Parpol dituntut tunjukkan kerja nyata

Rabu, 22 Februari 2012 - 09:22 WIB
Parpol dituntut tunjukkan kerja nyata
Parpol dituntut tunjukkan kerja nyata
A A A
Sindonews.com – Penurunan kepercayaan masyarakat pada partai politik sebagaimana tercermin dalam beberapa hasil survei belakangan ini perlu disikapi parpol secara positif untuk memperbaiki diri.

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sabam Sirait mengatakan, parpol harus menyadari kelemahan atau kekurangan-kekurangannya dan sudah saatnya lebih banyak melihat dan mendengarkan apa yang terjadi di masyarakat.

”Ini rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat sudah mencemaskan. Parpol wajib berbenah jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat itu sendiri. Partai politik harus menggunakan mata dan telinga sebaik-baiknya,” kata Sabam Sirait di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 21 Februari 2012.

Kepercayaan publik terhadap lembaga politik termasuk parpol sangat rendah. Mereka yang kecewa terhadap parpol tertentu tidak mengalihkan pilihannya ke parpol lain. Hal ini menandakan bahwa semua parpol cenderung dinilai mengecewakan oleh rakyat.

Menurut Sabam, banyak kasus yang menimpa politisi sangat memengaruhi kenapa hasil sejumlah survei memperlihatkan ada kecenderungan kekecewaan masyarakat terhadap parpol.

Selain menunjukkan ada gejala kekecewaan masyarakat kepada parpol, survei itu juga memperlihatkan lonjakan jumlah pemilih mengambang atau undecided voters. Parpol sebaiknya berpikir positif saja merespons hasil survei tersebut.

”Tidak perlu malu untuk menyatakan kepada diri sendiri bahwa parpol memang pantas dikritik maupun dicaci maki. Jangan menunggu orang lain yang mengatakan seperti itu,” imbuhnya.

Sabam menjelaskan, alat-alat politik seperti parpol memang akan menjadi sasaran tembak kalau dianggap tidak mampu menjalankan fungsi-fungsi kepartaiannya termasuk mengawasi pemerintah. DPR sebagai perpanjangan tangan parpol akan diserbu kritik bila melihat kinerjanya buruk, tidak becus, dan tidak berpihak kepada rakyat.

”Rakyat melihat memang partai politiknya yang tidak beres. Hasil survei itu sebagai konsekuensi logis dari ketidakmampuan DPR mengawasi pemerintah,” katanya.

Meski kecenderungannya massa suara mengambang atau yang tidak percaya parpol terus meningkat dalam berbagai survei,mantan Sekjen PDIP ini berpendapat bahwa tidak otomatis tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu mendatang menurun.

Masih ada waktu yang cukup bagi partai untuk menunjukkan kinerjanya dan membuktikan bahwa sudah ada pembenahan. Pandangan senada dikatakan Sekjen DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta.Menurut dia, hasil survei belakangan ini tidak hanya mengungkap penurunan kepercayaan publik terhadap parpol, tapi juga terhadap semua lembaga penyelenggara negara.

”Kan survei itu juga mengungkapkan bukan hanya penurunan suara parpol, melainkan kepercayaan pada politik secara umum juga menurun drastis. Kita semua menghadapi distrust society,” kata Anis.

Jika hanya dihadapkan pada penurunan elektabilitas parpol, hal itu biasa dan cara peningkatannya juga sederhana. Parpol cukup melakukan program dan strategi yang bisa meningkatkan elektoral jika tujuannya hanya elektabilitas.

”Tapi kalau distrust, ini menjadi persoalan kolektif kita. Akibat itu, kita semua tidak bisa bekerja. Ongkos ketidakpercayaan itu terlalu mahal,” ungkapnya.

Sekjen DPP Partai NasDem Ahmad Rofiq mengatakan,hasil berbagai survei tentang penurunan kepercayaan masyarakat terhadap parpol adalah salah satu pijakan yang melatarbelakangi kelahiran NasDem.

”Kami sadar betul bahwa rakyat Indonesia butuh partai alternatif yang bisa membawa perubahan ke arah lebih baik. Partai-partai yang ada sudah tidak berhasil membangun politik yang bermartabat sehingga produk politiknya pun akhirnya menuai apatisme dari rakyat Indonesia. Bahkan tak hanya apatis, tapi muak terhadap partai-partai yang ada,” kata Rofiq.

Meski demikian, Rofiq menegaskan bahwa NasDem tak punya strategi khusus untuk merespons apatisme masyarakat terhadap parpol. NasDem hanya bekerja setiap waktu serta berupaya tanpa lelah menghadirkan politik yang santun, bersih, dan bermartabat.

Semangat yang dibangun di NasDem adalah semangat perubahan sehingga rakyat akan melihat parpol ini sebagai jalan keluar atas kondisi saat ini.

”Pada saat bersamaan kami berharap Partai NasDem menjadi harapan baru. Kami tentu berupaya menunjukkan bahwa NasDem berbeda dengan partai yang ada sekarang. Ketika parpol lain membuat iklan dengan gambar tokoh-tokoh mereka, NasDem hadir dengan iklan berisi gagasan. Ketika partai lain hadir dengan bahasa yang kasar, NasDem hadir dengan bahasa politik yang santun,” ucapnya.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lukman Hakim Saifuddin meminta tiga partai besar yakni Partai Demokrat, PDIP, dan Partai Golkar lebih membuka diri demi kesuksesan regenerasi kepemimpinan nasional.

Dia mengungkapkan, kesadaran untuk membangun Indonesia ke depan tidak bisa dilepaskan dengan bagaimana rekrutmen pemimpin nasional. Di saat masyarakat luas menginginkan ada perubahan, partai politik khususnya partai besar yang sangat menentukan penentu roda estafet kepemimpinan juga harus merespons keinginan tersebut.

”Kenyataannya tokoh yang saat ini sudah muncul untuk 2014 kurang diterima publik. Survei belakangan ini menunjukkan betapa melemahnya kepercayaan mereka terhadap parpol dan figur yang dimunculkan parpol.Karena itu, sudah saatnya parpol membuka diri,” kata Lukman di Jakarta kemarin.

Beberapa survei belakangan ini membeberkan fakta bahwa tidak ada partai yang mendapatkan kepercayaan rakyat dengan angka tinggi. Demikian juga kepercayaan terhadap politisi yang di-proyeksikan sebagai capres. Survei terakhir adalah yang dilakukan CSIS. Dalam survei CSIS, partai tertinggi elektabilitasnya adalah Partai Demokrat. Itu pun hanya memperoleh dukungan 12 persen.

Kondisi sama juga tergambar dalam elektabilitas figur capres. Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri yang menempati urutan teratas hanya mendapatkan dukungan 10 persen. Hal itulah yang menurut Lukman perlu direspons oleh parpol agar ke depan ada paralelisme antara parpol dan kehendak masyarakat.

Jika tidak, apatisme dan pesimisme masyarakat terhadap parpol dan figur-figur parpol akan terus menurun. Jika itu yang terjadi, taruhannya kualitas demokrasi dan legitimasi kepemimpinan yang rendah.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3980 seconds (0.1#10.140)