Man behind the gun
A
A
A
Kabar baik datang dari TNI Angkatan Darat (AD). Kontingen penembak yang dikirim ke kejuaraan tembak internasional Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2012 di Puckapunyal Military Area, Victoria, Australia berhasil jadi juara umum.
Torehan prestasi gemilang ini merupakan kali ketiga berturut-turut semenjak TNI AD tiga kali diundang dalam event bergengsi berskala internasional ini. Pada kejuaraan terakhir, tim TNI AD meraup 25 medali emas dari total 51 medali emas yang disediakan, plus 11 medali perak dan 11 medali perungu. Perolehan ini jauh melebihi medali perolehan negara-negara militer kuat dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, dan tuan rumah Australia.
Bahkan Negeri Paman Sam hanya mampu menuai 2 emas, dan 5 perunggu. Adapun Australia berhasil menempati peringkat kedua dengan 9 emas, 12 perak, dan 7 perunggu. Selain menjadi juara umum, TNI AD juga menempatkan prajuritnya, Serka Poltak Siahaan, sebagai juara tembak individu, diikuti rekannya, Serda Yepri Susanto, di posisi kedua. Atas prestasinya ini, Poltak mendapatkan trofi dan cenderamata berupa topi khas Australia yang diserahkan langsung Kepala Staf AD Australia Letjen David Morrison.
Prestasi yang ditunjukkan TNI AD maupun TNI sebenarnya bukan pada AASAM saja. Dalam sejumlah kejuaraan seperti lomba tembak yang digelar Angkatan Bersenjata Diraja Brunei Darussalam empat tahun sekali maupun lomba yang diikuti prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIIIE/ Unifil atau Indonesia Battalion (Indobatt) dalam misi perdamaian PBB di Lebanon, Indonesia selalu menunjukkan prestasi yang membanggakan.
Rangkaian prestasi yang menunjukkan tolok ukur kemampuan personel militer secara langsung mengindikasikan tingkat profesionalisme prajurit TNI yang berada di atas rata-rata prajurit militer negara-negara di dunia, bahkan mampu melewati prajurit Amerika Serikat yang selama ini menjadi kiblat kekuatan militer dunia. Secara langsung hal itu juga menjadi ukuran pembinaan berkesinambungan yang dilakukan pimpinan TNI terhadap prajurit.
Dalam era modern, kecanggihan persenjataan memang menjadi prasyarat negara mana pun untuk memenangi pertempuran. Tapi, keterampilan dan institusi prajurit tetap menjadi penentu utama kemenangan. Tanpa menafikan bahwa TNI masih membutuhkan dukungan pemerintah dan parlemen, profesionalisme prajurit harus menjadi prioritas perhatian utama pimpinan TNI. Prinsip man behind the gun sangat relevan untuk menjelaskan kemenangan TNI.
Dalam setiap event yang diikuti, prajurit TNI selalu menggunakan sejumlah varian senjata serbu (SS)-2 maupun pistol buatan PT Pindad. Di kalangan militer dunia, SS-2 jelas kalah pamor dibandingkan MP-4 Carbine Amerika Serikat, SAR-21 Singapura, Steyr Aug Austria, HK G-36, atau HK-416. Tapi di ajang kejuaraan tembak, semua itu dikalahkan SS-2. Bagaimana bisa terjadi? Jelas karena kemampuan prajurit TNI yang memegangnya.
Pada sisi lain, harus pula diakui SS-2 semakin terkenal di dunia karena keakuratannya hingga moto One Shot One Kill melekat pada senjata yang merupakan pengembangan senjata FNC (Fabrique NationaleCarabine) Belgia. Pengakuan ini paling tidak terungkap dari celetukan prajurit negara lain yang turut berlaga di AASAM 2012. Kapten Chusse Jean dari Kanada mengajak bercanda salah seorang prajurit TNI untuk menukarkan Austeyr F-88 atau Howa 89 yang dipegangnya dengan SS-2 agar dirinya bisa menjadi jago menembak.
Pengakuan itu harus menjadi pemicu semangat dan kepercayaan diri Pindad untuk mengembangkan senjata lainnya dan syukur-syukur mempromosikannya ke pasar senjata internasional hingga membawa nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Tentu saja kemampuan Pindad tersebut juga harus menjadi pertimbangan pemerintah untuk tidak ragu mendorong Pindad dan badan usaha milik negara strategis (BUMNIS) maupun perusahaan swasta dalam negeri untuk mengembangkan alat utama sistem senjata.
