Pak Ci penyebar virus entrepreneur
A
A
A
DIA kerap menganjurkan agar orang mau keluar dari comfort zone jika ingin menjadi entrepreneur. Selain sebagai sosok penyebar kewirausahaan, dia juga dikenal sebagai dermawan, khususnya di bidang pendidikan.
Dalam dunia bisnis, khususnya di bidang properti, nama Dr (HC) Ir Ciputra tidak asing lagi di telinga banyak orang. Sebagai pengusaha sukses, Ciputra merupakan sosok pebisnis andal yang aktif memimpin beberapa perusahaan besar di Indonesia. Selain sebagai pengusaha andal, pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931 ini juga dikenal sebagai dermawan (filantropi) di bidang pendidikan.
Besarnya jiwa kepedulian Ciputra yang dikenal sebagai sosok penyebar kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia dibuktikan dengan banyaknya bantuan kemanusiaan yang diberikan di bidang pendidikan. Salah satunya, saat berusia 75 tahun, bapak empat anak ini mengembangkan bidang pendidikan dengan membangun sekolah mulai taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi yang mengedepankan kurikulum kewirausahaan.
Tujuan Ciputra mendirikan sekolah semacam itu untuk menyiapkan para lulusan menjadi pengusaha. “Jumlah lembaga pendidikan yang kami kelola sampai saat ini kurang lebih sebanyak 14 lembaga. Mulai tingkat taman kanak-kanak hingga universitas,” ungkap Ciputra saat diwawancarai harian Seputar Indonesia (SINDO), Jumat 29 Juni 2012. Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), Surabaya yang didirikan pada 2006 merupakan satu bukti nyata kepedulian Ciputra pada dunia pendidikan.
Seperti dilansir majalah Forbes, Ciputra mengucurkan dana USD10 juta (Rp94,25 miliar) pada komitmen awal untuk membangun universitas ini. Menurut pemilik Ciputra Group itu, selain ditujukan untuk masyarakat umum, semua lembaga pendidikan yang dia dirikan juga bertujuan membantu pendidikan yang layak bagi anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu. ”Bagi saya, membantu orang lain adalah satu kewajiban yang harus selalu dilakukan. Apalagi, saya selalu meyakini bahwa di setiap berkah yang saya terima pasti ada hak orang lain di dalamnya,” ujar sarjana teknik lulusan Universitas Teknologi Bandung 1960 itu.
Selain memberikan bantuan kepada para pelajar di Indonesia, pria yang kerap disapa Pak Ci ini juga aktif membantu para tenaga pengajar yang ada di Tanah Air. Dari guru yang ada di tingkat sekolah dasar hingga dosen dari berbagai universitas di Indonesia. Bentuk bantuan yang diberikan ialah berupa pelatihan kewirausahaan dan sekolah entrepreneur gratis hingga luar negeri, salah satunya ke Silicon Valley, California, Amerika Serikat (AS). “Hingga tahun ini, kami berhasil melatih lebih dari 3.000 guru dan 3.000 dosen dari berbagai daerah di Indonesia,” tukasnya.
Bukan hanya memberikan pelatihan kewirausahaan pada pelajar dan tenaga pengajar, Pak Ci hingga saat ini juga memberikan pelatihan kepada para karyawan dari beberapa perusahaan yang tertarik di bidang kewirausahaan. Pak Ci menuturkan, semua bentuk kepedulian yang dia lakukan saat ini bukanlah sekadar sebagai bentuk kepedulian semata, namun semua hal itu untuk membantu membangun perekonomian bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan mapan.
“Seperti yang kita ketahui, kemajuan suatu negara bisa dipacu dengan banyaknya jumlah pengusaha yang ada di negara tersebut,” katanya. Sebagai sosok penyebar entrepreneurship di Indonesia, dalam setiap kesempatan, Pak Ci selalu menanamkan pentingnya kewirausahaan untuk membuat bangsa Indonesia maju. Seperti yang pernah dia ungkapkan saat acara “Young Developer Forum Meet Ciputra” yang berlangsung di Balai Kartini, Maret tahun lalu, di mana Pak Ci secara tegas mengatakan, jika memang benar-benar ingin menjadi seorang entrepreneur andal, seseorang harus berani mendobrak comfort zone.
“Hal ini selalu saya lakukan karena jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat minim dibanding negara lain, di mana menurut data yang beredar jumlahnya baru mencapai kisaran 1–2% saja, padahal beberapa negara maju seperti Singapura jumlah entrepreneur-nya telah mencapai angka 7–8%,” jelas begawan properti Indonesia ini. Untuk mewujudkan obsesinya, pria berusia 80 tahun itu mengaku kerap menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Baik pemerintah seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, hingga pihak swasta seperti perbankan.
Bahkan untuk lebih menyebarkan lagi virus entrepreneurship kepada masyarakat, dalam beberapa tahun belakangan Pak Ci ini menjalin kerja sama dengan pihak Kedutaan Besar AS untuk menjalankan program Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) yang dibentuk untuk memberikan bantuan modal usaha bagi para pengusaha muda Indonesia. Menurut Pak Ci, saat ini kepedulian para pengusaha Indonesia pada kegiatan filantropi sebenarnya sudah cukup besar.
Hal ini, kata Pak Ci, bisa dilihat dari makin banyaknya pengusaha yang terjun langsung dalam berbagai kegiatan sosial. “Hanya, masyarakat yang dibantu jumlahnya juga tidak sedikit, maka dampak dari berbagai kegiatan kepedulian ini belum jelas terlihat,” tuturnya. Karena itu, kata Pak Ci, sebaiknya para pengusaha sukses yang ada saat ini bisa lebih banyak lagi melakukan kepedulian sosial kemasyarakatan. "Karena selain dapat membantu sesama, secara tidak langsung kita juga dapat membantu kemajuan perekonomian negara,” tuturnya.
