Hidup bermartabat, jangan superfisial

Minggu, 01 Juli 2012 - 03:56 WIB
Hidup bermartabat, jangan superfisial
Hidup bermartabat, jangan superfisial
A A A
KIPRAH perempuan luar biasa tidak hanya didominasi para kaum Hawa dari negeri seberang. Sejumlah perempuan Indonesia juga memiliki kepedulian dan perjuangan yang sama terhadap kaumnya.

Hal ini misalnya ditunjukkan anggota DPR dari Partai Demokrat Nova Riyanti Yusuf atau yang kerap disapa Noriyu. Perempuan kelahiran 27 November 1977 ini kerap menyuarakan kepeduliannya terhadap perempuan, termasuk peran kaum hawa di kancah politik. Dia pernah secara tegas menolak keberadaan politikus perempuan di parlemen yang dianggap hanya menjadi pemanis superfisial atau hanya sekadar untuk pencapaian kuota belaka.

Padahal, saat ini perempuan sudah bisa berjuang untuk semakin menempati posisi-posisi strategis di pentas politik. Kiprah Noriyu di bidang kaum muda dan kepedulian kepada perempuan ditunjukkan saat dia menjadi SUTA Ambassador 2009 (Stand Up Take Action, End Poverty Now!). Bersama dengan Pandji, Iwet Ramadhan, Joko Anwar, Nia Dinata, Indi Barends, Yacko, dan Igor Saykoji, Noriyu menjalankan SUTA yang merupakan rangkaian Kampanye Bangkit Beraksi demi tercapainya tujuan-tujuan MDGs 2015.

Dia juga aktif sebagai Ketua Bidang Sosial WOMAN Foundation we care, we act, LSM yang beranggotakan perempuan-perempuan aktivis di bidangnya masing-masing, seperti Indira Soediro, Tina Talisa, Alia Jumhur, Kiki, Arti S Usman, dan lain-lain. Menurut Noriyu, saat ini kondisi kaum muda dan perempuan di Indonesia sudah mengalami kemajuan luar biasa. Meski begitu, dia khawatir dengan distribusi keadilan untuk mendapat hak sehat, berpendidikan di seluruh Indonesia yang masih tidak merata.

Menurut Noriyu, hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk mengalami ledakan dan luasnya wilayah Indonesia. “Sehingga, masih banyak yang terkena himpitan ekonomi dan memutuskan untuk menggunakan jalan singkat seperti menjadi pekerja seks komersial, ‘dijual’ di bawah umur bahkan oleh keluarganya sendiri,” tegas Noriyu kepada harian Seputar Indonesia (SINDO). Di samping itu, perempuan yang saat ini aktif di Dewan Penasihat Internasional ICRC untuk Asia juga prihatin dengan serbuan gaya hidup konsumtif yang menular dan mengharapkan serba instan.

Hal ini membuat daya juang kaum muda rendah untuk setia pada idealisme, konsistensi perjuangan, dan menjaga martabat. “Saya tidak akan komentar kepada mereka yang sudah sukses. Tetapi, kita harus membuka mata pada mereka yang membutuhkan perhatian kita semua,” tegasnya. Karena itu, kata Noriyu, aksi yang harus dilakukan adalah memberikan pendidikan gratis yang merata melalui sekolah-sekolah yang juga kondisinya layak.

Yang tak kalah pentingnya adalah menularkan semangat perjuangan yang berasas Pancasila sebagai salah satu elemen yang memajukan bangsa. Terkait kualitas perempuan Indonesia, yang harus dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang berjenjang. Sehingga, para perempuan memahami bagaimana menjaga kesehatan reproduksinya.

“Karena, merekalah yang akan mengandung anak-anak yang kelak menjadi generasi penerus bangsa. Tanamkan doktrin hidup harus bermartabat, jangan superfisial, apalagi artifisial,” tandas perempuan yang saat ini menjabat Wakil Ketua Komisi IX DPR RI.

Noriyu juga mengatakan, keterwakilan perempuan di kancah politik secara kuantitatif harus ditingkatkan lagi. Apalagi, saat ini secara kualitatif pos-pos strategis dan penting mulai dipegang perempuan. Sayangnya, saat ini sejumlah perempuan hebat Indonesia juga mulai tersandung kasus korupsi.

“Ini harus kita tebus dosanya dengan bekerja lebih keras ditambah ‘trustworthy’ di mata rakyat agar selera memilih perempuan dalam pemilu legislatif 2014 tidak melorot,” tegas sosok yang sangat peduli dengan nasib perempuan ini.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6040 seconds (0.1#10.140)