Belajar dari negeri ginseng
A
A
A
Keberadaan bandar udara sangat signifikan untuk memajukan perekonomian suatu negara. Kapasitas dan peran bandara dalam menghubungkan perekonomian antarnegara dan antardaerah di sebuah negara tidak bisa diragukan lagi.
Karena itu, pemegang kebijakan transportasi jalur udara di Indonesia setidaknya bisa belajar dari
Korea Selatan (Korsel), yang memiliki konsep khusus bagaimana menjadikan bandara sebagai pintu gerbang perekonomian negara.
Pada Februari 2011, Incheon International Airport, Korsel menerima penghargaan tahunan dari
Airport Council International (ACI) sebagai Bandara Terbaik di Dunia atas Kualitas Layanan Bandara/Airport Service Quality (ASQ).
Sejatinya, keberhasilan Incheon didukung dengan konsep bisnis dan pelayanan pelanggan yang menarik. Bandara kebanggaan Negeri Ginseng ini menerapkan konsep Airport City, yang mengimplementasikan tiga efek lapis yang semuanya berhasil mendongkrak sisi ekonomi.
Konsep Airport City terbukti mampu mewujudkan dampak positif ekonomi Korea dan berkontribusi besar bagi transaksi-transaksi perdagangan internasional.
Presiden dan CEO Incheon Airport Chae Wook Lee mengatakan, kualitas program layanan
dengan konsep ini telah meningkatkan standar layanan bandara di seluruh dunia. “Dengan ini, kami bangga bisa berpartisipasi secara aktif sebagai bandara terbaik di dunia,” ucap Lee dalam situs resmi ACI.
Strategi Incheon mampu menunjang perekonomian Korea karena bandara ini member kesempatan bagi kepuasan penumpang dengan menawarkan berbagai pelayanan yang terkoneksi secara komprehensif.
Kecanggihan teknologi informasi yang disediakan memungkinkan para penumpang untuk menikmati
pengalaman-pengalaman budaya Korea yang unik. Melihat keberhasilan bandara yang ada di Korea, terdapat potensi besar bagi bandara-bandara di Indonesia supaya bisa mengintegrasikan peranan bandara dengan sejumlah wisata yang dimiliki kawasan- kawasan tertentu.
Strategi ini memungkinkan daya tarik yang besar bagi wisatawan asing yang ingin
berkunjung ke Tanah Air.
Sejumlah wilayah di Indonesia mempunyai keunikan wisata masing- masing dan banyak budaya yang bisa dikenalkan. Selanjutnya, mereka tidak hanya akan dimanjakan dengan fasilitas kecanggihan teknologi di sebuah bandara, tetapi juga bisa “berselancar” ke sejumlah objek wisata yang ada.
Karena itu,perlu ada perbaikan banyak hal bagi pengelolaan bandarabandara di Indonesia untuk
bisa belajar dari konsep Airport City bandara Incheon.
Salah satunya pengembangan fungsi dalam persaingan antarbandara di tingkat global. Menurut Direktur Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Bambang Tjahjono, secara umum tiap negara saat ini sedang berkompetisi mengembangkan fungsi bandara demi kemajuan negara masing-masing.
“Pada tataran bandara sebagai penghubung perekonomian internasional, kita memang masih kalah jauh dengan negara-negara lain,termasuk dalam kawasan Asia Tenggara ataupun kawasan
Asia-Pasifik,” ungkap Bambang kepada harian SINDO.
Tidak hanya pada persoalan posisi geografis yang menempatkan bandara-bandara di Indonesia kalah bersaing dengan negara lain, pengembangan fasilitas, fungsi yang belum maksimal, dan berbagai insentif kepada pengguna (user) juga berperan penting dalam memenangkan persaingan.
Kendati demikian, banyak juga bandara di luar negeri yang kondisinya hampir sama bahkan di
bawah bandara di Indonesia dalam pemenuhan standar teknis dan operasional keselamatan dan keamanan penerbangan serta pelayanan.
“Posisi bandara di Indonesia relatif lebih baik.Hal ini dapat dilihat dari capaian kita dalam pemenuhan standar internasional baik dari ICAO (USOAP) maupun dari ACI dan The Air Transport Association (IATA),” lanjut Bambang.
Keberadaan suatu bandara sangatlah penting sebagai prasarana angkutan udara tempat di mana hampir semua aktivitas penerbangan bertemu.
Meski begitu, terlepas dari semua kekurangan dan kelebihan yang dilakukan pihak-pihak terkait, peran dan fungsi bandara- bandara di Indonesia sudah cukup memuaskan karena selain telah menjadi
promotor dan pelayan infrastruktur, sejumlah bandara yang ada sekarang ini telah turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara maupun kawasan setempat.
