Selamat datang nakhoda baru BKPM
A
A
A
Kemudi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kini berada di tangan M Chatib Basri. Di mata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Chatib yang masih tercatat sebagai wakil ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) adalah orang yang paling tepat menakhodai BKPM.
Dosen senior Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu dinilai sangat memahami persoalan perekonomian, tidak hanya dalam teori, tetapi juga praktik yang dibuktikan sebagai spesialis komisaris independen beberapa perusahaan papan atas di dalam negeri. Bahkan tercatat sebagai direktur non-eksekutif di Axiata Group milik Malaysia.
Keputusan Presiden SBY menunjuk Chatib sebagai kepala BKPM menggantikan Gita Wirjawan tentu sudah melalui berbagai pertimbangan yang matang, mengingat program pemerintah untuk memutar roda perekonomian lebih kencang ke depan sangat bergantung pada arus pertumbuhan investasi baik dari penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Selama ini Presiden menilai Chatib cukup bernas dalam meneropong kondisi perekonomian domestik maupun global yang sedang karut-marut karena krisis utang sejumlah negara di kawasan Eropa. Selain itu, mantan konsultan sejumlah lembaga internasional di antaranya World Bank dan Asian Development Bank yang selalu memberikan pandangan-pandangan yang mencerahkan di bidang ekonomi kepada pemerintah itu rupanya sebuah nilai tersendiri di mata Presiden.
Hal itu diungkapkan secara terbuka Presiden SBY ketika mengumumkan pengisian sejumlah kursi yang lowong di lingkungan pembantu Presiden di antaranya menteri kesehatan, wakil menteri energi dan sumber daya mineral, termasuk kepala BKPM yang dirangkap menteri perdagangan, di Istana Bogor, Rabu 13 Juni 2012 kemarin.
Rekam jejak Chatib Basri yang lebih akrab dipanggil Dede memang telah terlukis indah yang dibuktikan dengan aktivitasnya pada sejumlah lembaga bergengsi berkaitan dengan perekonomian tidak diragukan. Sampai saat ini masih tercatat sebagai Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) serta seorang anggota panitia seleksi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK).
Dari sisi akademik, pria kelahiran Jakarta 46 tahun lalu yang cukup produktif menulis opini ekonomi di media massa ini pemegang gelar PhD dari Australian National University. Namun, nada sumbang yang mengkritisi keputusan Presiden SBY memilih Chatib sebagai orang pertama di BKPM cukup membuat telinga panas.
Nada miring itu dihembuskan oleh Duta Besar RI untuk Swiss Djoko Susilo yang menilai Chatib tidak pas dengan posisi tersebut karena bukan sales person yang justru menjadi kriteria utama dalam menjabat sebuah lembaga yang bertujuan menarik investasi terutama investor asing. Djoko Susilo boleh tidak setuju, tetapi Gita Wirjawan yang dinilai sukses melayarkan BKPM justru mengakui Chatib adalah pilihan tepat.
"Saya sangat confidence bahwa beliau dapat melanjutkan berbagai kebijakan dan menyempurnakan potensi BKPM," papar Gita. Munculnya pro dan kontra dalam setiap pemilihan pimpinan lembaga negara yang memiliki peran signifikan terhadap perkembangan dan pertumbuhan negeri ini adalah hal biasa. Sekarang yang kita nantikan, mampukah Chatib menepis nada-nada sumbang itu. Memang tugas yang dibebankan di pundaknya tidak ringan di tengah kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu.
Selain itu, Chatib juga harus membuktikan bahwa dia akan lebih baik dari pendahulunya yang dinilai sukses mendongkrak realisasi investasi dalam tiga tahun terakhir ini. Buktikan bahwa Chatib adalah pilihan yang tepat menakhodai BKPM.
Dosen senior Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu dinilai sangat memahami persoalan perekonomian, tidak hanya dalam teori, tetapi juga praktik yang dibuktikan sebagai spesialis komisaris independen beberapa perusahaan papan atas di dalam negeri. Bahkan tercatat sebagai direktur non-eksekutif di Axiata Group milik Malaysia.
Keputusan Presiden SBY menunjuk Chatib sebagai kepala BKPM menggantikan Gita Wirjawan tentu sudah melalui berbagai pertimbangan yang matang, mengingat program pemerintah untuk memutar roda perekonomian lebih kencang ke depan sangat bergantung pada arus pertumbuhan investasi baik dari penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Selama ini Presiden menilai Chatib cukup bernas dalam meneropong kondisi perekonomian domestik maupun global yang sedang karut-marut karena krisis utang sejumlah negara di kawasan Eropa. Selain itu, mantan konsultan sejumlah lembaga internasional di antaranya World Bank dan Asian Development Bank yang selalu memberikan pandangan-pandangan yang mencerahkan di bidang ekonomi kepada pemerintah itu rupanya sebuah nilai tersendiri di mata Presiden.
Hal itu diungkapkan secara terbuka Presiden SBY ketika mengumumkan pengisian sejumlah kursi yang lowong di lingkungan pembantu Presiden di antaranya menteri kesehatan, wakil menteri energi dan sumber daya mineral, termasuk kepala BKPM yang dirangkap menteri perdagangan, di Istana Bogor, Rabu 13 Juni 2012 kemarin.
Rekam jejak Chatib Basri yang lebih akrab dipanggil Dede memang telah terlukis indah yang dibuktikan dengan aktivitasnya pada sejumlah lembaga bergengsi berkaitan dengan perekonomian tidak diragukan. Sampai saat ini masih tercatat sebagai Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) serta seorang anggota panitia seleksi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK).
Dari sisi akademik, pria kelahiran Jakarta 46 tahun lalu yang cukup produktif menulis opini ekonomi di media massa ini pemegang gelar PhD dari Australian National University. Namun, nada sumbang yang mengkritisi keputusan Presiden SBY memilih Chatib sebagai orang pertama di BKPM cukup membuat telinga panas.
Nada miring itu dihembuskan oleh Duta Besar RI untuk Swiss Djoko Susilo yang menilai Chatib tidak pas dengan posisi tersebut karena bukan sales person yang justru menjadi kriteria utama dalam menjabat sebuah lembaga yang bertujuan menarik investasi terutama investor asing. Djoko Susilo boleh tidak setuju, tetapi Gita Wirjawan yang dinilai sukses melayarkan BKPM justru mengakui Chatib adalah pilihan tepat.
"Saya sangat confidence bahwa beliau dapat melanjutkan berbagai kebijakan dan menyempurnakan potensi BKPM," papar Gita. Munculnya pro dan kontra dalam setiap pemilihan pimpinan lembaga negara yang memiliki peran signifikan terhadap perkembangan dan pertumbuhan negeri ini adalah hal biasa. Sekarang yang kita nantikan, mampukah Chatib menepis nada-nada sumbang itu. Memang tugas yang dibebankan di pundaknya tidak ringan di tengah kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu.
Selain itu, Chatib juga harus membuktikan bahwa dia akan lebih baik dari pendahulunya yang dinilai sukses mendongkrak realisasi investasi dalam tiga tahun terakhir ini. Buktikan bahwa Chatib adalah pilihan yang tepat menakhodai BKPM.
()