Sejumlah politikus laporkan Pertamina ke KPK
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah politikus menyambangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memberikan laporan dugaan penyelewengan tender yang dilakukan oleh Pertamina. Mereka berencana akan membeberkan data-data yang berkaitan dengan pelanggaran tersebut.
Politikus yang mendatangi KPK tersebut antara lain adalah Ali Mochtar Ngabalin, Adi Massardi, Marwan Batubara, Johnson Panjaitan, dan Wasekjen PDI-Perjuangan Hastanto Kristinto. Mereka mengklaim mempunyai bukti dugaan penyelewengan Pertamina dalam pengadaan tender yang diberikan kepada PT. Petral.
"PT Petral ini adalah perusahaan akal-akalan yang dibuat oleh Pertamina untuk melaksanakan tender," ujar Adi Daud Nasution kepada wartawan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (14/2/2012).
Dia mengatakan, bahwa Pertamina melakukan penipuan dalam melaksanakan tender. Hal tersebut terbukti dari pembelian 800 ribu barel minyak per hari oleh PT Petral kepada Pertamina tanpa adanya pengadaan tender sama sekali. Adi mengatakan, total minyak yang dibeli Petral tersebut bernilai US $ 18 bilion pertahunnya.
Adi menuding Pertamina mengemas Petral seakan sebagai perusahaan dari Singapura. "Kita menyerahkan KPK melanjutkan laporan yang kita duga ada penyelewengan," kata Adi. (san)
Politikus yang mendatangi KPK tersebut antara lain adalah Ali Mochtar Ngabalin, Adi Massardi, Marwan Batubara, Johnson Panjaitan, dan Wasekjen PDI-Perjuangan Hastanto Kristinto. Mereka mengklaim mempunyai bukti dugaan penyelewengan Pertamina dalam pengadaan tender yang diberikan kepada PT. Petral.
"PT Petral ini adalah perusahaan akal-akalan yang dibuat oleh Pertamina untuk melaksanakan tender," ujar Adi Daud Nasution kepada wartawan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (14/2/2012).
Dia mengatakan, bahwa Pertamina melakukan penipuan dalam melaksanakan tender. Hal tersebut terbukti dari pembelian 800 ribu barel minyak per hari oleh PT Petral kepada Pertamina tanpa adanya pengadaan tender sama sekali. Adi mengatakan, total minyak yang dibeli Petral tersebut bernilai US $ 18 bilion pertahunnya.
Adi menuding Pertamina mengemas Petral seakan sebagai perusahaan dari Singapura. "Kita menyerahkan KPK melanjutkan laporan yang kita duga ada penyelewengan," kata Adi. (san)
()