong kabari anak (wartawan) TV."
Meski membawa surat penangkapan dan surat geledah, dua petugas KPK yang berada di penerimaan tamu, salah satunya berinisal MG belum memperbolehkannya. Pasalnya kata dia, pimpinan KPK termasuk juru bicara tidak berada di tempat.
Sempat terjadi diskusi panjang, satu satpam sempat terlihat menelpon ke bagian lantai atas KPK untuk mengabari kedatangan dan tujuan perwira kepolisian itu. Saat itu puluhan awak media mulai berduyun-duyun mendatangi KPK.
Diskusi panjang antara perwira polisi dan petugas KPK itu terjadi sampai pukul 21.39 WIB. Beberapa di antara perwira polisi berpakaian batik/preman sempat mengitari ruang penerimaan tamu.
Bahkan hilir mudik memperhatikan gerak wartawan. Tak berapa lama, 15 orang dari rombongan itu akhirnya masuk ke ruang tunggu tamu.
Di ruang tunggu itu, rombongan sempat berdiskusi panjang dan masih menunggu. Empat di antaranya sempat ingin menerobos dan memaksa petugas KPK untuk membuka pintu masuk bagian dalam gedung. Namun petugas KPK tetap tidak bergeming.
Sekitar pukul 21.50 WIB, seorang petugas KPK kembali menghubungi pegawai KPK yang masih ada di lantai atas. Tepat pukul 22.00 WIB, sekira enam orang perwira polisi terlihat menuju ruang dalam KPK.
Wartawan kemudian menanyakan kepada petugas KPK berinisial MG, apa alasan kedatangan mereka (polisi) dan kenapa bisa diizinkan masuk padahal pimpinan tidak sedang berada di tempat, dia menolak menjawabnya.
Dari raut wajahnya terlihat ketegangan yang luar biasa.
Suasana kian mencekam saat enam orang itu memasuki ruang bagian dalam Gedung KPK. Petugas KPK yang berjaga tampak tegang dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Ditambah lagi, lampu pelataran gedung KPK sempat dimatikan petugas, sehingga Gedung KPK sunyi, dan gelap gulita. Kurangnya pencahayaan itu membuat gerak-gerik petugas kepolisian yang berpakaian preman sulit diawasi. Para awak media pun sulit mengabadikan gambar.
Saat diskusi panjang antara petugas KPK dan perwira kepolisian, beberapa aktivis antikorupsi seperti Donal Fariz, Illian Deta Arta Sari, Usman Hamid, dan Tama S Langkun tiba dan sempat memperhatikan gerak gerik para perwira kepolisian.
Sekira pukul 21.45 WIB sampai pukul 22.05 WIB Fadjroel Rahman, Yunarto Wijaya, Effendi Gazali, Ganjar Laksmana, Muhammad Isnur, Ali Nur Sahid, beberapa elemen Masyarakat Peduli Pemberantasan Korupsi dan Komite Penyelamat KPK mendatangi KPK.
Mereka berorasi memekikkan dukungan terhadap KPK dan menolak penangkapan penyidik. Dengan lantang, mereka terus meneriakan 'Save KPK', 'lawan kepolisian', dan 'polisi jangan menghalangi penyidikan KPK dengan menangkap penyidiknya'.
Sementara Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana tiba pukul 22.24 WIB. Denny terlihat mengenakan baju kaos lengan panjang. Raut mukanya tampak tegang.
Saat ditanya wartawan kenapa datang, Denny menjawab. "Bela KPK."
Setelah kedatangan Denny, disusul Wakil Ketua Komisi III Tjatur Sapto Edy dan Anggota Komisi III Martin Hutabarat menyambangi Gedung KPK sekira pukul 23.00 WIB.
Tak berselang berapa lama, Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan mendatangi gedung KPK dan menyatakan dengan tegas membela KPK.
Selain itu, beberapa tokoh yang hadir adalah Adhie M Massardi, Yunus Husein, Glenn Fredly, Anita Wahid, sejumlah tokoh lainnya.
Sementara, puluhan polisi yang datang pada pukul 22.15 yang berpakain dinas terlihat mengawasi aksi mereka. Tak ketinggalan, tampak intel berpakaian preman terlihat terus berlalu-lalang di antara kerumunan wartawan dan aktivis yang menyampaikan aksi.
Gelombang massa yang mendukung KPK semakin banyak mendatangi gedung itu. Kian larut malam, gelombang massa terus mendatangi KPK seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor dan Ciputat, Ikatan Keluarga Mahasiswa Makassar Indonesia (Ikammi), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI).
Massa bahkan memasukkan sebuah minibus hingga ke pelataran gedung KPK yang digunakan sebagai panggung aksi.
Sedangkan pukul 23.30 WIB, tiga intel polisi mengalihkan perhatian beberapa aktivis dan wartawan yang mengejarnya. Dengan berpura-pura lari seolah membawa penyidik yang ditangkap paksa, mereka terus berlari ke arah samping kanan bagian luar dari Gedung KPK.
Satu orang di antara intel itu sempat terjadi aksi dorong dengan sejumlah wartawan. Bahkan dia dan satu wartawan TV terjatuh saat menabrak plang parkir keluar.
Glenn Fredly yang ditemui wartawan mengatakan, dirinya mendatangi gedung KPK setelah mendapat informasi dari jejaring sosial Twitter.
Kedatangannya merupakan dukungan seorang musisi dan warga negara terhadap upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK.
"Dari twitter informasi pertama saya dapat bahwa KPK sedang genting dan dikepung polisi. Makanya saya langsung datang padahal baru selesai acara," ucap Glenn.
Di tengah aksi dukungan itu, Sabtu 6 Oktober 2012 dini hari, sekira pukul 00.13 WIB, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto keluar gedung mendatangi para demonstran.
"Tetap dijaga dan kontrol aksinya supaya tidak diprovokasi atau memprovokasi. Kami menghargai dukungan saudara-saudara yang sangat peduli dengan KPK," kata Bambang.
(maf)