Rekrutmen capres Golkar perlu dikoreksi

Rabu, 22 Februari 2012 - 09:14 WIB
Rekrutmen capres Golkar perlu dikoreksi
Rekrutmen capres Golkar perlu dikoreksi
A A A
Sindonews.com – Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar Akbar Tanjung memandang, rendahnya elektabilitas parpol dan bakal capres dari parpol, termasuk Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, di beberapa survei terkini harus dievaluasi dan disikapi secara positif.

Hal yang perlu dipertimbangkan adalah model rekrutmen capres dengan cara terbuka atau konvensi sebagaimana pernah dia lakukan saat memimpin Golkar lalu.

”Apa yang dihasilkan oleh beberapa lembaga survei itu bisa dijadikan masukan.Kalau memang survei menjadi alat ukur,itu bisa melengkapi dalam persyaratan konvensi setelah dilihat kriterianya,” katanya.

Menurut Akbar, dengan pola rekrutmen terbuka melalui konvensi,semua kader potensial, bahkan dari luar Golkar pun punya peluang dan kesempatan sebab yang dilihat pertama adalah kriterianya.

Akbar bahkan menghormati mekanisme penentuan capres Golkar yang telah disepakati di internal bahwa hal itu akan ditentukan dua momen, pertama rapimnas Oktober 2012 atau rapimnas khusus yang akan diadakan untuk itu. Namun, dia tetap berharap kelak Golkar menggunakan mekanisme yang terbuka karena itu juga sangat membantu membesarkan partai.

”Kalau Oktober masih di bawah, bisa saja dicari solusi atau rencana baru. Bisa saja nanti konvensi atau melibatkan pengurus daerah tingkat dua untuk memilih siapa capres yang akan diusung Golkar,” ungkapnya.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengatakan,dalam kondisi psikologis masyarakat Indonesiayangcenderungapatisdan kepercayaan terhadap parpol rendah, siapa pun tokoh yang terlalu dini dimunculkan akan habis dengan sendirinya. Kendati begitu, bukan berarti parpoltidakperlumempromosikan kader atau figur terbaiknya.

”Tetapi kalau yang sekarang ini muncul, publik sudah susah percayanya karena semua bisa dikatakan bermasalah,” katanya.

Dia memprediksi, pemimpin ke depan akan muncul secara mendadak seperti Soeharto, Gus Dur, dan SBY. Terpilihnya ketiga pemimpin itu tidak ada yang menduga jauh sebelumnya karena memang tidak diunggulkan.

”Jadi nanti juga saya kira seperti itu polanya. Itu bisa dari parpol, bisa juga bukan parpol,” ujarnya.

Menurut Mubarok, pada waktunya nanti parpol akan dipaksa oleh keadaan harus mendukung figur tertentu karena figur itulah yang diinginkan masyarakat.

”Jadi bisa dari partai dan dari luar.Kecenderungannya, siapa pun tokoh itu akan relevan karena masyarakat tidak fanatik ke figur parpol. Kalau sudah mepet, parpol akan melihat siapa saja. Kalau daya terima masyarakat tinggi terhadap figur tertentu, parpol akan ikut,” ucapnya.

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Hanura Akbar Faizal mengungkapkan, hasil survei belakangan ini menjadi ancaman serius dan peringatan keras bagi parpol.

”Kami jadikan itu sebagai bahan introspeksi meski ada beberapa metodologi survei yang kami pertanyakan. Saya bingung sekaligus sedih bagaimana publik menilai performa parpol. Parpol kami tidak pernah bermaslah. Tagline tidak pernah berkhianat. Tetapi, mengapa persepsi tidak sebesar parpolparpol yang setiap hari bermasalah,” katanya.

Namun, parpol memang harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat.(azh)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4390 seconds (0.1#10.140)