Karena itu, pemegang kebijakan transportasi jalur udara di Indonesia setidaknya bisa belajar dari
Korea Selatan (Korsel), yang memiliki konsep khusus bagaimana menjadikan bandara sebagai pintu gerbang perekonomian negara.
Pada Februari 2011, Incheon International Airport, Korsel menerima penghargaan tahunan dari
Airport Council International (ACI) sebagai Bandara Terbaik di Dunia atas Kualitas Layanan Bandara/Airport Service Quality (ASQ).
Sejatinya, keberhasilan Incheon didukung dengan konsep bisnis dan pelayanan pelanggan yang menarik. Bandara kebanggaan Negeri Ginseng ini menerapkan konsep Airport City, yang mengimplementasikan tiga efek lapis yang semuanya berhasil mendongkrak sisi ekonomi.
Konsep Airport City terbukti mampu mewujudkan dampak positif ekonomi Korea dan berkontribusi besar bagi transaksi-transaksi perdagangan internasional.
Presiden dan CEO Incheon Airport Chae Wook Lee mengatakan, kualitas program layanan
dengan konsep ini telah meningkatkan standar layanan bandara di seluruh dunia. “Dengan ini, kami bangga bisa berpartisipasi secara aktif sebagai bandara terbaik di dunia,” ucap Lee dalam situs resmi ACI.
Strategi Incheon mampu menunjang perekonomian Korea karena bandara ini member kesempatan bagi kepuasan penumpang dengan menawarkan berbagai pelayanan yang terkoneksi secara komprehensif.
Kecanggihan teknologi informasi yang disediakan memungkinkan para penumpang untuk menikmati
pengalaman-pengalaman budaya Korea yang unik. Melihat keberhasilan bandara yang ada di Korea, terdapat potensi besar bagi bandara-bandara di Indonesia supaya bisa mengintegrasikan peranan bandara dengan sejumlah wisata yang dimiliki kawasan- kawasan tertentu.
Strategi ini memungkinkan daya tarik yang besar bagi wisatawan asing yang ingin
berkunjung ke Tanah Air.
Sejumlah wilayah di Indonesia mempunyai keunikan wisata masing- masing dan banyak budaya yang bisa dikenalkan. Selanjutnya, mereka tidak hanya akan dimanjakan dengan fasilitas kecanggihan teknologi di sebuah bandara, tetapi juga bisa “berselancar” ke sejumlah objek wisata yang ada.
Karena itu,perlu ada perbaikan banyak hal bagi pengelolaan bandarabandara di Indonesia untuk
bisa belajar dari konsep Airport City bandara Incheon.
Salah satunya pengembangan fungsi dalam persaingan antarbandara di tingkat global. Menurut Direktur Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Bambang Tjahjono, secara umum tiap negara saat ini sedang berkompetisi mengembangkan fungsi bandara demi kemajuan negara masing-masing.
“Pada tataran bandara sebagai penghubung perekonomian internasional, kita memang masih kalah jauh dengan negara-negara lain,termasuk dalam kawasan Asia Tenggara ataupun kawasan
Asia-Pasifik,” ungkap Bambang kepada harian SINDO.
Tidak hanya pada persoalan posisi geografis yang menempatkan bandara-bandara di Indonesia kalah bersaing dengan negara lain, pengembangan fasilitas, fungsi yang belum maksimal, dan berbagai insentif kepada pengguna (user) juga berperan penting dalam memenangkan persaingan.
Kendati demikian, banyak juga bandara di luar negeri yang kondisinya hampir sama bahkan di
bawah bandara di Indonesia dalam pemenuhan standar teknis dan operasional keselamatan dan keamanan penerbangan serta pelayanan.
“Posisi bandara di Indonesia relatif lebih baik.Hal ini dapat dilihat dari capaian kita dalam pemenuhan standar internasional baik dari ICAO (USOAP) maupun dari ACI dan The Air Transport Association (IATA),” lanjut Bambang.
Keberadaan suatu bandara sangatlah penting sebagai prasarana angkutan udara tempat di mana hampir semua aktivitas penerbangan bertemu.
Meski begitu, terlepas dari semua kekurangan dan kelebihan yang dilakukan pihak-pihak terkait, peran dan fungsi bandara- bandara di Indonesia sudah cukup memuaskan karena selain telah menjadi
promotor dan pelayan infrastruktur, sejumlah bandara yang ada sekarang ini telah turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara maupun kawasan setempat.
(kur)