PTS dapat jatah beasiswa
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memperluas cakupan beasiswa Bidik Misi. Rencananya, tahun ini beasiswa andalan pemerintah itu juga akan diberikan kepada perguruan tinggi swasta (PTS).
Kuota awal beasiswa Bidik Misi yang diberikan kepada kalangan swasta mencapai 2.000 orang.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, beasiswa ini akan selektif diberikan kepada perguruan tinggi swasta yang memiliki akreditasi baik dengan program studi tertentu.
Namun, pembagian beasiswa ini sepenuhnya diserahkan kepada Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah masing-masing. Nuh menjelaskan, beasiswa Bidik Misi untuk swasta ini tidak terkait dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM), namun sudah direncanakan sebelumnya.
Jika ada pihak yang menanyakan mengapa kuotanya sedikit, hal ini karena tahun ini beasiswa ke swasta masih berupa rintisan. “Kita lihat tahun depan, mungkin akan kami tambah lagi kuotanya,” ungkap Nuh di Gedung Kemendikbud, Jakarta,kemarin.
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Djoko Santoso menambahkan, rintisan Bidik Misi ini diberikan kepada mahasiswa yang akreditasi program studinya mencapai A. Tidak hanya program studi yang potensial secara ekonomi saja yang akan diprioritaskan mendapat beasiswa, tetapi juga diisi dengan program studi yang sepi peminat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan jurusan tersebut.
“Kesenian juga sangat potensial. Jangan pikir kesenian tidak bagus. Pekerja seni tidak perlu diberi kerja. Mereka punya kerjaan sendiri, entrepreuner,” ungkap Djoko.
Rektor Institut Perbanas Marsudi Wahyu Kisworo menilai jumlah 2.000 kuota yang diberikan kepada kampus swasta sangat sedikit, sebab, jumlah total mahasiswa mencapai 600.000 orang. Meski demikian, Marsudi menilai yang terpenting adalah pemerintah sudah menyediakan anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Untuk Perbanas, ungkapnya, tahun ini menyediakan beasiswa untuk 687 mahasiswa.
Dananya berasal dari kampus sebesar 38 persen, Kopertis wilayah III Jakarta 49 persen, dan dari bank nasional 13 perse. Perbanas juga memberikan 90 gram logam mulia kepada masing-masing wisudawan terbaik tahun ini.
Marsudi menambahkan, jumlah lulusan dari sembilan program studi di Perbanas mencapai 1.070 orang. Terdiri atas 39 lulusan bergelar magister manajemen (MM), 111 lulusan bergelar sarjana komputer (S Kom), 857 lulusan bergelar sarjana ekonomi (SE), dan 63 lulusan bergelar ahli madya (Amd).
Koordinator Kopertis Wilayah III Ilza Mayuni mengaku prihatin dengan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyatakan angka pengangguran saat ini mencapai 6 persen dan sebagian besar merupakan lulusan perguruan tinggi. “Ini kesempatan perguruan tinggi untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa sesuai kebutuhan lapangan kerja, ”jelasnya.
Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah menyambut baik pemberian beasiswa Bidik Misi yang semula hanya untuk kampus negeri ke kampus swasta ini. Menurut dia, sudah seharusnya pemerintah tidak hanya memandang kampus swasta yang orientasinya profit saja, namun harus melihat masih banyak mahasiswa miskin dan berprestasi yang diterima di kampus swasta.
Dia juga melihat pemerintah selama ini hanya memberikan subsidi kepada perguruan tinggi negeri saja. Namun, anehnya unit cost di kampus swasta lebih murah daripada di kampus negeri.
“Lihat saja iklan-iklan saat ini, banyak kampus swasta yang berani menarik biaya Rp3 juta untuk satu semester lalu di kampus negeri malah Rp5 juta per semesternya di program studi yang sama, padahal negeri itu dibiayai oleh negara,” ujarnya.
