Elektabilitas 5 tokoh tertinggi

Jum'at, 24 Februari 2012 - 08:45 WIB
Elektabilitas 5 tokoh tertinggi
Elektabilitas 5 tokoh tertinggi
A A A
Sindonews.com – Lima tokoh nasional menjadi bakal calon presiden (capres) yang berpotensi meraup dukungan tertinggi dalam pemilihan presiden (pilpres) berdasarkan hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI).

Kelima tokoh potensial tersebut adalah Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto, Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical),dan Ketua Umum DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto.

Direktur Eksekutif LSI Saiful Mujani mengungkapkan, LSI mengajukan daftar 10 nama tokoh nasional yang potensial menjadi capres kepada responden.

Hasilnya,Megawatimendapatkan suara terbanyak dengan 22,2 persen suara, disusul Prabowo 16,8 persen, Ical 10,9 persen, Wiranto 10,6 persen, Hatta Rajasa 5,4 persen, dan nama-nama lain 10,3 persen. Responden yang menjawab belum tahu sebesar 23,8 persen.

Selain lima nama yang meraih dukungan tertinggi, lima nama lain dalam 10 daftar nama capres potensial adalah Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Menteri BUMN Dahlan Iskan; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, dan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

“Dilihat dari angka perolehannya berdasarkan survei,Megawati memang teratas.Tapi tidak ada satu pun bakal capres yang dukungannya mencapai 50 persen di 17 provinsi seperti diatur Undang-Undang No 42/2008 tentang Pilpres yang berlaku pada Pilpres 2009. Dengan begitu,kemungkinan Pilpres 2014 berlangsung dalam dua putaran,” jelas Mujani di Kantor LSI, Jakarta, kemarin.

Survei nasional terbaru LSI dilaksanakan pada 1–12 Februari 2012 dengan 2.050 responden di 33 provinsi.Margin of error survei ini diperkirakan kurang dari 2,2persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka terhadap responden yang sudah memiliki hak pilih dalam pemilu, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor.

Menurut Mujani, berdasarkan simulasi, bila pilpres digelar dua putaran,Prabowo akan memenangi pilpres. Rival terdekatnya adalah Megawati.Mantan Danjen Kopassus ini unggul lantaran paling getol bersosialisasi ke berbagai daerah dan citra personalnya cukup baik di mata publik.

Dari delapan indikator kualitas personal yang juga ditanyakan kepada responden, yakni publik tahu, publik suka, ketegasan, kepintaran, penampilan, perhatian kepada rakyat, bisa dipercaya atau bersih dari korupsi, dan taat beragama,Prabowo menguasai enam di antaranya.

“Jika calon yang dimunculkan banyak, Megawati memang terlihat unggul. Namun trennya cenderung stagnan. Bila calonnya mengerucut, Prabowo yang unggul,” terang Mujani.

Ical sekalipun yang juga rajin menyosialisasikan diri belum bisa mendekati kekuatan elektoral Prabowo. Keadaan bisa berbeda bila setahun menjelang 2014, yakni pada 2013, muncul beberapa tokoh potensial lain untuk menjadi capres di luar nama-nama beken yang saat ini sudah beredar di bursa spekulasi pencapresan. Selain 10 nama tokoh potensial di atas, lanjut Mujani, ada sejumlah nama lain yang selama ini juga disebut-sebut layak menjadi bakal capres/cawapres.

Mereka di antaranya Jusuf Kalla, Surya Paloh, Sri Sultan Hamengku Buwono X,Hidayat Nur Wahid,dan Boediono. Mujani mengungkapkan, bila responden diberi daftar 18 nama tokoh, Mega tetap menduduki posisi puncak dengan 15,2 persen suara. Prabowo membayangi dengan 10,6 persen.Di posisi ketiga menyodok Jusuf Kalla dengan 7 persen. Ical hanya mendapat 5,6 persen suara.

Pengamat politik Salim Said mengatakan, Ical saat ini menghadapi dua persoalan. Pertama, masih ada mitos bahwa presiden harus orang Jawa, sedangkan Ical bukan orang Jawa. Kedua, ada persoalan lumpur Lapindo. Dia menyebutkan, kandidat dengan less integrity bisa menjadi faktor kuat tidak bisa dipilih menjadi pemimpin.

Mengenai sosok Prabowo, Salim mengemukakan bahwa salah satu peserta konvensi bakal capres Partai Golkar 2004 itu masih memiliki problem dengan Amerika Serikat (AS). Prabowo dikenal sebagai tokoh anti-AS,sedangkan tingkat ketergantungan Indonesia terhadap negara pimpinan Barack Obama itu masih tinggi.

“Prabowo belum bisa dapat visa ke AS.Tentu saja ini akan berpengaruh terhadap negaranegara lain,” imbuhnya.

Sementara itu, aktivis hak asasi manusia (HAM) dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras) Usman Hamid mengatakan, Prabowo dengan kekuatan ekonominya memang mudah memasang iklan untuk membangun citra. Namun, kata dia, Prabowo tidak bersih dari kejahatan kemanusiaan masa lalu.

“Mungkin publik umumnya sudah lupa bagaimana rekam jejak Prabowo.Banyak persoalan HAM di masa lalu yang menyeret namanya. Jangan sampai survei dilakukan untuk penggiringan opini publik pada kandidat tertentu. Ma-syarakat bisa memilih orang yang salah,” tegasnya.

LSI, lanjut dia, diharapkan bisa memelopori bagaimana agar publik “melawan lupa” dengan mengupas track record tokoh-tokoh potensial capres.(azh)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7134 seconds (0.1#10.140)