Bahaya, jika Ical jadi presiden
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsudin Haris mengatakan, sangat disayangkan jika Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnasus) Partai Golkar mendatang langsung menetapkan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden pada 2014.
"Sangat disayangkan kalau Rapimnasus Golkar langsung menentukan Ical sebagai capres. Mestinya, sebelumnya disepakati dulu mekanisme pencalonan yang dianut oleh Golkar itu seperti apa. Apa sama dengan 2009, atau lain," ujar Haris di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (30/4/2012).
Ditambahkan Haris, jika Golkar menganut sistem survei, lantas menghasilkan tokoh di luar internalnya, apakah kader partai berlambang beringin itu akan mentaati hasil suveri yang akan dibuatnya?
"Kalau mekanismenya melalui survei, survei itu seperti apa? Kalau survei itu menghasilkan tokoh selain ketum, apakah kemudian konsisten dilaksanakan oleh partai?" tanya Haris.
Selain itu, tambah Haris, kadang oligarki sering berkembang di parpol. Pimpinan parpol yang oligarkis tidak layak untuk jadi capres, pasalnya hal bukan hanya Golkar saja tapi untuk partai politik yang lain juga.
"Oligarki artinya memutuskan sesuatu atas dasar kelompok kecil yang berkuasa. Ini sangat berbahaya, jika menjadi pemimpin bangsa," ucapnya.
Sebelumnya, pengamat politik dari LIPI Ikrar Nusa Bhakti mengingatkan, Partai Golkar untuk lebih berhati-hati dan belajar dari kegagalan pada dua Pemilihan Presiden (Pilres) sebelumnya. Golkar telah dua kali kalah dalam Pilres sebelumnya.
Berdasarkan hasil survei diketahui, yang paling tinggi nilainya adalah Jusuf Kalla. Sebaliknya, Ical berada di bawah Akbar Tanjung. "Nah kalau itu benar, harusnya mereka berpikir tidak hanya dua kali ya. Tapi seribu kali, untuk mencalonkan Ical jadi capres. Jadi tidak boleh ada manipulasi hasil survei," tukasnya. (san)
"Sangat disayangkan kalau Rapimnasus Golkar langsung menentukan Ical sebagai capres. Mestinya, sebelumnya disepakati dulu mekanisme pencalonan yang dianut oleh Golkar itu seperti apa. Apa sama dengan 2009, atau lain," ujar Haris di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (30/4/2012).
Ditambahkan Haris, jika Golkar menganut sistem survei, lantas menghasilkan tokoh di luar internalnya, apakah kader partai berlambang beringin itu akan mentaati hasil suveri yang akan dibuatnya?
"Kalau mekanismenya melalui survei, survei itu seperti apa? Kalau survei itu menghasilkan tokoh selain ketum, apakah kemudian konsisten dilaksanakan oleh partai?" tanya Haris.
Selain itu, tambah Haris, kadang oligarki sering berkembang di parpol. Pimpinan parpol yang oligarkis tidak layak untuk jadi capres, pasalnya hal bukan hanya Golkar saja tapi untuk partai politik yang lain juga.
"Oligarki artinya memutuskan sesuatu atas dasar kelompok kecil yang berkuasa. Ini sangat berbahaya, jika menjadi pemimpin bangsa," ucapnya.
Sebelumnya, pengamat politik dari LIPI Ikrar Nusa Bhakti mengingatkan, Partai Golkar untuk lebih berhati-hati dan belajar dari kegagalan pada dua Pemilihan Presiden (Pilres) sebelumnya. Golkar telah dua kali kalah dalam Pilres sebelumnya.
Berdasarkan hasil survei diketahui, yang paling tinggi nilainya adalah Jusuf Kalla. Sebaliknya, Ical berada di bawah Akbar Tanjung. "Nah kalau itu benar, harusnya mereka berpikir tidak hanya dua kali ya. Tapi seribu kali, untuk mencalonkan Ical jadi capres. Jadi tidak boleh ada manipulasi hasil survei," tukasnya. (san)
()