SBY diingatkan patuhi AD/ART Partai Demokrat

Selasa, 19 Juni 2012 - 09:36 WIB
SBY diingatkan patuhi AD/ART Partai Demokrat
SBY diingatkan patuhi AD/ART Partai Demokrat
A A A
Sindonews.com – Manuver Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menyudutkan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum melalui Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) partai tersebut dinilai merupakan praktik politik yang kasar.

Peneliti senior Akbar Tandjung Institute Alfan Alfian berpandangan, bila memang ingin bermanuver untuk menghentikan pergerakan Anas yang sangat mengakar di kepengurusan daerah Demokrat, SBY lebih baik memanfaatkan forum-forum resmi partai yang ada sehingga apa pun hasilnya bisa dilakukan lebih elegan.

“SBY harus bermain di koridor AD/ART partainya. Menciptakan forum-forum informal yang melibatkan kepengurusan daerah dan kelompok informal di lingkup internal partai justru akan memunculkan persoalan mendasar. Demokrasi internalnya menjadi janggal," tegas Alfian di Jakarta, Senin 18 Juni 2012.

Menurut dia, kehadiran FKPD sebagai forum informal sah-sah saja. Apalagi, dari logika faksional partai, keberadaannya dapat dijelaskan.

Namun, FKPD tetap hanya bersifat informal. Sayangnya lagi, FKPD justru menjadi kelompok penekan yang berupaya memengaruhi keputusan strategis formal partai untuk mendelegitimasi posisi Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Demokrat. "Yang harus diingat, FKPD bukan variabel yang menentukan," ujar pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) itu.

Dia menjelaskan, pertemuan SBY dengan pengurus daerah di Cikeas dan pertemuan FKPD di Hotel Sahid Jakarta beberapa waktu lalu memberikan pesan yang jelas, yakni untuk memojokkan posisi politik Anas. Menurut Alfian, pertemuan-pertemuan di luar agenda resmi partai dan aturan main internal yang diatur AD/ART justru kontraproduktif bagi Demokrat yang mencitrakan diri sebagai partai yang demokratis.

Sementara Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto menilai upaya SBY yang terus memojokkan dan mengucilkan Anas mengindikasikan dua hal. Pertama, ini merupakan skenario membuat Anas tidak nyaman. Hal ini bisa menurunkan kepercayaan diri Anas dalam pengambilan berbagai kebijakan strategis partai.

Kedua, cara ini juga ditempuh SBY karena SBY tidak atau belum bisa mengambil keputusan yang radikal, misalnya melengserkan Anas melalui musyawarah nasional luar biasa (munaslub) mengingat belum ada aturan mendasar AD/ART partai yang dilanggar. “Secara psikopolitis, ini strategi membuat tidak nyaman Anas sehingga diharapkan Anas mengundurkan diri,” jelas pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu.

Dia berharap SBY tidak lagi terlalu eksposif melibatkan urusan internal partai di ruang publik. (lil)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5818 seconds (0.1#10.140)