Konsumen properti masih hati-hati
A
A
A
Pertumbuhan ekonomi yang masih baik di Asia-Pasifik berimbas pada pasar properti di kawasan tersebut. Tetapi, konsumen masih terus mengantisipasi kemungkinan dampak ekonomi dari kawasan lain.
Di Asia-Pasifik, performa harga perumahan pada semester I/2012 mengalami variasi peningkatan. Ada yang mengalami kenaikan harga dan ada juga penurunan harga di sejumlah negara. Hal ini terlihat pada indeks harga perumahan yang dikeluarkan Knight Frank.
China yang merupakan pasar terbesar properti di dunia juga terus melihat tren penurunan harga. Pemerintah setempat tegas dalam mengelola perekonomian yang menuju soft landing. Hal ini juga terlihat di Jepang, di mana harga perumahan juga jatuh dalam waktu yang cukup lama.
Menurut Direktur Riset Knight Frank Asia-Pasifik Nicholas Holt, secara umum pasar Asia-Pasifik mengalami pertumbuhan. Ada beberapa hal yang menjadi pendorong pertumbuhan di kawasan ini. Pertama adalah pertumbuhan permintaan dari end user (pengguna akhir).
Tingkat pendapatan masyarakat yang terus tumbuh ditambah dengan arus urbanisasi yang juga meningkat membuat kebutuhan perumahan bertambah. Belum lagi penambahan stok yang kurang lancar membuat permintaan terus meningkat. Menurut data yang dilansir Knight Frank dari beberapa sumber, akan ada peningkatan pertumbuhan rumah tangga perkotaan pada periode 2012 hingga 2020.
China merupakan negara yang paling banyak membutuhkan perumahan di daerah perkotaan. Diperkirakan, ada permintaan sebanyak 53.179.226 rumah di Negeri Tirai Bambu. Di India jumlah permintaannya diperkirakan sekitar 23.689.447. Sedangkan, di Indonesia sebanyak 5.978.747 permintaan.
Faktor kedua yang menyebabkan pertumbuhan pasar properti di Asia-pasifik adalah permintaan untuk investasi. Tidak dapat dimungkiri bahwa perumahan dipilih sebagai investasi murni. Baik untuk kenaikan nilai rumah, pelestarian kekayaan, atau keduanya. Rumah juga bisa dipakai untuk safe haven yaitu sebuah perlindungan atau tempat pelarian yang aman bagi investasi.
”Hasil dari investasi perumahan ini, yaitu pendapatan sewa per tahun sebagai persentase dari harga pembelian tentu menjadi pertimbangan bagi investor, dalam hal menutup biaya keuangan dan memberikan kontribusi terhadap total pendapatan,” ungkap Holt.
Di setiap negara, keuntungan yang didapatkan dari penyewaan apartemen beragam. Menurut Knight Frank, tingkat keuntungan dari sewa apartemen yang terletak di lokasi strategis dan dalam kondisi bagus di Indonesia paling besar dibanding negara lain.
Keuntungan kotor untuk 100 meter persegi apartemen yang bagus di Indonesia mencapai 9%. Bandingkan dengan Vietnam, Thailand, dan Australia yang masing-masing berkisar 6%-4,5%. Sedangkan Singapura, China dan India masing-masing sekitar 3,5%-3%.
Di Asia-Pasifik, performa harga perumahan pada semester I/2012 mengalami variasi peningkatan. Ada yang mengalami kenaikan harga dan ada juga penurunan harga di sejumlah negara. Hal ini terlihat pada indeks harga perumahan yang dikeluarkan Knight Frank.
China yang merupakan pasar terbesar properti di dunia juga terus melihat tren penurunan harga. Pemerintah setempat tegas dalam mengelola perekonomian yang menuju soft landing. Hal ini juga terlihat di Jepang, di mana harga perumahan juga jatuh dalam waktu yang cukup lama.
Menurut Direktur Riset Knight Frank Asia-Pasifik Nicholas Holt, secara umum pasar Asia-Pasifik mengalami pertumbuhan. Ada beberapa hal yang menjadi pendorong pertumbuhan di kawasan ini. Pertama adalah pertumbuhan permintaan dari end user (pengguna akhir).
Tingkat pendapatan masyarakat yang terus tumbuh ditambah dengan arus urbanisasi yang juga meningkat membuat kebutuhan perumahan bertambah. Belum lagi penambahan stok yang kurang lancar membuat permintaan terus meningkat. Menurut data yang dilansir Knight Frank dari beberapa sumber, akan ada peningkatan pertumbuhan rumah tangga perkotaan pada periode 2012 hingga 2020.
China merupakan negara yang paling banyak membutuhkan perumahan di daerah perkotaan. Diperkirakan, ada permintaan sebanyak 53.179.226 rumah di Negeri Tirai Bambu. Di India jumlah permintaannya diperkirakan sekitar 23.689.447. Sedangkan, di Indonesia sebanyak 5.978.747 permintaan.
Faktor kedua yang menyebabkan pertumbuhan pasar properti di Asia-pasifik adalah permintaan untuk investasi. Tidak dapat dimungkiri bahwa perumahan dipilih sebagai investasi murni. Baik untuk kenaikan nilai rumah, pelestarian kekayaan, atau keduanya. Rumah juga bisa dipakai untuk safe haven yaitu sebuah perlindungan atau tempat pelarian yang aman bagi investasi.
”Hasil dari investasi perumahan ini, yaitu pendapatan sewa per tahun sebagai persentase dari harga pembelian tentu menjadi pertimbangan bagi investor, dalam hal menutup biaya keuangan dan memberikan kontribusi terhadap total pendapatan,” ungkap Holt.
Di setiap negara, keuntungan yang didapatkan dari penyewaan apartemen beragam. Menurut Knight Frank, tingkat keuntungan dari sewa apartemen yang terletak di lokasi strategis dan dalam kondisi bagus di Indonesia paling besar dibanding negara lain.
Keuntungan kotor untuk 100 meter persegi apartemen yang bagus di Indonesia mencapai 9%. Bandingkan dengan Vietnam, Thailand, dan Australia yang masing-masing berkisar 6%-4,5%. Sedangkan Singapura, China dan India masing-masing sekitar 3,5%-3%.
(kur)