Negeri nyaman narkoba

Rabu, 30 Mei 2012 - 08:18 WIB
Negeri nyaman narkoba
Negeri nyaman narkoba
A A A
Sindonews.com - Narkotika dan obat terlarang atau narkoba masih nyaman berada di Indonesia. Barang yang diilegalkan ini sangat mudah masuk ke Indonesia tidak hanya dalam jumlah yang kecil.

Pada 28 Mei kemarin di Bali, petugas bea cukai dan Kepolisian Daerah (Polda) Bali berhasil mengamankan 4,8 kg kokain, 306,11 gram ekstasi, dan 3,6 gram hasis. Jika dirupiahkan, nilainya mencapai Rp23,9 miliar. Pada hari yang sama jutaan atau tepatnya 1.412.475 ekstasi kiriman dari China juga berhasil disita oleh petugas Badan Narkotika Nasional (BNN).

Jumlah jutaan ekstasi ini jika dirupiahkan bisa mencapai lebih dari Rp200 miliar. Sebelumnya kasus penyelundupan sabu-sabu dari Afrika juga berhasil diungkap aparat di Medan. Kasus-kasus di atas melengkapi beberapa kasus sebelumnya dan semakin pas jika negara ini semakin nyaman untuk narkoba. Kasus penyelundupan narkoba dalam jumlah besar masih sering terjadi di negeri ini.

Kejadian-kejadian tersebut mengindikasikan bahwa harus ada yang dibenahi dari kinerja aparat ataupun petugas baik pencegahan atau penindakan. Beberapa kasus tersebut menunjukkan apa yang dilakukan petugas dan aparat kita belum menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Semakin besarnya penyelundupan menunjukkan bahwa para pelaku bisnis narkoba masih menganggap Indonesia nyaman untuk disinggahi narkoba.

Tentu harus ada tindakan yang tegas dari aparat untuk memberikan efek jera. Dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga vonis haruslah memberikan efek jera kepada pelaku sehingga bisa memberikan shock therapy bagi para pelaku. Namun, yang terjadi masih jauh dari cara-cara yang tepat untuk memberikan efek jera. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahkan belum memberikan contoh yang tepat dalam memberikan efek jera kepada pelaku penyelundupan narkoba.

Grasi lima tahun terhadap terpidana Corby menunjukkan bahwa pemerintah belum serius dalam memberikan efek jera kepada pelaku. Grasi lima tahun dengan alasan kepentingan diplomasi ini harus dibayar mahal dengan rusaknya moral masyarakat ini karena narkoba. Grasi yang memang prerogatif presiden seharusnya bisa diberikan lebih bijak dengan kondisi negara saat ini.

Kinerja petugas di lapangan yang berhasil menangkap pelaku-pelaku kelas kakap menjadi percuma ketika pemimpin teratas negeri ini justru memberikan angin surga bagi terpidana kasus narkoba. Kita tentu semua sepakat, penyelundup narkoba bertujuan untuk merusak generasi bangsa ini.Jika perusak generasi negeri ini diberi angin segar oleh pemimpin bangsa ini, negeri ini tentu akan semakin nyaman bagi narkoba.

Masyarakat menanti komitmen dari pemerintah untuk serius menangani kasus ini dengan baik. Beberapa kasus penyelundupan narkoba dalam jumlah yang sangat besar sudah cukup alasan bagi pemerintah untuk memberikan hukuman maksimal dan tidak memberi ampun kepada para pelaku penyelundupan narkoba. Pemerintah harusnya mampu melindungi generasi, bukan justru terkesan melindungi para pelaku.

Pemerintah juga harus memberikan semangat kepada para petugas dan aparat di lapangan dengan cara tidak memberikan keringanan hukuman bagi terpidana kasus narkoba. Kondisi ini memang ironis. Ketika semua pihak sepakat mengatakan bahwa narkoba adalah penghancur generasi negeri ini, namun pemerintah justru memberikan peluang kepada terpidana kasus narkoba.

Ini ironis, ketika petugas di lapangan gencar menjaring agar narkoba tak masuk negeri ini, namun pemerintah justru seolah mempersilakan narkoba masuk ke Nusantara. Sekali lagi butuh komitmen yang kuat dari pemerintah apakah benarbenar menginginkan narkoba hilang di negeri ini atau narkoba tetap nyaman di negeri ini?(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7285 seconds (0.1#10.140)