SBY pertanyakan fungsi alat peringatan Tsunami

Senin, 16 April 2012 - 15:47 WIB
SBY pertanyakan fungsi...
SBY pertanyakan fungsi alat peringatan Tsunami
A A A
Sindonews.com - Early warning system (EWS) yang diandalkan dapat mengirimkan pesan jika terjadi Tsunami, ternyata tak bekerja dengan baik. Alat itu terlambat mengirimkan pesan peringatan, 30 menit setelah gempa besar berskala richter 8,5 terjadi di Aceh, Rabu 11 April lalu.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun meminta agar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggaulangan Bencana (BNPB) segera menjelaskan kepada publik keterlambatan pesan EWS itu.

“Presiden mendapatkan informasi soal EWS tidak bekerja, maka beliau meminta penjelasan kepada BMKG. Dan tadi dijelaskan oleh BMKG sejauh yang mereka kelola alat-alat ini sesungguhnya bekerja. Nah ini kan ada yang miss match, di satu pihak ada yang mengatakan tidak bekerja tapi sesungguhnya itu ada laporan dari alata-alat tersebut (berfungsi baik),” ujar Juru Bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha saat dihubungi wartawan, Senin (16/4/2012).

Maka presiden, lanjut Julian meminta agar BMKG segera menyampaikan ke publik dan juga media massa soal apa yang sebenarnya terjadi agar tidak terjadi spekulasi salah.

Jika memang peralatan itu harus ditambah, maka presiden meminta agar BMKG segera menambah, karena EWS sangat penting untuk antisipasi dan sangat penting.

“Kalau memang disebutkan ada beberapa titik-titik untuk sirine atau tanda bahaya atau ancaman Tsunami itu maka harus ditambah alat. Jadi ini kalau perlu dibangun atau ditambahkan alatnya ya memang harus segera dilakukan. Tetapi penambahan alat ini tentu perlu suatu perincian atau kepastian,” tambahnya.

Presiden juga mengimbau agar BMKG dan BNPB penelaah secara komperhensif untuk penambahan alat-alat itu, sehingga dapat dimasukkan dalam upaya persiapan khusus.

“Dan masterplan itu harus disiapkan secara cepat atau dalam 1-2 bulan ini harus siap. Bagi presiden penyelamatan nyawa itu lebih penting,” tandasnya.

Seperti diketahui, gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter mengguncang Aceh 11 April 2012 sempat berpotensi tsunami. Sayangnya peringatan dini akan terjadinya tsunami antar lembaga otoritas masih lambat.

Setelah gempa pertama BMKG langsung melaporkan gempa berpotensi tsunami. Sementara sirine sistem peringatan tsunami baru berbunyi 30 menit setelah gempa.

"Ini sudah terlembat, karena sesuai protap penanggulangan bencana gempa Tsunami itu harus bunyi 15 menit setelah gempa," kata Relawan RAPI Aceh, Nasir Nurdin kepada wartawan di Banda Aceh, Kamis 12 April 2012.

Menurut protapnya dalam lima menit pertama setelah gempa, BMKG sudah memiliki data kekuatan, titik atau pusat gempa, serta gempa berpotensi tsunami. Dalam lima menit pertama ini BMKG harus sudah melaporkan ke Pusdalops.(lin)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5629 seconds (0.1#10.140)