Torehan prestasi gemilang ini merupakan kali ketiga berturut-turut semenjak TNI AD tiga kali diundang dalam event bergengsi berskala internasional ini. Pada kejuaraan terakhir, tim TNI AD meraup 25 medali emas dari total 51 medali emas yang disediakan, plus 11 medali perak dan 11 medali perungu. Perolehan ini jauh melebihi medali perolehan negara-negara militer kuat dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, dan tuan rumah Australia.
Bahkan Negeri Paman Sam hanya mampu menuai 2 emas, dan 5 perunggu. Adapun Australia berhasil menempati peringkat kedua dengan 9 emas, 12 perak, dan 7 perunggu. Selain menjadi juara umum, TNI AD juga menempatkan prajuritnya, Serka Poltak Siahaan, sebagai juara tembak individu, diikuti rekannya, Serda Yepri Susanto, di posisi kedua. Atas prestasinya ini, Poltak mendapatkan trofi dan cenderamata berupa topi khas Australia yang diserahkan langsung Kepala Staf AD Australia Letjen David Morrison.
Prestasi yang ditunjukkan TNI AD maupun TNI sebenarnya bukan pada AASAM saja. Dalam sejumlah kejuaraan seperti lomba tembak yang digelar Angkatan Bersenjata Diraja Brunei Darussalam empat tahun sekali maupun lomba yang diikuti prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIIIE/ Unifil atau Indonesia Battalion (Indobatt) dalam misi perdamaian PBB di Lebanon, Indonesia selalu menunjukkan prestasi yang membanggakan.
Rangkaian prestasi yang menunjukkan tolok ukur kemampuan personel militer secara langsung mengindikasikan tingkat profesionalisme prajurit TNI yang berada di atas rata-rata prajurit militer negara-negara di dunia, bahkan mampu melewati prajurit Amerika Serikat yang selama ini menjadi kiblat kekuatan militer dunia. Secara langsung hal itu juga menjadi ukuran pembinaan berkesinambungan yang dilakukan pimpinan TNI terhadap prajurit.
Dalam era modern, kecanggihan persenjataan memang menjadi prasyarat negara mana pun untuk memenangi pertempuran. Tapi, keterampilan dan institusi prajurit tetap menjadi penentu utama kemenangan. Tanpa menafikan bahwa TNI masih membutuhkan dukungan pemerintah dan parlemen, profesionalisme prajurit harus menjadi prioritas perhatian utama pimpinan TNI. Prinsip man behind the gun sangat relevan untuk menjelaskan kemenangan TNI.
Dalam setiap event yang diikuti, prajurit TNI selalu menggunakan sejumlah varian senjata serbu (SS)-2 maupun pistol buatan PT Pindad. Di kalangan militer dunia, SS-2 jelas kalah pamor dibandingkan MP-4 Carbine Amerika Serikat, SAR-21 Singapura, Steyr Aug Austria, HK G-36, atau HK-416. Tapi di ajang kejuaraan tembak, semua itu dikalahkan SS-2. Bagaimana bisa terjadi? Jelas karena kemampuan prajurit TNI yang memegangnya.
Pada sisi lain, harus pula diakui SS-2 semakin terkenal di dunia karena keakuratannya hingga moto One Shot One Kill melekat pada senjata yang merupakan pengembangan senjata FNC (Fabrique NationaleCarabine) Belgia. Pengakuan ini paling tidak terungkap dari celetukan prajurit negara lain yang turut berlaga di AASAM 2012. Kapten Chusse Jean dari Kanada mengajak bercanda salah seorang prajurit TNI untuk menukarkan Austeyr F-88 atau Howa 89 yang dipegangnya dengan SS-2 agar dirinya bisa menjadi jago menembak.
Pengakuan itu harus menjadi pemicu semangat dan kepercayaan diri Pindad untuk mengembangkan senjata lainnya dan syukur-syukur mempromosikannya ke pasar senjata internasional hingga membawa nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Tentu saja kemampuan Pindad tersebut juga harus menjadi pertimbangan pemerintah untuk tidak ragu mendorong Pindad dan badan usaha milik negara strategis (BUMNIS) maupun perusahaan swasta dalam negeri untuk mengembangkan alat utama sistem senjata.
()