Kasus plagiat bisa pelanggaran pidana & etika

Minggu, 15 Januari 2012 - 06:09 WIB
Kasus plagiat bisa pelanggaran...
Kasus plagiat bisa pelanggaran pidana & etika
A A A
Sindonews.com - Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) di DPR, Marwan Jafar dituding melakukan plagiat karya tulis seorang aktivis Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang bernama Jusman Dalle.

Merasa dirugikan, kemudian Jusman dengan didukung organisasinya itu berniat melaporkan Marwan ke Badan Kehormatan (BK) DPR pada pekan depan. Dalam melakukan laporan ini, pihaknya akan membawa bukti yang dimiliki sebagai penguat tudingannya itu.

Menanggapi hal ini, anggota BK DPR, Abdul Gafar Patappe mempersilakan pihak yang dirugikan itu untuk melaporkannnya ke BK DPR. Pada prinsipnya BK terbuka terhadap segala pengaduan dari masyarakat jika menyangkut anggota dewan.

"Silakan saja ajukan suratnya. Nanti sekretariat akan menyampaikan kira-kira substansinya apa," ujar Gafar ketika dihubungi Sindonews, Sabtu, 14 Januari 2012.

Dia menjelaskan berdasarkan ketentuan yang berlaku, pelaporan itu akan ditindaklanjuti jika dianggap memenuhi syarat. Misalnya, disertai dengan bukti-bukti pendukung dan beberapa saksi yang bisa dimintai keterangan.

"Nanti kita akan lihat, bentuknya pelanggaran etika atau apa," tukas politikus Partai Demokrat ini.

Menurutnya, ada lima tahapan dalam pemberian sanksi. Lanjutnya, kategori sanksi itu bisa ringan, sedang dan berat. Untuk sanksi ringan ini bisa saja diberikan teguran baik tertulis maupun secara lisan. Sementara untuk sanksi sedang, bisa berupa larangan menduduki jabatan tertentu di alat kelengkapan dewan.

Selanjutnya, kategori sanksi berat, bisa diberhentikan dari keanggotaannya di DPR. "Kalau kasus plagiat itu, bisa pidana bisa juga pelanggaran etika. Kalau kena sanksi pidana, otomatis kena juga sanksi etikanya," tandas Gafar.

Seperti diketahui, Jusman Dalle menuding tulisan Marwan yang dimuat di Koran Tempo sebagai dari hasil jiplakan dari tulisannya yang dimuat di media online, salah satunya Okezone.com pada media Oktober 2011. Jusman mengklaim ada 15 paragraf tulisannya yang dikutip atas nama Marwan Jafar. Ia kemudian berniat melaporkan Marwan ke Badan Kehormatan.

Berikut dugaan plagiat yang dilakukan Marwan sesuai dengan tulisan Jusman Dalle dalam opini yang diunggah Okezone pada 25 Oktober 2011 lalu:

Tanpa maksud untuk menggeneralisir, namun fakta telah terpampang. Di depan mata dunia, Barat melakon ganda. Berkawan dengan yang manut dan murka pada yang dianggap membangkang.

Apakah lagi dengan semakin rontoknya ekonomi Barat akibat krisis 2008 yang lalu, dan ancaman depresi ekonomi di tahun-tahun mendatang. Mereka butuh dana segar untuk proses akselerasi ekonomi di tengah kebangkitan ekonomi Cina (negara komunis) yang awal tahun ini menjadi Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. China sukses menggeser Jepang yang selama ini merupakan sektu Barat.

Di sisi lain, kepentingan ideologi juga menjadi hantu bagi Barat mengapa begitu agresif membantu upaya menggulingkan Khadafi. Bahwa Negara-negara yang kini bergerak menguasai ekonomi global, adalah mereka yang anti kapitalis. Atau paling tidak, mandiri secara ideologi. Misalnya Cina dengan ideology komunis. Bahwa diketahui bahwa di era Khadafi, ternyata alianasi Cina-Libya begitu kuat.

Selama ini, kebutuhan energi AS banyak dipasok oleh negara berkembang, yang kini perlahan menjadi negara maju dan juga membutuhkan energi untuk akselerasi pertumbuhan ekonominya. Artinya bahwa Barat akan kehabisan pasokan energi jika tidak segera mencari ladang-ladang segar dan baru.

Kekhawatiran mereka pastinya menjadi stimulus atas pelbagai jalan untuk melanggengkan hegemoni.

Sedangkan tulisan Marwan yang dimunculkan dalam opini di salah satu media nasional pada Jumat 13 Januari 2012:

Tanpa bermaksud menggeneralisir, tapi fakta telah terpampang. Di depan mata dunia, Barat berlakon ganda. Berkawan dengan yang tunduk dan murka kepada yang dianggap membangkang.

Ketika serangan udara militer sekutu ke basis-basis pertahanan Libya, bagi oposan Libya, serangan sekutu merupakan berkah dari langit, yang akan membebaskan negara kaya minyak itu dari genggaman diktaktor Qadafi. Inilah bentuk kolaborasi asing yang transaksional. Dan kini patriotisme menjadi mimpi di siang bolong di Libya. Setelah diluluhlantahkan bumi Libya dan memakzulkan Qadhafi, pasukan asing yang “berjasa” itu pastu meminta imbalan.

Terlebih dengan semakin rontoknya ekonomi Barat akibat krisis 2008, dan ancaman depresi ekonomi di tahun-tahun mendatang. Mereka butuh dana segar untuk proses akselerasi ekonomi di tengah kebangkitan ekonomi Cina yang telah menjelma menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika. Cina sukses menggeser Jepang yang selama ini merupakan sekutu Barat.

Di sisi lain, kepentingan ideologi juga menjadi hantu bagi Barat mengapa begitu agresif membantu upaya menggulingkan Khadafi. Kita tahu negara-negara yang kini bergerak menguasai ekonomi global adalah mereka yang antikapitalis. Atau paling tidak, mandiri secara ideologi. Misalnya Cina dengan ideologi komunis. Di era Khadafi, ternyata alianasi Cina-Libya begitu kuat.

Selama ini, kebutuhan energi Amerika banyak dipasok oleh negara berkembang, yang kini perlahan menjadi negara maju dan juga membutuhkan energi untuk akselerasi pertumbuhan ekonominya. Artinya bahwa Barat akan kehabisan pasokan energi jika tidak segera mencari ladang-ladang segar dan baru.

Kekhawatiran mereka pastinya menjadi stimulus atas pelbagai jalan untuk melanggengkan hegemoni.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7170 seconds (0.1#10.140)