Gayus, DW & Tommy hanya oknum di STAN
A
A
A
Sindonews.com - Para pelaku tindak pidana korupsi di Direktorat Jendral (Ditjend) Pajak banyak berasal dari Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN). Entah satu kebetulan atau tidak, kampus plat merah itu banyak mencetak para koruptor kakap yang merugikan negara.
Sebut saja terpidana kasus penggelapan dana pajak Gayus Tambunan yang menggemparkan. Bahkan, tersangka penggelapan pajak Dhana Widyatmika (DW) dan pelaku suap Ditjend Pajak Tommy Hendratno, sama-sama berasal dari STAN, angkatan 1996.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Fuad A. Rahmany mengatakan, korupsi yang dilakukan para tersangka korupsi itu tidak ada kaitannya dengan almamater tempat mereka menuntut ilmu. Menurutnya, tindakan itu merupakan dua hal yang berbeda dan tidak bisa digeneralisir.
"Kita jangan generalisir dari mana, universitas apa? Karena itu kan bisa dikatakan oknum. Kita jangan terlalu cepat generalisir," terang Fuad kapada wartawan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (7/6/2012).
Ditambahkan dia, yang paling penting sekarang adalah, bukan dari mana para koruptor itu berasal. Tetapi, bagaimana agar lembaga pengepul pajak ini bersih dari pencuri-pencuri yang menyengsarakan rakyat. Untuk itu, pihaknya tidak akan masuk terlalu jauh tentang almamater para pelaku penggelapan dana pajak tersebut.
"Kita punya 32 ribu pegawai. Kita tidak berasumsi semua malaikat, tapi yang penting sistem pengawasan. Kalau ada yang nakal bisa cepat ketangkepnya. Ini yang kita kembangkan. Jangan sampai korupsi berulang-ulang, mudah-mudahan enggak ada yang berani melakukan kecurangan lagi," tegas Fuad. (san)
Sebut saja terpidana kasus penggelapan dana pajak Gayus Tambunan yang menggemparkan. Bahkan, tersangka penggelapan pajak Dhana Widyatmika (DW) dan pelaku suap Ditjend Pajak Tommy Hendratno, sama-sama berasal dari STAN, angkatan 1996.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Fuad A. Rahmany mengatakan, korupsi yang dilakukan para tersangka korupsi itu tidak ada kaitannya dengan almamater tempat mereka menuntut ilmu. Menurutnya, tindakan itu merupakan dua hal yang berbeda dan tidak bisa digeneralisir.
"Kita jangan generalisir dari mana, universitas apa? Karena itu kan bisa dikatakan oknum. Kita jangan terlalu cepat generalisir," terang Fuad kapada wartawan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (7/6/2012).
Ditambahkan dia, yang paling penting sekarang adalah, bukan dari mana para koruptor itu berasal. Tetapi, bagaimana agar lembaga pengepul pajak ini bersih dari pencuri-pencuri yang menyengsarakan rakyat. Untuk itu, pihaknya tidak akan masuk terlalu jauh tentang almamater para pelaku penggelapan dana pajak tersebut.
"Kita punya 32 ribu pegawai. Kita tidak berasumsi semua malaikat, tapi yang penting sistem pengawasan. Kalau ada yang nakal bisa cepat ketangkepnya. Ini yang kita kembangkan. Jangan sampai korupsi berulang-ulang, mudah-mudahan enggak ada yang berani melakukan kecurangan lagi," tegas Fuad. (san)
()