Kepercayaan terhadap parpol bisa ditingkatkan
A
A
A
Sindonews.com - Dalam sistem proporsional terbuka yang diterapkan pada Pemilu 2014, parpol seharusnya diuntungkan karena kepercayaan publik akan semakin tinggi. Rakyat yang sebelumnya tidak menggunakan hak pilihnya dapat berubah sikap.
Sistem ini pun akan membuat demokrasi di Indonesia akan semakin baik sebab rakyat memilih dan menentukan langsung para wakilnya yang akan duduk di kursi parlemen.
“Dalam sistem terbuka ini, demokrasi akan semakin baik. Kepentingan rakyat diperjuangkan. Itu yang diutamakan,” kata Koordinator Forum Masyarakat Pemantau Pemilu (Formappi) Sebastian Salang di Jakarta kemarin.
Sebastian menyatakan, tidak ada hubungannya ideologi parpol dan sistem proporsional terbuka karena seluruhnya sudah diatur oleh masing-masing parpol. Rekrutmen, penentuan caleg, hingga terpilihnya caleg sudah menjadi kewenangan internal parpol.
Sementara itu, Koordinator Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Girindra Sandino menyatakan, sistem proporsional terbuka mempunyai kelemahan karena kader-kader parpol yang berkualitas dan loyal akan terpental.
Sistem ini juga tidak akan mendukung sistem presidensial yang membutuhkan disiplin fraksi, penguatan atau pembangunan sistem kepartaian,serta rentan korupsi. “Dengan kata lain akan terjadi degradasi ideologis partai politiknya,” ujarnya. Dia melanjutkan, karena persaingan terbuka, para caleg akan menghalalkan segala cara untuk mengumpulkan dana kampanye.
Sistem terbuka ini, kata Girindra, tidak berbeda jauh dengan Pemilu 2009. Para caleg berjuang sendiri untuk meraih sebanyak-banyaknya suara di dapilnya. Menurut Giging, sapaan Girindra, dalam sistem terbuka pada satu sisi tetap berlangsung kompetisi antarcaleg dalam internal parpol, namun pada sisi lain relatif terdapat kepastian hukum dalam penetapan caleg terpilih.(lin)
Sistem ini pun akan membuat demokrasi di Indonesia akan semakin baik sebab rakyat memilih dan menentukan langsung para wakilnya yang akan duduk di kursi parlemen.
“Dalam sistem terbuka ini, demokrasi akan semakin baik. Kepentingan rakyat diperjuangkan. Itu yang diutamakan,” kata Koordinator Forum Masyarakat Pemantau Pemilu (Formappi) Sebastian Salang di Jakarta kemarin.
Sebastian menyatakan, tidak ada hubungannya ideologi parpol dan sistem proporsional terbuka karena seluruhnya sudah diatur oleh masing-masing parpol. Rekrutmen, penentuan caleg, hingga terpilihnya caleg sudah menjadi kewenangan internal parpol.
Sementara itu, Koordinator Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Girindra Sandino menyatakan, sistem proporsional terbuka mempunyai kelemahan karena kader-kader parpol yang berkualitas dan loyal akan terpental.
Sistem ini juga tidak akan mendukung sistem presidensial yang membutuhkan disiplin fraksi, penguatan atau pembangunan sistem kepartaian,serta rentan korupsi. “Dengan kata lain akan terjadi degradasi ideologis partai politiknya,” ujarnya. Dia melanjutkan, karena persaingan terbuka, para caleg akan menghalalkan segala cara untuk mengumpulkan dana kampanye.
Sistem terbuka ini, kata Girindra, tidak berbeda jauh dengan Pemilu 2009. Para caleg berjuang sendiri untuk meraih sebanyak-banyaknya suara di dapilnya. Menurut Giging, sapaan Girindra, dalam sistem terbuka pada satu sisi tetap berlangsung kompetisi antarcaleg dalam internal parpol, namun pada sisi lain relatif terdapat kepastian hukum dalam penetapan caleg terpilih.(lin)
()