Teror di Aceh ingin gagalkan Pilkada
A
A
A
Sindonews.com - Serangan kelompok bersenjata di rumah milik Misbahul Munir, calon bupati Aceh Utara di Gampong Kedai Krueng, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara semakin memperkuat dugaan motif serangan itu untuk menggagalkan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) yang dilangsungkan serempak di Aceh.
Beruntung, saat kejadian Misbahul bersama keluarganya tak berada di rumah, kecuali hanya dua penjaga dan abang kandungnya yang ada di rumah. Tidak hanya dihujani peluru, rumah Wakil Ketua DPRK Aceh Utara itu juga hendak dibakar dengan bom molotov.
Kabid Humas Polda Aceh AKBP Gustav Leo mengatakan, penyerangan terjadi sekira pukul 03.45 WIB dengan tersangka berjumlah enam orang dengan menggunakan tiga unit sepeda motor.
"Dari enam pelaku, hanya tiga yang beraksi melakukan pelemparan minyak, bom molotov, dan penembakan, sementara tiga lainnya memantau situasi. Semua pelaku menggunakan sebo warna hitam," ujar Gustav saat dikonfirmasi, Selasa (10/1/2012).
Kendati sasaran teror sudah lebih jelas mengarah kepada kandidat Pilkada, polisi masih berani menyebut motif serangan kekerasan bersenjatra yang mulai marak di Aceh sejak malam pergantian tahun 2011 itu berhubungan dengan pesta demokrasi yang tengah berlangsung di Aceh saat ini.
Bahkan, Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo mengatakan, serentetan penembakan dan teror yang terjadi di Aceh hanyalah peristiwa kriminal biasa. "Sekali lagi yang pertama sudah pernah terjadi dan sudah terungkap. Itu kaitannya masalah kriminalitas biasa, yang sudah terungkap dan tersangkanya dalam proses. Yang kedua masih menunggu hasil penyelidikan," terangnya.
Sementara itu, Deputi I Menko Polhukam Mayjen Amiruddin Usman mengatakan, Pilkada Aceh tidak bisa ditunda lagi. Mengingat tingginya harapan masyarakat Aceh untuk penghidupan yang lebih baik.
"Konflik Pemilukada terus terjadi di Aceh, antara elit politik yang satu dengan yang lain, instansi yang satu dengan yang lain. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan antara legislatif dan eksekutif," katanya mengurai konflik politik yang kerap melanda Aceh.
Kendati begitu, Amiruddin menyatakan, ada beberapa hal bisa menggagalkan pilkada, seperti Tsunami, ketidakamanan yang tidak bisa ditangani aparat hukum dan tidak adanya dana Pemilu. Meski dianggap telah memenuhi salah satu unsur yang bisa membatalkan Pilkada, polisi keukeuh bisa mengatasi serangan bersenjata di Aceh.
Terbukti, setelah polisi mengamankan tersangka joki penembakan beruntun di Aceh, hingga kini teror masih terus terjadi. Bahkan, sebelum penyerangan rumah kandidat Pilkada, pasukan pengacau keamanan itu mulai melakukan serangan ke aset vital dengan memotong tower listrik milik PLN. Akankah Pilkada Aceh batal? (san)
Beruntung, saat kejadian Misbahul bersama keluarganya tak berada di rumah, kecuali hanya dua penjaga dan abang kandungnya yang ada di rumah. Tidak hanya dihujani peluru, rumah Wakil Ketua DPRK Aceh Utara itu juga hendak dibakar dengan bom molotov.
Kabid Humas Polda Aceh AKBP Gustav Leo mengatakan, penyerangan terjadi sekira pukul 03.45 WIB dengan tersangka berjumlah enam orang dengan menggunakan tiga unit sepeda motor.
"Dari enam pelaku, hanya tiga yang beraksi melakukan pelemparan minyak, bom molotov, dan penembakan, sementara tiga lainnya memantau situasi. Semua pelaku menggunakan sebo warna hitam," ujar Gustav saat dikonfirmasi, Selasa (10/1/2012).
Kendati sasaran teror sudah lebih jelas mengarah kepada kandidat Pilkada, polisi masih berani menyebut motif serangan kekerasan bersenjatra yang mulai marak di Aceh sejak malam pergantian tahun 2011 itu berhubungan dengan pesta demokrasi yang tengah berlangsung di Aceh saat ini.
Bahkan, Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo mengatakan, serentetan penembakan dan teror yang terjadi di Aceh hanyalah peristiwa kriminal biasa. "Sekali lagi yang pertama sudah pernah terjadi dan sudah terungkap. Itu kaitannya masalah kriminalitas biasa, yang sudah terungkap dan tersangkanya dalam proses. Yang kedua masih menunggu hasil penyelidikan," terangnya.
Sementara itu, Deputi I Menko Polhukam Mayjen Amiruddin Usman mengatakan, Pilkada Aceh tidak bisa ditunda lagi. Mengingat tingginya harapan masyarakat Aceh untuk penghidupan yang lebih baik.
"Konflik Pemilukada terus terjadi di Aceh, antara elit politik yang satu dengan yang lain, instansi yang satu dengan yang lain. Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan antara legislatif dan eksekutif," katanya mengurai konflik politik yang kerap melanda Aceh.
Kendati begitu, Amiruddin menyatakan, ada beberapa hal bisa menggagalkan pilkada, seperti Tsunami, ketidakamanan yang tidak bisa ditangani aparat hukum dan tidak adanya dana Pemilu. Meski dianggap telah memenuhi salah satu unsur yang bisa membatalkan Pilkada, polisi keukeuh bisa mengatasi serangan bersenjata di Aceh.
Terbukti, setelah polisi mengamankan tersangka joki penembakan beruntun di Aceh, hingga kini teror masih terus terjadi. Bahkan, sebelum penyerangan rumah kandidat Pilkada, pasukan pengacau keamanan itu mulai melakukan serangan ke aset vital dengan memotong tower listrik milik PLN. Akankah Pilkada Aceh batal? (san)
()