Gagal dulu, sukses kemudian

Kamis, 26 Juli 2012 - 12:09 WIB
Gagal dulu, sukses kemudian
Gagal dulu, sukses kemudian
A A A
Berbagai usaha dia jalani tetapi selalu mengalami kegagalan. Akhirnya, dia memilih bisnis kuliner yang bertahan hingga kini dan telah memiliki 160 cabang usaha di seluruh Indonesia.

Nama Bakso Malang Kota “Cak Eko” mungkin sudah banyak dikenal penikmat kuliner. Dengan ramuan khas asli masakan Malang, Jawa Timur, bisnis kuliner yang digeluti Henky Eko Sriyantono ini tumbuh menjadi bisnis yang besar.

Outlet-nya ada di mana-mana, bahkan pada 20 Juni lalu Eko baru saja menandatangani master franchise di Timor Leste. “Artinya, ini adalah bukti bahwa bakso ramuan saya telah go international,” kata pria yang kerap dipanggil Cak Eko ini kepada Seputar Indonesia (SINDO), Minggu,(22/7).

Eko mengawali kariernya dengan perjuangan yang tidak mudah. Penyandang gelar sarjana teknik sipil ini sebelumnya telah menekuni 10 bidang usaha, tapi terus mengalami kegagalan. Dia pernah berjualan pulsa, handphone, pakaian muslim, sampai jualan kerajinan, tapi bukan Eko kalau tidak bisa bertahan.

Dia bisa bangkit kembali dan belajar dari kegagalan. Pada 2006 Eko memulai bisnis kuliner dengan berjualan bakso. Dengan tangan dinginnya, dia membuat racikan bakso sendiri yang sesuai dengan lidah orang Indonesia.

Menurutnya, pertama kali usaha dia tidak memiliki modal apa-apa,bahkan untuk menyewa tempat pun tidak punya. Karena akal cerdasnya, pria kelahiran 1974 tersebut mengajak mitra untuk menyediakan tempat jualan. “Keuntungan dari hasil jualan dibagi 60–40%, dan saya yang kebagian 60%- nya. Maka untuk pertama kalinya, saya bisa mendirikan outlet Bakso Malang Kota tersebut di Pujasera, Jati Warna, Bekasi,” ungkap pria yang mengaku hobi memasak ini.

Saat itu Eko hanya mempunyai modal Rp2,5 juta yang hanya cukup untuk membuat gerobak,beli mangkuk,dan bahan baku awal.

Meski bisnis kulinernya sudah berjalan, kesulitan tidak kunjung berhenti. Awal-awal menjalankan bisnis, Eko mencampur uang hasil jualan dengan uang pribadi, akibatnya pengeluaran tidak bisa diatur.

“Kadang uang hasil jualan saya buat untuk kepentingan pribadi, dan sebaliknya uang pribadi saya gunakan buat beli bahan baku lagi.Akhirnya, kegagalan pun menguji lagi,” kenang Eko.

Dari setiap kegagalan itu, dia kemudian banyak belajar dan mengulanginya mulai awal lagi. Setiap hari dia harus bangun pagi-pagi untuk menyiapkan produksinya, tanpa karyawan dan strategi pemasaran yang jelas. Karena itu, jam tidurnya hanya sebentar. Hanya 3 jam sehari. “Semua itu karena berwirausaha butuh totalitas kerja, pikiran, dan energi,” ujar Eko.

Tidak mustahil jika usahanya yang baru berjalan enam bulan, akhirnya bisa menambah satu outlet lagi. Setelah bisa mengatur manajemen bisnis, hampir setiap bulan dia bisa menambah outlet.

Saat ini Bakso Malang Kota Cak Eko sudah memiliki 160 cabang di seluruh Indonesia. “Semua itu berkat kerja keras, sikap pantang menyerah, dan mau belajar dari kegagalan,” ungkap pria yang pernah bekerja sebagai kontraktor tersebut.

Eko mengatakan, omzet dari setiap gerainya ada yang mencapai Rp15 juta per bulan, ada yang Rp30 juta per bulan, tetapi rata-rata semua outlet mencapai omzet Rp25 juta per bulan. Lagi-lagi bukan Ek, jika perasaan puas diraih. Tidak ada kata berhenti dalam kamus pribadinya, meski setiap tahun dia sudah mendapatkan keuntungan yang besar, bukan itu yang menjadi tujuan utama.

Eko lebih mengutamakan pelayanan, fasilitas yang memadai bagi pelanggan, dan kesejahteraan bagi seluruh karyawannya. Yang lebih berharga adalah usahanya yang kini dibingkai mengikuti tren franchise.

Hal ini bertujuan agar orang lain bisa membuka usaha dan bisa merekrut karyawan yang lebih banyak lagi. Semua itu diberikannya semata-mata karena ia pernah merasakan susahnya ketika pertama kali meniti karier. Setelah tujuh tahun berjalan, ia sudah tak sibuk lagi seperti dulu.

“Kini usaha saya seperti berputarnya roda mesin, yang bisa menghasilkan uang sendiri. Saya pun sudah bisa tidur nyenyak sekarang,” kata Eko.

Kesuksesan yang sama juga dirasakan Hamzah Izzulhaq. Remaja berusia 19 tahun yang sukses mengelola franchise bimbingan belajar, Bintang Solusi Mandiri. Keberhasilan yang ia raih juga tidak datang secara tibatiba.

Sebelumnya ia juga pernah merasakan susahnya membangun usaha pertama kali. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, Hamzah pernah bekerja sebagai tukang ojek payung, tukang parkir, bahkan mengamen pun pernah ia alami. Karena pernah mengalami masa susah tersebut, Hamzah berobsesi ingin menjadi pebisnis yang sukses, perjuangannya pun tidak sia-sia.

Dari franchise bimbingan belajar yang dimilikinya, putra seorang dosen ini mendapatkan omzet Rp60 juta per bulan. Sementara cabang usahanya yang lain, yaitu membuka usaha tempat tidur sofa menghasilkan omzet senilai Rp100 juta hingga Rp120juta per bulan.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1063 seconds (0.1#10.140)