Komisi X DPR, ungkapnya, akan mendukung pemberian beasiswa ini. Hanya, ujar politikus Partai Golkar ini, Kemendikbud perlu memberikan data mahasiswa yang menerima dan alamatnya secara detail. Hal ini diperlukan untuk verifikasi data dan evaluasi apakah beasiswa ini bermanfaat secara akademik atau hanya program pencitraan semata.(lin)
Kuota awal beasiswa Bidik Misi yang diberikan kepada kalangan swasta mencapai 2.000 orang.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, beasiswa ini akan selektif diberikan kepada perguruan tinggi swasta yang memiliki akreditasi baik dengan program studi tertentu.
Namun, pembagian beasiswa ini sepenuhnya diserahkan kepada Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah masing-masing. Nuh menjelaskan, beasiswa Bidik Misi untuk swasta ini tidak terkait dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM), namun sudah direncanakan sebelumnya.
Jika ada pihak yang menanyakan mengapa kuotanya sedikit, hal ini karena tahun ini beasiswa ke swasta masih berupa rintisan. “Kita lihat tahun depan, mungkin akan kami tambah lagi kuotanya,” ungkap Nuh di Gedung Kemendikbud, Jakarta,kemarin.
Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Djoko Santoso menambahkan, rintisan Bidik Misi ini diberikan kepada mahasiswa yang akreditasi program studinya mencapai A. Tidak hanya program studi yang potensial secara ekonomi saja yang akan diprioritaskan mendapat beasiswa, tetapi juga diisi dengan program studi yang sepi peminat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan jurusan tersebut.
“Kesenian juga sangat potensial. Jangan pikir kesenian tidak bagus. Pekerja seni tidak perlu diberi kerja. Mereka punya kerjaan sendiri, entrepreuner,” ungkap Djoko.
Rektor Institut Perbanas Marsudi Wahyu Kisworo menilai jumlah 2.000 kuota yang diberikan kepada kampus swasta sangat sedikit, sebab, jumlah total mahasiswa mencapai 600.000 orang. Meski demikian, Marsudi menilai yang terpenting adalah pemerintah sudah menyediakan anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Untuk Perbanas, ungkapnya, tahun ini menyediakan beasiswa untuk 687 mahasiswa.
Dananya berasal dari kampus sebesar 38 persen, Kopertis wilayah III Jakarta 49 persen, dan dari bank nasional 13 perse. Perbanas juga memberikan 90 gram logam mulia kepada masing-masing wisudawan terbaik tahun ini.
Marsudi menambahkan, jumlah lulusan dari sembilan program studi di Perbanas mencapai 1.070 orang. Terdiri atas 39 lulusan bergelar magister manajemen (MM), 111 lulusan bergelar sarjana komputer (S Kom), 857 lulusan bergelar sarjana ekonomi (SE), dan 63 lulusan bergelar ahli madya (Amd).
Koordinator Kopertis Wilayah III Ilza Mayuni mengaku prihatin dengan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyatakan angka pengangguran saat ini mencapai 6 persen dan sebagian besar merupakan lulusan perguruan tinggi. “Ini kesempatan perguruan tinggi untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa sesuai kebutuhan lapangan kerja, ”jelasnya.
Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah menyambut baik pemberian beasiswa Bidik Misi yang semula hanya untuk kampus negeri ke kampus swasta ini. Menurut dia, sudah seharusnya pemerintah tidak hanya memandang kampus swasta yang orientasinya profit saja, namun harus melihat masih banyak mahasiswa miskin dan berprestasi yang diterima di kampus swasta.
Dia juga melihat pemerintah selama ini hanya memberikan subsidi kepada perguruan tinggi negeri saja. Namun, anehnya unit cost di kampus swasta lebih murah daripada di kampus negeri.
“Lihat saja iklan-iklan saat ini, banyak kampus swasta yang berani menarik biaya Rp3 juta untuk satu semester lalu di kampus negeri malah Rp5 juta per semesternya di program studi yang sama, padahal negeri itu dibiayai oleh negara,” ujarnya.
Komisi X DPR, ungkapnya, akan mendukung pemberian beasiswa ini. Hanya, ujar politikus Partai Golkar ini, Kemendikbud perlu memberikan data mahasiswa yang menerima dan alamatnya secara detail. Hal ini diperlukan untuk verifikasi data dan evaluasi apakah beasiswa ini bermanfaat secara akademik atau hanya program pencitraan semata.(lin)
()