Dalam dunia bisnis, khususnya di bidang properti, nama Dr (HC) Ir Ciputra tidak asing lagi di telinga banyak orang. Sebagai pengusaha sukses, Ciputra merupakan sosok pebisnis andal yang aktif memimpin beberapa perusahaan besar di Indonesia. Selain sebagai pengusaha andal, pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931 ini juga dikenal sebagai dermawan (filantropi) di bidang pendidikan.
Besarnya jiwa kepedulian Ciputra yang dikenal sebagai sosok penyebar kewirausahaan (entrepreneurship) di Indonesia dibuktikan dengan banyaknya bantuan kemanusiaan yang diberikan di bidang pendidikan. Salah satunya, saat berusia 75 tahun, bapak empat anak ini mengembangkan bidang pendidikan dengan membangun sekolah mulai taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi yang mengedepankan kurikulum kewirausahaan.
Tujuan Ciputra mendirikan sekolah semacam itu untuk menyiapkan para lulusan menjadi pengusaha. “Jumlah lembaga pendidikan yang kami kelola sampai saat ini kurang lebih sebanyak 14 lembaga. Mulai tingkat taman kanak-kanak hingga universitas,” ungkap Ciputra saat diwawancarai harian Seputar Indonesia (SINDO), Jumat 29 Juni 2012. Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), Surabaya yang didirikan pada 2006 merupakan satu bukti nyata kepedulian Ciputra pada dunia pendidikan.
Seperti dilansir majalah Forbes, Ciputra mengucurkan dana USD10 juta (Rp94,25 miliar) pada komitmen awal untuk membangun universitas ini. Menurut pemilik Ciputra Group itu, selain ditujukan untuk masyarakat umum, semua lembaga pendidikan yang dia dirikan juga bertujuan membantu pendidikan yang layak bagi anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu. ”Bagi saya, membantu orang lain adalah satu kewajiban yang harus selalu dilakukan. Apalagi, saya selalu meyakini bahwa di setiap berkah yang saya terima pasti ada hak orang lain di dalamnya,” ujar sarjana teknik lulusan Universitas Teknologi Bandung 1960 itu.
Selain memberikan bantuan kepada para pelajar di Indonesia, pria yang kerap disapa Pak Ci ini juga aktif membantu para tenaga pengajar yang ada di Tanah Air. Dari guru yang ada di tingkat sekolah dasar hingga dosen dari berbagai universitas di Indonesia. Bentuk bantuan yang diberikan ialah berupa pelatihan kewirausahaan dan sekolah entrepreneur gratis hingga luar negeri, salah satunya ke Silicon Valley, California, Amerika Serikat (AS). “Hingga tahun ini, kami berhasil melatih lebih dari 3.000 guru dan 3.000 dosen dari berbagai daerah di Indonesia,” tukasnya.
Bukan hanya memberikan pelatihan kewirausahaan pada pelajar dan tenaga pengajar, Pak Ci hingga saat ini juga memberikan pelatihan kepada para karyawan dari beberapa perusahaan yang tertarik di bidang kewirausahaan. Pak Ci menuturkan, semua bentuk kepedulian yang dia lakukan saat ini bukanlah sekadar sebagai bentuk kepedulian semata, namun semua hal itu untuk membantu membangun perekonomian bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik dan mapan.
“Seperti yang kita ketahui, kemajuan suatu negara bisa dipacu dengan banyaknya jumlah pengusaha yang ada di negara tersebut,” katanya. Sebagai sosok penyebar entrepreneurship di Indonesia, dalam setiap kesempatan, Pak Ci selalu menanamkan pentingnya kewirausahaan untuk membuat bangsa Indonesia maju. Seperti yang pernah dia ungkapkan saat acara “Young Developer Forum Meet Ciputra” yang berlangsung di Balai Kartini, Maret tahun lalu, di mana Pak Ci secara tegas mengatakan, jika memang benar-benar ingin menjadi seorang entrepreneur andal, seseorang harus berani mendobrak comfort zone.
“Hal ini selalu saya lakukan karena jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat minim dibanding negara lain, di mana menurut data yang beredar jumlahnya baru mencapai kisaran 1–2% saja, padahal beberapa negara maju seperti Singapura jumlah entrepreneur-nya telah mencapai angka 7–8%,” jelas begawan properti Indonesia ini. Untuk mewujudkan obsesinya, pria berusia 80 tahun itu mengaku kerap menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Baik pemerintah seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, hingga pihak swasta seperti perbankan.
Bahkan untuk lebih menyebarkan lagi virus entrepreneurship kepada masyarakat, dalam beberapa tahun belakangan Pak Ci ini menjalin kerja sama dengan pihak Kedutaan Besar AS untuk menjalankan program Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) yang dibentuk untuk memberikan bantuan modal usaha bagi para pengusaha muda Indonesia. Menurut Pak Ci, saat ini kepedulian para pengusaha Indonesia pada kegiatan filantropi sebenarnya sudah cukup besar.
Hal ini, kata Pak Ci, bisa dilihat dari makin banyaknya pengusaha yang terjun langsung dalam berbagai kegiatan sosial. “Hanya, masyarakat yang dibantu jumlahnya juga tidak sedikit, maka dampak dari berbagai kegiatan kepedulian ini belum jelas terlihat,” tuturnya. Karena itu, kata Pak Ci, sebaiknya para pengusaha sukses yang ada saat ini bisa lebih banyak lagi melakukan kepedulian sosial kemasyarakatan. "Karena selain dapat membantu sesama, secara tidak langsung kita juga dapat membantu kemajuan perekonomian negara,” tuturnya.
(hyk)