Waspadai momentum peringatan bom Bali

Minggu, 23 September 2012 - 10:48 WIB
Waspadai momentum peringatan bom Bali
Waspadai momentum peringatan bom Bali
A A A
Sindonews.com - Indonesia Police Watch (IPW) mengingatkan Polri untuk mencermati bahaya yang mengambil momentum peringatan bom Bali satu dan dua pada Oktober 2012 mendatang. IPW menilai, kasus bom Tambora, Beji, dan Jebres (Solo) patut diwaspadai akan adanya serangan teror baru.

Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengingatkan, ada indikasi yang patut dicermati Polri dalam mengantisipasi serangan teror susulan.

"Momentum peringatan Bom Bali 1 pada 12 Oktober dan Bom Bali 2 pada 1 Oktober harus diwspadai," katanya dalam siaran pers yang diterima Sindonews, Minggu (23/9/2012).

Kemudian, pada 20 Mei 2011 Polri pernah umumkan 15 bom aktif masih berada di tangan DPO teroris. Lima di antara bom aktif tersebut berada di kelompok Sigit Qurdowi di Cirebon. Sejauh ini, masyarakat masih menunggu keterangan Polri tentang keberadaan bom aktif tersebut.

Polri juga harus mewaspadai kegiatan teroris kelompok Solo yang sejak beberapa tahun terakhir dibawa kendali orang-orang Sigit Qurdowi. Kemungkinan mereka akan melakukan aksi balasan setelah ketua mereka atau yang biasa mereka panggil Amir (Sigit Qurdowi) tewas ditembak polisi tahun 2011.

"Semasa kepemimpinan Qurdowi ini, ia berhasil merekrut anak-anak muda yang militan," tegasnya. Sigit dikenal sebagai pemasok bahan pembuatan bom ke jaringan Cirebon.

Setelah kematian Sigit anak buahnya selalu berusaha melakukan aksi teror besar tapi tak pernah terlaksana karena keburu diciduk polisi.

Mengenai kasus bom terakhir di Tambora, Beji, dan Jebres, semuanya memiliki kesamaan karakter. Dari fakta di TKP terlihat banyak kecerobohan dan ini menunjukkan bahwa mereka adalah pemain baru.
"Pertanyaannya kemudian, siapa yg merekrut, membina dan melatih mereka membuat bom? Sepertinya, orang ini belum tertangkap dan masih berkeliaran," katanya.

Disini Polri harus jeli karena dalam jaringan teroris Indonesia pasca reformasi ada "struktur acak" yang terputus.

Mereka terdiri penyandang dana, pemimpin, pencari dana, perekrut, pelatih bom, pelatih lapangan, pembuat bom, pemantau lokasi, juru picu, pengantin (eksekutor lapangan).

Mata rantai struktur ini masih sulit diputus aparat keamanan, sehingga aksi-aksi sporadis kerap bermunculan.

"Dan yangg harus diwaspadai saat ini adalah aksi sentimentil para teroris dalam mengenang kasus bom Bali yg indikasinya sudah bermunculan," pungkasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8628 seconds (0.1#10.140)