Awas, perubahan iklim picu penyakit & kematian!
A
A
A
Sindonews.com - Pemanasan global merupakan isu lingkungan hidup yang dapat menyebabkan perubahan iklim yang terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara 50–100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan mahluk hidup.
Menteri Negara Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta memperingatkan perubahan lingkungan pasti berdampak terhadap kesehatan, yakni kanker kulit, penyakit pernafasan, kehilangan keanekaragaman hayati. Untuk yang terakhir ini, akan menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan.
“Bahkan perubahan iklim juga akan mempengaruhi agro-ekosistem dan hidrologi, serta sosio-ekonomi dan demografi,” jelas pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini saat jadi keynote speaker di acara Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ke–66, di Yogyakarta, Sabtu (3/3/2012).
Selain itu, kata Gusti, dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses perubahan iklim, di antaranya efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian, bencana akibat cuaca ekstrim, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, dan penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat.
“Akibat dampak langsung perubahan iklim adalah terjadinya bencana alam, munculnya berbagai penyakit, sampai kematian langsung,” tuturnya.
Akibat masalah kesehatan, lanjut dia, juga dapat terjadi sebagai akibat dampak tidak langsung perubahan iklim, yaitu terjadinya gagal panen yang dapat menyebabkan kekurangan pangan dan gizi. “Perubahan sifat vektor
penyakit yang dapat menyebabkan meningkatnya kejadian penyakit menular, dan buruknya kualitas udara dan air yang dapat menyebabkan berbagai gangguan,” papar Menristek.
Untuk mempertahankan kualitas udara dan air, menurut Gusti, perlu dikembangkannya pemanfaatan berbagai sumber energi terbaru seperti angin, micro-hydro, arus laut, panas bumi, dan nuklir. Selain itu, dikembangkan pula berbagai alat transportasi ramah lingkungan, hemat BBM, dan rendah emisi, serta teknologi hujan buatan.
“Untuk itu, para peneliti di bidang kesehatan telah bersepakat untuk memfokuskan kegiatan kepada pengembangan obat anti malaria Artemisinin, pengembangan vaksin tuberkulosis, flu-burung, dan dengue. Pengembangan alat kesehatan berupa Ultra-sonografi bergerak, dan pengembangan obat bahan alam untuk penyakit diabetes.”
Terakhir, Gusti mengatakan untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap sektor kesehatan diperlukan langkah adaptasi yang ditunjang oleh tingginya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat. (wbs)
Menteri Negara Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta memperingatkan perubahan lingkungan pasti berdampak terhadap kesehatan, yakni kanker kulit, penyakit pernafasan, kehilangan keanekaragaman hayati. Untuk yang terakhir ini, akan menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan.
“Bahkan perubahan iklim juga akan mempengaruhi agro-ekosistem dan hidrologi, serta sosio-ekonomi dan demografi,” jelas pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini saat jadi keynote speaker di acara Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ke–66, di Yogyakarta, Sabtu (3/3/2012).
Selain itu, kata Gusti, dampak kesehatan yang dapat terjadi dari proses perubahan iklim, di antaranya efek peningkatan temperatur terhadap kesakitan dan kematian, bencana akibat cuaca ekstrim, peningkatan pencemaran udara, penyakit bawaan air dan makanan, dan penyakit bawaan vektor dan hewan pengerat.
“Akibat dampak langsung perubahan iklim adalah terjadinya bencana alam, munculnya berbagai penyakit, sampai kematian langsung,” tuturnya.
Akibat masalah kesehatan, lanjut dia, juga dapat terjadi sebagai akibat dampak tidak langsung perubahan iklim, yaitu terjadinya gagal panen yang dapat menyebabkan kekurangan pangan dan gizi. “Perubahan sifat vektor
penyakit yang dapat menyebabkan meningkatnya kejadian penyakit menular, dan buruknya kualitas udara dan air yang dapat menyebabkan berbagai gangguan,” papar Menristek.
Untuk mempertahankan kualitas udara dan air, menurut Gusti, perlu dikembangkannya pemanfaatan berbagai sumber energi terbaru seperti angin, micro-hydro, arus laut, panas bumi, dan nuklir. Selain itu, dikembangkan pula berbagai alat transportasi ramah lingkungan, hemat BBM, dan rendah emisi, serta teknologi hujan buatan.
“Untuk itu, para peneliti di bidang kesehatan telah bersepakat untuk memfokuskan kegiatan kepada pengembangan obat anti malaria Artemisinin, pengembangan vaksin tuberkulosis, flu-burung, dan dengue. Pengembangan alat kesehatan berupa Ultra-sonografi bergerak, dan pengembangan obat bahan alam untuk penyakit diabetes.”
Terakhir, Gusti mengatakan untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap sektor kesehatan diperlukan langkah adaptasi yang ditunjang oleh tingginya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat. (wbs)
()