Perempuan luar biasa

Minggu, 01 Juli 2012 - 04:08 WIB
Perempuan luar biasa
Perempuan luar biasa
A A A
TEMA perempuan kerap menjadi isu utama dalam perbincangan di forum-forum internasional. Kasus aborsi, perdagangan perempuan (trafficking), dan pembunuhan bayi yang tak diinginkan adalah beberapa contoh kasus yang menjadi perhatian serius sejumlah aktivis perempuan.

Salah satu di antara banyak cara untuk mengeluarkan perempuan dari objek kriminalitas tersebut adalah melalui pendidikan. Upaya penyadaran dan memasukkan anak-anak perempuan ke sekolah menjadi kerja-kerja sosial yang dilakukan Tammy Tibbetts. Dia adalah pendiri dan pemilik She’s the First, organisasi nirlaba yang mensponsori anak-anak remaja dari negara-negara berkembang di bidang pendidikan dan kepemimpinan.

Dengan keahliannya di bidang media, Tibbetts yang merupakan lulusan jurnalis di The Collage of New Jersey, Amerika Serikat (AS), melakukan penggalangan dana secara kreatif melalui internet untuk anak-anak perempuan yang susah mendapatkan akses pendidikan. Menurut dia, penggunaan media sosial bisa dioptimalkan untuk melakukan perubahan dan pada akhirnya bisa dimaksimalkan untuk mengangkat pendidikan anak-anak remaja.

“Upaya kami ini bertujuan membentuk generasi muda yang terdidik, yang bisa menjadi pemimpin dan komunikator lintas budaya di masa depan,” kata perempuan berusia 25 tahun ini. Selain pintar melakukan promosi pendidikan melalui media, Tibbetts juga ahli dalam memberi motivasi kepada anak-anak perempuan. Supaya semangat mereka menempuh pendidikan terus tertanam, dia selalu menasihati generasi perubahan ini.

“Jangan berpikir selama ini kalian telah meraih kesempurnaan, ini hanya awal yang baik saja, teruslah semangat,” nasihat Tibbetts. She’s the First yang didirikan pada 2009 pernah membantu 300 anak perempuan India untuk masuk sekolah dan menjadi orang pertama dalam keluarga mereka yang bisa lulus sampai tingkat pendidikan menengah. Tibbetts menggelontorkan uang senilai USD35.000 untuk kasus ini.

Seperti dilaporkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), India merupakan negara yang paling mengerikan dalam hal perdagangan anak, aborsi paksa, dan pembunuhan bayi perempuan yang tidak diinginkan. Perhatian yang sama juga dipraktikkan sosok Laila Ali, putri petinju legendaris, Muhammad Ali. Laila menjabat Presiden Women’s Sport Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang memiliki tujuan memajukan kalangan perempuan dan anak-anak perempuan melalui bidang atletik.

“Saya memilih bidang atletik sebagai kerja sosial saya karena tinju membentuk diriku seperti sekarang ini. Saya tidak pernah mengalami bagaimana saya bermain olahraga ini, apalagi menjadi pemenang. Apa jadinya saya tanpa tinju,” kata Laila. Lembaga nonprofit yang berlokasi kerja di AS ini menekankan pada empat lahan garapan yang masing-masing memiliki keterkaitan yaitu pendidikan, remaja, kepemimpinan dan kesehatan.

Meski begitu, organisasi yang juga didirikan oleh atlet tenis legendaris, Billie Jean King, pada 1974 ini tetap mendedikasikan wilayah kerjanya pada pemberdayaan perempuan melalui olahraga dan aktivitas fisik. Selain Laila dan Tibbetts, kerja-kerja sosial yang berupaya mengangkat potensi perempuan ke wilayah publik melalui jalur pendidikan adalah Asenath Andrews (Catherine Ferguson Academy), Molly Barker (Girls on the Run), Marla Bello (We Advance) dan lainnya, yang masuk dalam 60 anggota dari Liga Perempuan Luar Biasa (The League of Extraordinary Women) versi majalah Fast Company.

Kepedulian para aktivis perempuan ini mengangkat bakat dan potensi anak-anak remaja dan perempuan di berbagai negara serta menumbuhkan optimisme yang kuat bagi terwujudnya masa depan gemilang para remaja perempuan di dunia.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0036 seconds (0.1#10.140)