Pilot narkoba, potret buram penerbangan

Senin, 06 Februari 2012 - 07:46 WIB
Pilot narkoba, potret buram penerbangan
Pilot narkoba, potret buram penerbangan
A A A
Sindonews.com - Pilot Maskapai Lion Air Captain Pilot Sjaiful Salam yang tertangkap mengonsumsi narkoba sungguh tak punya moral. Sjaiful benar-benar tak mau belajar dari tragedi Afriyani Susanti yang menewaskan sembilan orang akibat mengendarai mobil dalam pengaruh narkoba.

Fenomena pilot Lion Air ini bisa dikatakan salah satu potret buram pengelolaan maskapai penerbangan di Indonesia. Peristiwa memalukan ini tentu harus menjadi peringatan keras bagi manajemen Lion Air pada khususnya dan pelajaran berharga bagi maskapai penerbangan lain di Indonesia.

Tertangkapnya Sjaiful ini sekaligus membuktikan betapa rendahnya pengawasan Lion Air terhadap para pilotnya. Lion Air harus segera berbenah dan menertibkan seluruh pegawainya agar bersih dari barang setan tersebut. Sebagai langkah awal, Lion Air harus memecat secara tidak hormat ‘’pilot narkoba’’ itu.

Kebijakan tegas manajemen Lion Air ini tentu akan memberikan shock therapy bagi para pegawai lainnya yang berani main-main dengan narkoba. Langkah kedua, Lion Air harus segera membenahi sistem pengawasan terhadap pilot-pilotnya mulai perekrutan hingga saat mereka menjalankan aktivitas pilotnya sehari-hari. Misalnya, Lion Air bisa secara berkala melakukan tes narkoba kepada para pilot-pilotnya. Atau jika ingin hasilnya maksimal selain tes berkala, Lion Air bisa melakukan tes secara random dan berkesinambungan.

Sistem acak ini akan lebih efektif karena pilot tidak tahu kapan dirinya akan dites. Apa pun caranya, yang jelas, pengawasan harus benar-benar ditingkatkan oleh manajemen Lion Air terhadap para pilot maupun pegawai lainnya. Kasus narkoba yang menimpa pegawai Lon Air ini bukan hanya sekali terungkap. Pada pertengahan 2011, polisi menangkap Muhammad Nasri,seorang kopilot Lion Air yang tengah nyabu bersama teman-temannya. Pada April 2011, polisi juga menangkap Winnie Raditya, awak kabit Lion Air yang kedapatan menyimpan narkoba di pakaian dalamnya.

Fenomena fenomena ini membuktikan betapa rendahnya pengawasan internal yang ada di Lion Air. Bagaimanapun penangkapan pilot ini memang harus diapresiasi. Namun, keberhasilan ini jangan membuat kita lengah pada kelanjutan kasus ini sampai pengadilan. Kita harus terus mengawal kasus ini hingga yang bersangkutan benar-benar mendapatkan hukuman yang setimpal dengan apa yang telah diperbuatnya. Jangan sampai ujung-ujungnya pilotnya hanya diganjar hukuman ringan karena sebelumnya ada ‘’main mata’’ atau ada faktor human errorpara penegak hukum.

Perlu diingat bahwa kasus ‘’pilot narkoba’’ ini bisa dikategorikan sebagai kasus yang luar biasa. Pilot narkoba ini memang hanya tertangkap nyabu, namun para penegak hukum harus punya pertimbangan lain yang lebih luas untuk memberikan hukuman ‘’khusus’’ yang lebih berat dibanding hanya pemakai narkoba biasa. Atau kasus pilot narkoba ini bisa disejajarkan hukumannya dengan hukuman para penegak hukum yang melanggar hukum. Dengan demikian,hukumannya bisa lebih berat. Apa yang dilakukan pilot narkoba ini berpotensi membahayakan nyawa ratusan orang.

Hukuman berat ini juga bisa memberikan efek jera tidak saja bagi pelakunya, tapi juga menjadi peringatan bagi pilot-pilot lainnya agar menjauhi narkoba. Sementara itu, Departemen Perhubungan harus memberikan peringatan khusus kepada Lion Air atas terungkapnya kasus ini. Kasus ‘’pilot narkoba’’ di Lion Air ini bisa dijadikan pintu masuk untuk meningkatkan pengawasan pada seluruh maskapai penerbangan yang beroperasi di Tanah Air.

Sistem pengawasan yang selama ini dinilai kurang tepat harus segera diganti sehingga keselamatan penumpang pesawat benar-benar menjadi prioritas.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5328 seconds (0.1#10.140)
pixels